Liputan6.com, Washington DC - Korea Utara mengonfirmasi telah melakukan uji coba "latihan serangan" dengan menggunakan berbagai varian rudal dan disaksikan langsung oleh Kim Jong-un, menurut laporan kantor berita negara Korean Central News Agency (KCNA).
"Beberapa proyektil jarak pendek" juga ditembakkan dari Semenanjung Hodo ke Laut Jepang pada Sabtu 4 Mei 2019 waktu lokal, tambah laporan dari KCNA.
Laporan itu menambahkan, Pemimpin Korea Utara tersebut memberikan perintah untuk "meningkatkan kemampuan bertempur" negara, demikian seperti dilansir dari BBC, Minggu (5/5/2019).
Tanggapan Presiden AS Donald Trump
Menanggapi kabar tersebut, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa ia percaya Kim Jong-un tidak akan melakukan tindakan yang akan mengancam hubungan baik dengan AS --ujarnya via Twitter.
Baca Juga
Advertisement
Menambahkan, Trump mengatakan bahwa pemimpin Korea Utara "tahu bahwa saya bersamanya dan tidak ingin melanggar janji dengan saya. Kesepakatan akan terjadi!"
"Saya percaya Kim Jong-un akan memahami betul potensi ekonomi Korea Utara dan tidak akan melakukan tindakan yang akan mengganggu atau mengakhiri itu," lanjut Trump.
Dalam berita yang dirilis Minggu ini, KCNA mengatakan bahwa Kim Jong-un menekankan "perlunya untuk mempertahankan kedaulatan politik dan swasembada ekonomi" negara di tengah ancaman dan invasi.
Tujuan latihan, lanjut KCNA, merupakan uji coba "kaliber besar berbagai peluncur roket jarak jauh," serta untuk menginspeksi "kemampuan operasional dan akurasi serangan."
Pemimpin Korut juga mengingatkan agar pasukan "memahami betul bahwa perdamaian dan keamanan yang sesungguhnya terjamin lewat kekuatan."
Sebelumnya, pada Februari 2019, AS dan Korea Utara gagal mencapai kesepakatan perihal denuklirisasi (perlucutan senjata nuklir) dalam pertemuan tingkat tinggi Trump - Kim di Hanoi. AS masih menilai optimis pertemuan itu, yang dinilainya akan membuka peluang bagi terselenggaranya KTT lain pada kemudian hari.
Namun, beberapa pengamat menilai bahwa KTT di Hanoi merupakan sebuah kemunduran diplomatik, ditandai dengan langkah Korea Utara yang kembali melanjutkan uji coba rudal mereka pada akhir April dan kemudian Mei 2019.
Laporan Pertama dari Korea Selatan
Korea Utara dilaporkan kembali menembakkan sejumlah rudal proyektil jarak pendek pada Sabtu 4 Mei 2019 pagi, di pantai timur negaranya. Laporan tersebut disampaikan oleh seorang pejabat Korea Selatan yang turut memantau aktivitas terkait.
Dikutip dari laman CNN, Sabtu (4/5/2019), rudal proyektil jarak pendek itu ditembakkan hingga jarak 70 hingga 200 kilometer, sebelum akhirnya jatuh ke laut.
Kini pihak Korea Selatan dan Amerika Serikat masih menganalisis peluncuran rudal tersebut. Menurut keterangannya, rudal diluncurkan pada pukul 09.06 waktu setempat.
"Saat ini, militer kami telah mengintensifkan pengawasan dan kewaspadaan apabila ada peluncuran rudal tambahan," kata Kepala Staf Gabungan Korea Selatan dalam sebuah pernyataan.
Peluncuran rudal ini terjadi beberapa minggu setelah Korea Utara mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan uji tembak senjata berpemandu taktis.
Dalam laporan Kantor Berita Korut (KCNA), pemimpin Kim Jong Un memuji uji coba itu sebagai "peristiwa bersejarah yang hebat dalam memperkuat kemampuan tempur tentara."
Advertisement
Program Rudal Korea Utara
Program rudal Korea Utara membuat langkah besar pada tahun 2017, di mana Pyongyang mengatakan telah berhasil menguji-coba tiga rudal balistik antarbenua.
Para ahli mengatakan Hwasong-15, yang diluncurkan pada akhir November 2017, kemungkinan dapat tiba dan menghancurkan sebagian besar wilayah Amerika Serikat.
Proyektil yang ditembakkan pada awal Mei ini tampaknya jauh lebih kecil. Namun kewaspadaan dari pihak Korea Selatan terus ditingkatkan.
Sebelumnya, dalam pertemuannya dengan Presiden Rusia, Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengatakan perdamaian dan keamanan di Semenanjung Korea tergantung dari sikap Amerika Serikat.
Dikutip dari laman EuroNews, pernyataan Kim Jong-un ini dipandang sebagai upaya menjaga tekanan pada AS terkait sanksi yang Korut terima.
Kim juga mengatakan, dirinya akan menunggu "sampai akhir tahun ini" agar Amerika Serikat berubah pikiran.