Diam - Diam Belimbing Memiliki Efek Mematikan?

Benarkah buah belimbing bisa mematikan? Ini penjelasan ilmiahnya.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 03 Mei 2019, 21:00 WIB
Buah Belimbing / Sumber: iStock

Liputan6.com, Jakarta - Wilayah tropis menghasilkan baragam buah dengan tampilan unik dan kaya rasa. Belimbing adalah salah satunya, di mana dalam bahasa Inggris disebut sebagai "buah bintang" karena bentuknya yang menyerupai visual bintang ketika diiris.

Memiliki bias warna antara hijau dan kuning, buah ini terkenal memiliki cita rasa manis dengan sedikit cuatan asam yang menyegarkan. Biasa disantap langsung, atau dicampurkan dalam beberapa olahan makanan segar, seperti rujak dan asinan misalnya.

Namun, siapa sangka jika ternyata buah belimbing diam-diam bersifat mematikan?

Dikutip dari Elitereaders.com pada Jumat (3/5/2019), studi menunjukkan bahwa mengonsumsi belimbing dapat memicu efek berbahaya (toksik) bagi orang yang memiliki penyakit ginjal.

Zat yang ditemukan dalam belimbing dapat mempengaruhi otak dan menyebabkan gangguan neurologis. Zat beracun ini disebut neurotoxin.

Orang dengan ginjal yang sehat dan normal dapat memproses dan mengeluarkan racun ini dari tubuh mereka. Namun, bagi mereka yang menderita penyakit ginjal, ini tidak mungkin. Racun tersebut tetap berada di dalam tubuh dan menyebabkan penyakit serius.

Adapun, gejala keracunan buah belimbing meliputi cegukan, linglung, kejang-kejang, dan bahkan kematian untuk kasus serius.

Pada tingkat kritis, toksin belimbing diketahui bisa menumpuk dan masuk ke otak, merusak sebagian besar sistem neurotiknya.

 


Sebabkan Toksin Masuk ke Otak

Ilustrasi (iStock)

Penyebab toksin belimbing bisa masuk ke otak ditemukan dari hasil peneliian oleh ilmuwan di São Paulo University, Brasil.

Untuk melakukan ini, para ilmuwan yang dipimpin oleh Norberto Garcia-Cairasco dan Norberto P. Lopes membuat model keracunan buah belimbing pada hewan.

Mereka memberikan ekstrak kasar belimbing kepada hewan dengan penyakit ginjal eksperimental (untuk meniru konsumsi pasien), atau menyuntikkan ekstrak belimbing ke otak tikus sehat, lalu hasilnya menginduksi gejala kejang dan elektrografis khas keracunan buah belimbing.

Ekstrak tersebut difraksinasi melalui prosedur kromatografi dan masing-masing fraksi individu diuji aktivitasnya. Fraksi aktif kemudian dipisahkan secara kromatografi dan diuji lagi. Proses ini diulangi sampai zat tunggal yang bertanggung jawab atas kejang diisolasi. Para peneliti menamainya karamboksin.

Tes lebih lanjut mengungkapkan bahwa karamboksinn bekerja pada reseptor AMPA dan kainate, dua reseptor neurotransmitter penting yang dikendalikan oleh glutamat dari sistem saraf pusat.

Hal ini menyebabkan hipereksitabilitas di otak, yang kemudian memicu kejang-kejang.


Tetap Ada Manfaat Baik

Buah Belimbing / Sumber: iStock

Namun, secara garis besar, buah belimbing memiiki kandungan gizi yang baik bagi manusia pada umumnya.

Dikutip dari Mercola,com, buah ini diketahui kaya akan kandungan senyawa tanaman sehat, termasuk kuersetin, asam galat, dan epicatechin. Berbagai senyawa ini memiliki sifat antioksidan kuat dan aneka manfaat kesehatan lainnya.

Senyawa tanaman dalam buah belimbing telah terbukti mengurangi risiko penumpukan lemak pada hati, dan juga membantu mengikis kolesterol secara perlahan.

Terlebih lagi, beberapa bukti dari penelitian pada hewan menunjukkan bahwa gula dalam buah belimbing dapat mengurangi peradangan.

Menurut Basis Data Nutrisi Nasional pada Kementerian Pertanian AS, buah belimbing diketahui rendah kalori, namun kaya akan sumber vitamin C dan vitamin B.

Belimbing juga mengandung sejumlah kecil mineral penting seperti magnesium, fosfor dan kalium, serta sejumlah kecil zat besi dan seng.

Menyantap buah ini bersama dengan kulitnya, bisa menghasilkan 3 gram serat makanan, yang membantu meningkatkan pencernaan sehat, dan mencegah penyerapan kolesterol lipoprotein (LDL) di usus manusia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya