Polri Sebut Teroris JAD Lampung Berencana Tunggangi 'People Power' Pemilu 2019

Mereka berencana melakukan amaliah dengan memanfaatkan momentum Pemilu 2019, terutama pada saat pengerahan massa unjuk rasa di Jakarta.

oleh Ratu Annisaa Suryasumirat diperbarui 06 Mei 2019, 18:21 WIB
Karopenmas Mabes Polri, Brigjen Dedi Prasetyo memberi keterangan terkait penangkapan terduga teroris di Jakarta, Senin (6/5/2019). Sebelumnya, Densus 88/Anti Teror meringkus tujuh orang kelompok JAD jaringan Lampung dan menyita sejumlah barang bukti. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Polri meringkus 8 terduga teroris jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Lampung dalam sepekan terakhir. Berdasarkan interogasi sementara, kelompok tersebut berencana melakukan amaliah atau aksi teror dengan memanfaatkan momen unjuk rasa sengketa Pemilu 2019 di Jakarta, termasuk ancaman pengerahan massa atau people power.

“Dari hasil pemeriksaan tersangka yang pertama kali, si SL itu sebagai leader-nya itu ngomong, kita (manfaatkan) momentum ada people power, ada kerusuhan massa yang ada di Jakarta, itu akan kita manfaatkan sebagai trigger,” ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo di kantornya, Jakarta Selatan, Senin (6/5/2019).

Dedi menerangkan, unjuk rasa sengketa pemilu dipilih sebagai target amaliah karena dinilai memiliki keuntungan ganda bagi kelompok tersebut. Mereka dengan mudah dapat menyasar aparat keamanan yang tengah mengamankan unjuk rasa. Apalagi aparat keamanan selama ini dicap oleh mereka sebagai toghut yang harus diperangi.

Selain itu, Dedi menambahkan, kelompok JAD Lampung juga menargetkan jatuhnya korban sipil dalam jumlah banyak. Tujuannya untuk menebar ketakutan serta membuat kegaduhan yang lebih luas dan masif.

"Dengan adanya serangan itu, maka emosi masyarakat akan menjadi terpengaruh, dan ini berbahaya. Oleh karenanya, sekali lagi Densus 88 bersama Satgas Antiterorisme dan Radikalisme yang ada di polda-polda terus melakukan monitoring secara masif juga melakukan upaya preventive strike terhadap jaringan-jaringan yang terstruktur," tuturnya.

 

 

* Ikuti perkembangan Real Count Pilpres 2019 yang dihitung KPU di tautan ini

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Terlibat Bom Thamrin Hingga Kerusuhan Mako Brimob

Karopenmas Mabes Polri, Brigjen Dedi Prasetyo (kanan) menunjukkan gambar sejumlah barang bukti yang disita dari terduga teroris saat rilis di Jakarta, Senin (6/5/2019). Sebelumnya, Densus 88/Anti Teror meringkus tujuh orang kelompok JAD jaringan Lampung. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

SL sendiri telah dipantau Densus 88 Antiteror Polri sejak 2014 lalu. Sebagai pentolan di JAD Lampung, SL diketahui terlibat dalam serangkaian aksi teror di Indonesia, mulai dari Bom Thamrin, Jakarta Pusat pada 14 Januari 2016 hingga kerusuhan napi kasus terorisme di Rutan Mako Brimob, Depok pada Mei 2018.

"Kelompok SL ini dari Lampung turun ke Jakarta untuk melakukan aksi amaliyah juga, beberapa kelompok tersebut berhasil ditangkap oleh aparat Densus 88. Dari hasil pemeriksaan tersangka yang ditangkap di sekitar Mako Brimob, mereka menyebutkan yang menggerakkan adalah SL, kemudian mereka berpencar," kata Dedi.

“Jadi yang pertama Thamrin, yang kedua di Mako Brimob, yang ketiga ini. Yang ketiga memanfaatkan momentum-momentum ini. Pemilu ada kejadian, chaos,” ucap Dedi mengakhiri.

Dalam empat hari pada awal Mei 2019, Densus 88 Anti Teror menangkap delapan terduga teroris jaringan JAD Lampung di beberapa wilayah di Indonesia. Mereka adalah RH, M, SL (34), AN (20), MC (28), MI, IF (19), dan T (25).

Satu di antaranya, yakni T tewas ditembak dan terkena bom rakitannya sendiri. T terpaksa dilumpuhkan karena berusaha melawan petugas dengan melemparkan bom rakitan yang ia bawa.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya