Parfum Kemenyan dari Sumatera Utara, Apa Kelebihannya?

Sejauh ini, parfum kemenyan dari Sumatera Utara tersedia dalam tujuh varian aroma.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 06 Mei 2019, 10:04 WIB
Sejauh ini, parfum kemenyan dari Sumatera Utara tersedia dalam tujuh varian aroma. (dok. Instagram @kementerianlhk/https://www.instagram.com/p/BxCrtT0hwoy/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Saat mendengar kemenyan, sebagian besar orang akan mengaitkannya dengan hal-hal gaib atau menakutkan. Tak heran mengingat produk itu sering ditampilkan dalam adegan film horor.

Tapi, di tangan peneliti Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aek Nauli, Cut Riziani Cholibrina, kemenyan berhasil diolah jadi parfum bernama Tobarium. Pembuatannya mempertimbangkan gradasi aroma sesuai lepasnya partikel masing-masing minyak atsiri penyusun.

Diunggah akun Instagram @kementerianlhk, Sabtu, 4 Mei 2019, wangi parfum itu disebut begitu berkelas. Aromanya tahan lama dengan sensasi harum yang berbeda sepanjang waktu.

Parfum kemenyan saat ini tersedia dalam tujuh varian aroma, yakni Rizla (floral fresh), Riedh@ (floral fruit), Jeumpa (cempaka), Azwa (woody), Aphis (green oceanic), Tiara (oriental) dan Sylva (forest).

Sementara, Kepala Balai Litbang Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Aek Nauli, Pratiara menjelaskan bahwa kemenyan merupakan getah atau resin yang dihasilkan pohon kemenyan (Styrax spp) melalui proses penyadapan.

"Parfum kemenyan berbeda dibandingkan pewangi yang banyak beredar di pasaran, tidak mengandung alkohol, high concentrate sehingga bertahan lama. Selain wangi, parfum juga dapat digunakan untuk aromaterapi dan penyegar," katanya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Diikutsertakan ke Jerman

Kemenyan. (dok. Instagram @kementerianlhk/https://www.instagram.com/p/BxCrtT0hwoy/Dinny Mutiah)

Sekretaris Badan Litbang dan Inovasi (BLI) KLHK, Sylvana Ratina, di Simalungun, menjelaskan ide dasar pengembangan parfum kemenyan adalah menjaga produktivitas pohon kemenyan, serta meningkatkan nilai tambah produk olahannya.

Ia menyatakan resin kemenyan merupakan komoditas hasil hutan bukan kayu utama di Sumatera Utara. Komoditas ini memiliki sumbangan yang cukup besar terhadap pendapatan asli daerah.

"Produk inovasi dari olahan dari Kemenyan, hasil hutan bukan kayu utama di daerah ini akan diikutkan pada Indonesia Innovation Day (IID) di Jerman pada bulan Juni tahun ini," katanya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya