Truk BBM Terbalik dan Meledak di Niger, 55 Orang Tewas

Sebuah truk tanker pengangkut minyak di ibu kota Niger, Niamey, terbalik dan terbakar --merenggut nyawa 55 orang.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 07 Mei 2019, 06:43 WIB
Sebuah truk tanker pengangkut minyak di ibu kota Niger, Niamey, terbalik dan terbakar --merenggut nyawa 55 orang yang hampir seluruhnya tewas saat berusaha mengumpulkan tumpahan bahan bakar (Boureima Hama / AFP PHOTO)

Liputan6.com, Niamey - Sebuah truk tanker pengangkut minyak di Niamey, ibu kota Niger terbalik, terbakar dan meledak --merenggut nyawa 55 orang yang hampir seluruhnya tewas saat berusaha mengumpulkan tumpahan bahan bakar sebelum tersulut api.

Ledakan juga melukai 37 orang lainnya. Banyak yang terluka menderita luka bakar parah dan korban jiwa diperkirakan akan meningkat.

Peristiwa itu terjadi pada Minggu 5 Mei 2019 malam waktu lokal, di Jalan RN 1 akses menuju bandara Diori Hamani di Niamey, kata Menteri Dalam Negeri Mohamed Bazoum dalam sebuah posting Twitter.

"Tepat sebelum tengah malam ketika saya keluar dan saya melihat truk terbalik. Orang-orang datang dari mana-mana untuk mengambil bensin, kemudian saya melihat api di sisinya dan semuanya terbakar," kata seorang mahasiswa kepada Agence France-Presse, dilansir dari CNN, Selasa (7/5/2019).

Menteri Bazoum mengunjungi lokasi kecelakaan bersama Presiden Issoufou Mahamadou dan memposting dalam bahasa Prancis di akun Twitter-nya: "Pagi ini dengan #PM di lokasi tragedi di distrik Bandara setelah sebuah truk tangki terguling tidak jauh dari sebuah pompa bensin. Ketika beberapa warga mencoba menyedot bensin, truk itu meledak."

Presiden Niger juga mengunjungi beberapa yang terluka di rumah sakit dan menyebut insiden itu sebagai "tragedi nasional."

"Saya ingin menyampaikan belasungkawa yang paling tulus kepada keluarga-keluarga yang berduka. Semoga yang meninggal beristirahat dalam damai dan pemulihan yang cepat bagi yang terluka," kata Presiden Mahamadou.

Kecelakaan truk tanker minyak biasa terjadi di Niger --yang bertetangga dengan Nigeria, salah satu negara Afrika produsen minyak utama.

Pada Oktober 2018, 20 mobil dan empat sepeda motor komersial terbakar ketika sebuah kapal tanker menumpahkan minyak di jalan yang sibuk.


Kejadian Serupa di Nigeria pada 2012, Korban Tewas hingga 100 Orang

Truk BBM meledak di Nigeria pada Kamis 12 Juli 2012 (AFP Photo)

Tragedi serupa di Nigeria bermula saat sebuah truk bermuatan bahan bakar minyak (BBM) terguling di jalanan yang rusak parah dan penuh lubang di wilayah Niger Delta, Nigeria pada Kamis, 12 Juli 2012.

Sopir truk tangki berusaha menghindari tabrakan dengan dua kendaraan. Dia kehilangan kontrol, kemudian truk terguling dan segala isinya tumpah, kata Ben Ugwuegbulam, seorang juru bicara Kepolisian Rivers State.

Muatan di dalamnya tumpah memenuhi jalanan. Melihat minyak berlimpah itu, orang-orang ramai-ramai mendekat, berusaha meraupnya. Mereka tak sadar malapetaka segera menjelang.

"Sopir sudah memperingatkan mereka untuk meninggalkan tempat kejadian," ujar Ugwuegbulam.

Tanpa peringatan, truk itu tiba-tiba meledak. Minyak yang tumpah kian memperburuk kondisi. Tanpa ampun, api menyambar apa pun yang dilaluinya. Akibatnya, lebih dari 100 orang tewas, sekitar 50 lainnya cedera.

Jasad-jasad hangus yang tergeletak di lokasi kejadian tak lagi utuh. Api terlalu ganas membakar. Sementara, petugas dibantu tentara berusaha memindahkan mereka dalam sebuah truk.

Seperti dikutip dari Daily Mail, Rabu (11/7/2018), sejumlah saksi mata mengaku, sejumlah jasad masih terbaring di lokasi beberapa jam setelah kejadian, termasuk tubuh berukuran kecil yang diduga kuat anak-anak.

"Bagaimana bisa anak-anak kecil punya niat untuk meraup minyak yang tumpah?" kata Alagoa Morris, koordinator Oil Watch Nigeria, prihatin.

Lokasi dan sebaran jasad-jasad para korban mengarah pada indikasi, mereka mencoba lari sekuat tenaga saat api membakar tubuh mereka.

"Bagaimana mungkin orang yang cukup makan menyendoki minyak milik orang lain? Pasti pemicunya adalah kemiskinan."

Sementara itu, petugas medis di rumah sakit terdekat, yang minta namanya tak disebutkan mengaku, mereka tak punya cukup obat dan alat untuk menangani pasien dengan luka bakar parah.

Kondisi itu membuat keluarga pasien yang cemas bertambah panik. Salah satunya Sunday Akpara yang saudara laki-lakinya mengalami luka bakar parah akibat terjebak dalam api. "Para dokter hanya bisa memberikan infus kepada para korban. Kami bahkan harus membawa pulang saudaraku sebelum ia meninggal di sini."

Apa sesungguhnya yang memicu api di Nigeria belum jelas. Apalagi, tanker pembawa minyak terbakar hebat hingga tinggal abu.


Kaya Minyak Namun Miskin

Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Meski beberapa dekade menjadi wilayah penghasil minyak bumi, sebagian besar warga yang tinggal di Delta Niger hidup miskin. Mayoritas mereka tak punya akses ke perawatan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan.

Kemarahan atas situasi tersebut pada beberapa kesempatan mendorong sejumlah generasi muda menyerang perusahaan-perusahaan minyak asing yang berbasis di sana atau mencuri bahan bakar dari jaringan pipa.

Minyak mentah yang mengalir dari Delta Niger adalah urat nadi perekonomian Nigeria -- yang pada 2012 memompa sekitar 2,4 juta barel minyak per hari. Ini menjadikan negara itu produsen terbesar di Afrika.

Kecelakaan pada 2012 terjadi di dekat kota Okogbe, sekitar 40 mil dari Port Harcourt, ibu kota minyak Nigeria. Sejumlah saluran pipa dan stasiun pengisian bahan bakar berada di dekat lokasi kecelakaan. Untungnya, api tak sampai menjalar ke sana.

Presiden saat itu Goodluck Jonathan mengaku sedih atas peristiwa yang memicu banyak korban tewas. Ia mengaku bingung saat dihadapkan pada fakta bahwa banyak nyawa warga Nigeria yang hilang dalam kebakaran terkait bahan bakar.

Kecelakaan lalu lintas juga sering terjadi di jalanan Nigeria yang tak terawat. Para pengemudi kerap ngebut dengan kecepatan tinggi, menyalip kendaraan yang lebih kecil, sehingga memicu kecelakaan lalu lintas yang merenggut banyak nyawa.

"Kejadian tersebut mengungkapkan kisah tragis terkait kondisi infrastruktur dan kemiskinan rakyatnya," kata Nnimmo Bassey, direktur eksekutif Environmental Rights Action.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya