Liputan6.com, Jakarta - Pertumbuhan ekonomi kuartal I 2019 diprediksi 5,13 persen. Angka pertumbuhan ekonomi tersebut melambat dibandingkan kuartal IV 2018 sebesar 5,18 persen. Sebelumnya, realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal I 2018 sebesar 5,06 persen.
Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede menuturkan, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga seiring peningkatan daya beli konsumen.
Selain itu, terkendalinya inflasi dan kenaikan realisasi pengeluaran bantuan sosial pemerintah hingga 106,2 persen pada kuartal I 2019.
Baca Juga
Advertisement
Josua menambahkan, hal ini kemudian juga mendorong stabilnya alokasi pendapatan pada konsumsi periode Januari-Maret 2019.
"Oleh karena itu, kami memproyeksikan ada kenaikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 5,1 persen lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada kuartal IV 2018 sebesar 5,08 persen. Selain itu, pengeluaran pemerintah pada kuartal ini juga akan meningkat hingga kisaran 5-6 persen year on year, meningkat dibandingkan periode sebelumnya 4,6 persen," ujar dia, dalam catatan, Senin (6/5/2019).
Ia menuturkan, di sisi lain, investasi akan cenderung melambat akibat perlambatan realisasi belanja barang modal pemerintah bersamaan dengan perlambatan investasi swasta. Ini ditandai oleh stabilnya investasi langsung domestik dan penurunan investasi asing.
Sementara itu, net ekspor akan meningkat seiring perlambatan impor. Mengacu pada perlambatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2019, Josua menilai pemerintah perlu menjaga daya beli konsumen dengan menjaga inflasi mendekati Ramadan dan Idul Fitri.
"Pemerintah cenderung akan menjaga suplai makanan dan mempertahankan harga dari barang yang harganya diatur seperti listrik dan bensin hingga akhir tahun ini," kata Josua.
Lebih lanjut ia menuturkan, pemerintah juga akan cenderung berusaha mendorong investasi melalui pemberian investasi melalui pemberian insentif, terutama sektor ekonomi yang mempunyai daya saing ekspor.
Sementara itu, Ekonom Indef Bhima Yudhistira menuturkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 5 persen pada kuartal I 2019. Ini karena konsumsi masih stagnan, investasi tertunda karena pemilu dan kinerja ekspor belum bisa diandalkan.
"Pendorong utanga dari belanja pemerintah dalam bentuk belanja pemilu, bantuan sosial, dan dana desa. Pada 2019, proyeksi lima persen (pertumbuhan ekonomi-red)," tutur Bhima.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Prediksi Menko Darmin
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, memprediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2019 hanya naik tipis apabila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yakni sebesar 5,06 persen. Dia menyebut, kisaran pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal berada di atas 5,1 persen.
"Mestinya dia (pertumbuhan ekonomi kuartal I 2019 akan di 5,1 persen atau di atas itu," kata Darmin saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Jumat, 26 April 2019.
Darmin menyebut salah satu alasan kenapa pertumbuhan ekonomi hanya naik tipis lantaran di sektor pertanian sendiri masih rendah. Rendahnya sektor tersebut secara otomatis membuat konsumsi menjadi lesu.
"Lihatnya mulai dari sektor pertanian itu di kuartal I 2019 mungkin belum banyak benar itu kan berakhir Maret. Sementara April puncaknya panen, jadi dari pertanian mungkin di tahun lalu agak melambat betul panennya," pungkasnya.
Advertisement
Kuartal I 2019, BI Prediksi Ekonomi RI Tumbuh 5,2 Persen
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, memprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,2 persen di kuartal I tahun 2019. Konsumsi bakal menjadi faktor utama yang menopang pertumbuhan ekonomi.
"Kuartal I tahun 2019 ini (pertumbuhan ekonomi) bisa mencapai 5,2 persen," kata dia, di Gedung BI, Kamis, 25 April 2019.
Dia menjelaskan, konsumsi yang tetap tinggi tersebut, didukung oleh terjaganya daya beli dan keyakinan masyarakat serta berlanjutnya stimulus fiskal, termasuk melalui bantuan sosial dan belanja terkait Pemilu 2019.
"Investasi sedikit melambat sejalan pola musiman awal tahun dan diprakirakan kembali menguat pada triwulan-triwulan berikutnya didukung keyakinan dunia usaha yang membaik serta proyek infrastruktur yang berlanjut," ujarnya.