6 Tradisi Unik Sambut Ramadan dari Penjuru Dunia

Tradisi ini sudah rutin dilakukan secara turun-temurun.

oleh Liputan6dotcom diperbarui 06 Mei 2019, 09:01 WIB
Sumber: whatson.ae

Liputan6.com, Jakarta - Bulan Ramadan sudah di depan mata. Bulan suci ini bukan sekadar bulan yang menandai dimulainya periode puasa. Lebih dari itu, bulan Ramadan merupakan bulan suci yang berakar pada budaya, kepercayaan, dan sejarah.

Di seluruh dunia, umat Muslim menyambut datangnya bulan suci ini dengan berbagai perayaan unik di wilayah mereka. Perayaan tersebut telah diwariskan secara turun temurun dari berbagai generasi.Dilansir dari Culture Trip, berikut adalah beberapa tradisi menyambut bulan Ramadan dari berbagai wilayah di dunia.

1. Lebanon

Di banyak negara di Timur Tengah, meriam ditembakkan setiap hari selama bulan Ramadan untuk menandai waktu berbuka puasa. Tradisi ini dikenal dengan Midfa Al Iftar.

Tradisi tersebut telah dimulai dari Mesir selama lebih dari 200 tahun lalu, ketika Lebanon diperintah oleh penguasa Ottoman, Khosh Qadam. Saat mencoba meriam barunya pada sore hari, bertepatan dengan terbenamnya matahari, Qadam secara tidak sengaja menembakkannya.

Suara meriam yang menggema di seluruh Kairo, membuat warga berasumsi bahwa hal tersebut adalah sebuah cara baru untuk menandai waktu berbuka puasa.

Alhasil, banyak orang yang berterima kasih atas inovasi barunya ini hingga putrinya, Haja Fatma, mendesak Qadam untuk menjadikan hal tersebut sebagai sebuah tradisi.

2. Uni Emirat Arab

Terdapat sebuah tradisi di UEA bernama Haq Al Laila. Tradisi tersebut diadakan pada tanggal 15 Syakban, yaitu bulan sebelum Ramadan.

Pada hari itu, seluruh anak-anak akan berkeliaran di lingkungan tempat tinggal mereka menggunakan pakaian dengan warna yang cerah. Mereka mengumpulkan permen dan kacang-kacangan di dalam tas jinjing yang dikenal dengan nama Kharyta.

Mereka mengumpulkan camilan tersebut sambil menyanyikan lagu-lagu lokal tradisional. Di UEA, perayaan ini dianggap sebagai bagian integral dari identitias nasional Emirati.

Di dalam masyarakat modern saat ini, perayaan tersebut mengingatkan kembali pada masa yang lebih sederhana dan menyoroti pentingnya ikatan sosial yang kuat serta nilai-nilai kekeluargaan.


3. Pakistan

Sumber: cupertinotoday.com

Setelah melihat pergantian bulan baru yang menandai akhir dari bulan Ramadan dan mengawali Idul Fitri, maka perayaan Chaand Raat di Pakistan akan dimulai.

Setelah melakukan buka puasa di hari terakhir, para wanita akan berbondong-bondong pergi ke pasar lokal untuk membeli gelang warna-warni.Selain itu, mereka juga melukis tangan dan kaki mereka dengan desain yang rumit menggunakan henna.

Sehubungan dengan tradisi ini, para pemilik toko akan mendekorasi kios mereka dan akan tetap buka hingga dini hari. Para wanita yang memiliki keahlian khusus, akan membuka toko henna yang dekat dengan toko perhiasan.

Hal itu dilakukan agar mereka bisa menarik perhatian pelanggan yang sedang berbelanja dan melukis henna langsung di tempat. Suasana pasar yang ramai pada saat perayaan Chaand Raat merupakan salah satu bentuk semangat dari berbagai komunitas.

Mereka merasa bersemangat dan bergembira untuk menyambut datangnya Idul Fitri pada keesokan harinya.

4. India

Seheriwala atau Zohridaar dari Delhi merupakan bagian dari tradisi muslim yang telah bertahan dalam jangka waktu yang lama dan mewakili budaya serta warisan dari kota Mughal lama. Selama bulan suci Ramadan, para seheriwala berjalan di berbagai jalan kota pada pagi hari.

Mereka berjalan sambil menyerukan nama Allah swt. dan Nabi Muhammad saw. sebagai pengingat waktu sahur bagi umat Islam.

Praktik yang sudah berusia berabad-abad ini masih dilakukan di beberapa bagian Old Delhi, khususnya di lingkungan dengan tingkat penduduk muslim yang tinggi.

Orang-orang yang berkeliling di pagi hari, memulai perjalanan mereka sejak pukul 2.30 pagi dan sering membawa tongkat atau rotan untuk mengetuk pintu dan dinding rumah.

Bagi sebagian besar seheriwala, tradisi ini telah diturunkan dari generasi ke generasi di dalam keluarga mereka. Meskipun jumlahnya mulai berkurang, praktik ini masih lazim dilakukan di Old Delhi.

5. Maroko

Selama bulan Ramadan, lingkungan di Maroko dikuasai oleh Nafar. Mereka adalah penjaga kota yang mengenakan gandora, yaitu pakaian tradisional Maroko, mereka juga mengenakan sandal dan topi.

Mereka bertugas untuk menandai dimulainya waktu fajar dengan melodi yang mereka buat. Mereka dipilih oleh warga kota karena kejujuran dan rasa empatinya. Para Nafar berjalan menyusuri jalanan kota sambil meniup terompet untuk membangunkan orang-orang saat waktu sahur.

Tradisi yang telah menyebar dari Timur Tengah ke Maroko ini telah dimulai sejak abad ke-7. Tradisi ini dimulai ketika seorang sahabat Nabi sedang berjalan-jalan saat fajar sambil menyanyikan doa-doa dengan merdu.

Saat musik Nafar menyapu kota, mereka disambut dengan rasa syukur dan rasa terima kasih, serta mereka secara resmi juga diberi kompensasi oleh masyarakat pada malam terakhir di bulan Ramadan.

6. Albania

Selama berabad-abad, anggota komunitas Muslim Roma, telah mengumumkan waktu awal dan akhir dari ibadah puasa dengan menggunakan lagu-lagu tradisional. Anggota komunitas tersebut berasal dari masa kekaisaran Ottoman.

Selama setiap hari di bulan Ramadan, mereka akan berbaris dan menyusuri jalanan sambil memainkan lodra. Lodra adalah drum silinder buatan rumahan yang dilapisi dengan kulit domba atau kambing.

Para keluarga muslim akan sering mengundang anggota komunitas tersebut ke dalam rumah untuk memainkan lagu tradisional. Hal tersebut dilakukan untuk merayakan dimulainya waktu berbuka puasa.

 

Reporter:

Rahma Wulan Mei Anjaeni

Universitas Pendidikan Indonesia

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya