Anjungan Lepas Pantai YY PHE Hasilkan 4 Ribu Barel Minyak per Hari

Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) mempercepat pengembangan Lapangan YY untuk meningkatkan produksi migas.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 07 Mei 2019, 13:05 WIB
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java  (PHE ONWJ) mempercepat pengembangan Lapangan YY untuk meningkatkan produksi minyak dan gas bumi (migas) nasional.

Anjungan lepas pantai YYA kini telah terpasang di Perairan  Pantai  Utara  Jawa Barat.

Direktur Pengembangan Pertamina Hulu Energi (PHE), Afif Saifudin mengatakan, Proyek YY adalah salah satu proyek yang secara ketat dipantau Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) karena akan beroperasi tahun ini, memberikan kontribusi dalam mencapai target produksi. 

"Sehingga apabila dimungkinkan kita akan mendorong agar proyek ini dapat selesai lebih cepat," kata Afif, di Jakarta, Selasa (7/5/2019).

Perjalanan dari Handil, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur ke titik instalasi di Perairan Utara Jawa Barat memakan  waktu selama 10 hari, atau menempuh jarak sekitar 1.700 Kilometer (KM). 

Proses instalasi pemasangan Anjungan  YYA dimulai sejak 8 April 2019 dimulai dengan proses pengangkatan jacket platform YYA (tripod) dari barge Kreuz 282 oleh barge KP-1 menuju koordinat instalasi. 

Setelah itu dilanjutkan dengan  proses pemancangan (piling), pemasangan boat landing, pemasangan riser, dan terakhir dilakukan pemasangan topside serta debris survei untuk kesiapan pemboran yang diselesaikan pada 29 April 2019.

Proyek dengan alokasi biaya USD 85,4  juta dengan potensi cadangan minyak dan gas yang cukup besar mencapai 4 juta barel  dan gas 21,2 miliar standar kubik feet direncanakan berproduksi pada akhir September 2019.  

Diharapkan nantinya Lapangan YY akan menyumbang tambahan produksi minyak sebesar 4.065 barel per hari (bph) dan gas bumi mencapai  25,5 MMSCFD di kepala sumur.

Produksi dari Lapangan YY akan digunakan seluruhnya untuk kepentingan dalam negeri sehingga menjadi pendorong roda perekonomian industri di sekitar wilayah kerja PHE ONWJ.

"Sejak dimulainya tahap pabrikasi pada Agustus 2018, hingga instalasi pada  April 2019, milestone pengembangan Lapangan YY diharapkan memenuhi on time, on budget, on scope dan on return.Selain itu, kami selalu mengedepankan aspek keselamatan, kesehatan dan lindung lingkungan dalam pelaksanaannya," tutur General Manager PHE ONWJ, Slamet Susilo.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Lebih Hemat, Pertamina Pakai Software Penghitung Aliran Migas Buatan Sendiri

Petugas lapangan memantau Area Tanki LPG (Spherical Tank) di kawasan kilang RU V Balikpapan, Kalimantan, Kamis (14/05). Kilang RU V merupakan kilang pengolahan minyak Pertamina terbesar ke-2 di Indonesia. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) meluncurkan PertafloSIM, perangkat lunak (software) penghitung aliran minyak dan gas (migas) dalam pipa sejak dari dasar sumur hingga ke permukaan dan titik serah atau titik jual (sales point).

Direktur Perencanaan, Investasi, dan Manajemen Risiko (PIMR) Pertamina Heru Setiawan mengatakan, inovasi ini merupakan bagian dari upaya Pertamina untuk melakukan efisiensi khususnya di sektor hulu. Software buatan sendiri ini biayanya jauh lebih hemat dibanding software komersial dengan sistem sewa lisensi yang sebelumnya digunakan Pertamina.

“Pertamina saat ini sedang mengembangkan jaringan perpipaan yang luas pada blok-blok terminasi, sehingga software ini sangat mendukung efisiensi di sektor hulu,” kata Heru, di Jakarta, Selasa, 16 April 2019.

Heru menjelaskan, software ini merupakan hasil inovasi Tim Research and Technology Center Pertamina bersama dengan Research Consortium OPPINET Institut Teknologi Bandung (ITB).

PertafloSIM, merupakan kebanggaan karena hasil inovasi anak negeri sendiri. Kinerjanya sudah divalidasi dengan data lapangan-lapangan di Indonesia, dan berhasil memberikan solusi terhadap masalah operasi yang ada.

“Software ini sudah diterapkan pada ujicoba di Lapangan Tambun yang memiliki jaringan lengkap mulai dari dry gas, black oil, dan model multiphase compositional," tutur Heru.

PertafloSIM juga telah dipresentasikan kepada SKK Migas dan Direktorat Hulu yang akan menjadi potensi pengguna paling besar, mulai dari Upstream Technical Center, Eksploitasi Pertamina EP, Asset-1, Asset-2, Asset-3, Asset-4, dan Asset-5 Pertamina EP, Pertamina Hulu Energi, dan Pertamina Hulu Mahakam.

"Awalnya, software ini dikembangkan di sebuah mesin pemrograman, kemudian sejak 2016 muncul ide untuk membuat software dalam sebuah Graphical User Interface yang lengkap berisi modul-modul yang dibutuhkan yang akan menjadi alat kerja engineer sehari-sehari. Pada tahun 2016, usulan nama software adalah Pertaflo, dan di awal tahun 2019 disepakati seluruh pihak nama software ini menjadi PertafloSIM," paparnya.

 


18 Tahun

Suasana di SPBU Kuningan Jakarta, Sabtu (5/5). Pemerintah berencana untuk menambah subsidi solar di tengah harga minyak dunia yang sedang naik. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sejak 18 tahun lalu Pertamina bekerjasama dengan ITB mengembangkan software perhitungan aliran minyak dan gas dalam pipa. Motivasinya adalah bagaimana memecahkan permasalahan-permasalahan di lapangan melalui model matematika dan simulasi.

Ke depan, PertafloSIM rencananya akan digunakan secara intensif di lingkungan Pertamina sehingga terwujud efisiensi biaya produksi dan terciptanya potensi perusahaan dalam mengembangkan teknologi sendiri.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya