Liputan6.com, Aceh - Membangunkan orang untuk bersantap sahur merupakan kegiatan rutin yang dilakukan Rahmad Maulizar (27). Tahun ini, terhitung sebagai Ramadan ke-11 yang diisinya dengan rutinitas tersebut.
Liputan6.com menyaksikan langsung bagaimana Rahmad membangunkan orang-orang untuk bersantap sahur memasuki hari pertama berpuasa, Senin, 6 Mei 2019. Kegiatan ini berlangsung hampir 1 jam lamanya.
Advertisement
Rahmad awalnya berangkat dari Kelurahan Ujông Barôh yang merupakan tempat ia tinggal bersama istri, menuju desa kelahirannya, Suak Ribéé, sekira pukul 02.40 WIB. Ia saat itu mengendarai sepeda motor trail.
Setelah melewati turunan jembatan Desa Suak Ribéé, Rahmad memberhentikan sepeda motornya untuk memeriksa baterai serta menguji coba megaphone (pengeras suara) yang dia bawa dari rumah. Yakin semua persiapan telah matang ia pun menstarter kembali sepeda motornya.
"Kita mulai dari sini," ujarnya sembari menghirup nafas dalam-dalam.
Tidak lama berselang, suara sirene yang berasal dari pengeras suara terdengar meraung-raung. Rahmad pun mulai berteriak-teriak melalui pengeras suara yang ditenteng sambil berkendara.
"Sahuur, sahuuur, sahuuuur. Ibu-ibu, bapak-bapak, sahuuuur!" teriak Rahmad sembari mengarahkan pengeras suara ke setiap rumah yang dilaluinya.
"Nyan, ka di eh lom. Pu but lom? Jeh kan, kah di eh lom (Nah lo, Kok tidur lagi. Untuk apa tidur lagi? Eh, kan, tidur lagi)," imbuhnya seolah tengah menyindir para penghuni rumah yang matanya masih terasa berat untuk bangun.
Hampir seluruh lorong yang ada di desa itu disusurinya, bahkan gang-gang yang sempit sekalipun. Sesekali ia berhenti di depan rumah seseorang sambil menyebut nama si pemilik rumah.
Setelah merasa seluruh pelosok desa telah dilalui, Rahmad pun berbalik arah menuju pusat kota. Ingin bersantap sahur terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah, kata dia.
Kebiasaan Sejak SMP
Apa pasal Rahmad berbeda dengan orang lain dalam hal membangunkan orang untuk bersantap sahur? Bukan dari idenya untuk menggunakan sirene dan pengeras suara yang tentu saja pernah dilakukan oleh orang lain.
Rahmad sudah melakukan rutinitas tersebut sejak masih di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), tepatnya sejak 2008 atau terhitung sebelas kali bulan Ramadan. Hingga ia menikah pun kebiasaan itu masih dia lakukan.
Dia tetap menyempatkan diri untuk membangunkan warga Desa Suak Ribéé untuk bersantap sahur. Sekalipun dirinya tidak lagi tinggal di desa kelahirannya tersebut karena sudah tinggal bersama istri di Kelurahan Ujông Barôh.
"Saya ke desa kelahiran saya Suak Ribéé ini khusus untuk membangunkan orang sahur. Mengingatkan ibu-ibu, agar segera mempersiapkan menu sahur," ujarnya, kepada Liputan6.com, usai membangunkan orang untuk bersantap sahur, Senin (6/4/2019).
Lelaki lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ini mengaku terobsesi untuk membangunkan orang lain untuk bersantap sahur. Ia akan berpikiran terus jika belum melakukannya.
"Saya bangunin orang dulu untuk sahur. Baru setelah itu saya sahur. Rasanya tidak enak badan kalau belum bangunin orang sahur," akuannya.
Rahmad tidak berharap apa-apa atas apa yang dilakukannya. Membangunkan orang sahur baginya hanyalah salah satu dari sekian banyak cara mewarnai bulan suci.
"Bagi saya, yang penting itu, hidup bisa berguna bagi orang lain," ucapnya.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Advertisement