Kuartal I 2019, Pertumbuhan Ekonomi di Maluku dan Papua Masih Lesu

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia Kuartal I 2019 sebesar 5,07 persen.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Mei 2019, 14:39 WIB
Distrik Agats, Kabupaten Asmat, Papua Barat (Foto: Dok PT Wijaya Karya Tbk)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia Kuartal I 2019 sebesar 5,07 persen. Angka ini naik tipis apabila dibandingkan periode sama tahun lalu hanya sebesar 5,06 persen.

Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan dari pertumbuhan ekonomi sebesar 5,07 persen tersebut secara spasial beberapa provinsi tercatat alami kontraksi.

Seperti misalnya terjadi di Pulau Maluku dan Papua mengalami pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi 10,44 persen. 

Dia menyebut, secara kontribusi kedua pulau itu, kontribusi terhadap perekonomian Indonesia hanya mencapai sebesar 2,19 persen. Kondisi ini berbeda jika dibandingkan beberapa pulau lainnya.

"Pulau Maluku dan Papua mengalami pertumbuhan yang negatif, karena pertumbuhan ekonomi di provinsi Papua Barat pada Kuartal I juga negatif," kata Suhariyanto, di Kantornya, Jakarta, Senin (6/5/2019). 

"Ke depan tentu berharap provinsi di Indonesia Timur bisa lebih bergerak dan beri kontribusi yang besar pada pertumbuhan ekonomi," sambung pria yang kerap disapa Kecuk ini.

Kendati demikian, dari beberapa pulau, pertumbuhan ekonomi yang paling tinggi sendiri terjadi di Pulau Jawa yakni tumbuh 5,66 persen. Kontribusinya masih mendominasi terhadap perekonomian nasional yakni 59,03 persen.

Kemudian posisi selanjutnya berada di Pulau Sumatera yang mengalami pertumbuhan ekonomi 4,55 persen, berada di bawah pertumbuhan ekonomi nasional. Kontribusi Sumatera masih menjadi salah satu yang terbesar pada perekonomian nasional sebesar 21,36 persen.

Sementara itu, Pulau Sulawesi tercatat mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 6,51 persen, dengan kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 6,14 persen.

Lalu Pulau Kalimantan tercatat tumbuh 5,33 persen dengan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 8,26 persen.  Adapun Pulau Bali dan Nusa Tenggara mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 4,64 persen dengan kontribusinya terhadap perekonomian nasional sebesar 3,02 persen.  

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Ekonomi RI Tumbuh 5,07 Persen pada Kuartal I 2019

Pemandangan gedung bertingkat di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Kamis (14/3). Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2019 akan berada di kisaran 5-5,4 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I 2019 sebesar 5,07 persen. Capaian ini naik tipie apabila dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya sebesar 5,06 persen.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Kuartal 1 2019 tumbuh 5,07 persen, naik tipis dibanding periode sebelumnya." kata Kepala BPS, Suhariyanto di Kantornya, Jakarta, Senin, 6 Mei 2019.

Suhariyanto mengatakan apabila dibandingan secara year on year memang pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh. Meski tidak signifikan pertumbuhan ini dinilai cukup baik.

Seperti diketahui pada Kuartal-2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat hanya sebesar 4,94 persen. Kemudian naik tipis pada 2017 periode yang sama sebesar 5,01 persen. Dan terakhir pada 2018 tumbuh sebesar 5,06 persen.

"Kita berharap di kuartal II-2019 akan semakin bagus karena akan konsumsi yang lebih tinggi ada Ramadhan dan Lebaran," pungkasnya.

 


Prediksi Ekonom

Pekerja tengah mengerjakan proyek pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Sabtu (15/12). Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2019 mendatang tidak jauh berbeda dari tahun ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, pertumbuhan ekonomi kuartal I 2019 diprediksi 5,13 persen. Angka pertumbuhan ekonomi tersebut melambat dibandingkan kuartal IV 2018 sebesar 5,18 persen. Sebelumnya, realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal I 2018 sebesar 5,06 persen.

Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede menuturkan, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga seiring peningkatan daya beli konsumen.

Selain itu, terkendalinya inflasi dan kenaikan realisasi pengeluaran bantuan sosial pemerintah hingga 106,2 persen pada kuartal I 2019.

Josua menambahkan, hal ini kemudian juga mendorong stabilnya alokasi pendapatan pada konsumsi periode Januari-Maret 2019.

"Oleh karena itu, kami memproyeksikan ada kenaikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 5,1 persen lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada kuartal IV 2018 sebesar 5,08 persen. Selain itu, pengeluaran pemerintah pada kuartal ini juga akan meningkat hingga kisaran 5-6 persen year on year, meningkat dibandingkan periode sebelumnya 4,6 persen," ujar dia, dalam catatan, Senin (6/5/2019).

Ia menuturkan, di sisi lain, investasi akan cenderung melambat akibat perlambatan realisasi belanja barang modal pemerintah bersamaan dengan perlambatan investasi swasta. Ini ditandai oleh stabilnya investasi langsung domestik dan penurunan investasi asing.

Sementara itu, net ekspor akan meningkat seiring perlambatan impor. Mengacu pada perlambatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2019, Josua menilai pemerintah perlu menjaga daya beli konsumen dengan menjaga inflasi mendekati Ramadan dan Idul Fitri.

"Pemerintah cenderung akan menjaga suplai makanan dan mempertahankan harga dari barang yang harganya diatur seperti listrik dan bensin hingga akhir tahun ini," kata Josua.

Lebih lanjut ia menuturkan, pemerintah juga akan cenderung berusaha mendorong investasi melalui pemberian investasi melalui pemberian insentif, terutama sektor ekonomi yang mempunyai daya saing ekspor.

Sementara itu, Ekonom Indef Bhima Yudhistira menuturkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 5 persen pada kuartal I 2019. Ini karena konsumsi masih stagnan, investasi tertunda karena pemilu dan kinerja ekspor belum bisa diandalkan.

"Pendorong utanga dari belanja pemerintah dalam bentuk belanja pemilu, bantuan sosial, dan dana desa. Pada 2019, proyeksi lima persen (pertumbuhan ekonomi-red)," tutur Bhima.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya