Liputan6.com, New York - Wakil Tetap (Watap) Indonesia untuk PBB di New York dikabarkan telah menerima proposal Palestina yang ingin agar eskalasi konflik terbaru di Jalur Gaza dibahas di Dewan Keamanan.
Kabar itu disampaikan oleh Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi di sela-sela agenda Presidensi Indonesia di Dewan Keamanan, di Markas PBB di New York pada Senin 6 Mei 2019 waktu lokal.
Sebelumnya, kantor berita Palestina Wafa melaporkan, Presiden Palestina Mahmoud Abbas menginstruksikan Wakil Tetap Palestina untuk PBB Riyad Mansour pada awal pekan ini untuk meminta PBB mempertimbangkan pertemuan di Dewan Keamanan guna menghentikan agresi Israel terhadap orang Palestina di Jalur Gaza.
Baca Juga
Advertisement
Rencana itu datang setelah gerilyawan Gaza dan Israel melaksanakan saling balas serangan roket dan artileri udara sepanjang akhir pekan lalu, menewaskan hampir 30 orang Palestina dan 4 Israel.
Menyikapi, Menlu Retno mengatakan, "Wakil Tetap Palestina di PBB (Riyad Mansour) sudah mengirim surat kepada Wakil Tetap RI di PBB (Triansyah Djani) selaku personifikasi Presidensi Indonesia di Dewan Keamanan PBB," ujarnya di New York (6/5/2019).
"Pak Dubes (Triansyah) juga sudah mengedarkan surat tersebut ke semua anggota Dewan Keamanan PBB," lanjut Retno.
Belum diketahui apakah Dewan Keamanan PBB akan segera mengadakan pertemuan usai pengajuan usulan dari Palestina.
Menlu Retno menambahkan bahwa Watap RI dan Watap Palestina juga telah berdiskusi mengenai detail situasi yang ada di sana.
"Sudah berbicara mengenai detail situasi dengan Watap Palestina dan akan menjalin komunikasi dengan pihak lainnya, terutama dengan Sekjen PBB terkait situasi di Gaza," lanjut Menlu Retno yang menambahkan bahwa RI juga telah melakukan compare notes dengan Mesir di PBB terkait situasi tersebut.
Mesir, bersama Qatar dan PBB, disebut-sebut sebagai pihak yang telah menengahi Gaza dan Israel untuk menyepakati gencatan senjata sementara usai eskalasi kekerasan akhir pekan lalu.
Eskalasi Kekerasan di Gaza - Israel
Eskalasi kekerasan akhir pekan lalu bermula akibat sebuah bentrokan di perbatasan Gaza - Israel dalam sebuah demonstrasi rutin setiap hari Jumat, yang kala itu jatuh pada tanggal 3 Mei 2019.
Militer Israel menuduh bahwa penembak jitu Palestina telah melukai dua anggota IDF dalam demonstrasi rutin. Merespons, mereka menembak dan membunuh dua orang Palestina dalam kerumunan demonstran.
Membalas langkah Israel, Gaza menembakkan sekitar 600 roket ke Israel pada Sabtu 4 Mei malam hingga setidaknya Minggu 5 Mei, menurut pernyataan militer Israel (IDF). Namun, sebagian besar roket dicegat dengan sistem pertahanan udara Iron Dome.
Sebagai balasan, Israel melancarkan serangan udara terhadap setidaknya 300 target di Gaza hingga Senin 6 Mei pagi, dan menyebut sasaran itu sebagai kantung gerilyawan atau intelijen Hamas serta para pendukungnya.
Akibatnya, hampir 30 orang Palestina --termasuk tiga perempuan, dua di antaranya hamil, dua bayi dan seorang anak-- terbunuh oleh serangan Israel ke Jalur Gaza dari Jumat hingga Senin 6 Mei pagi, kata juru bicara Kementerian Kesehatan Palestina Ashraf al-Qudra kepada Asia Times. Dia menambahkan bahwa lebih dari 300 lainnya terluka, beberapa di antaranya kritis.
Direktur Kementerian Tenaga Kerja di Gaza, Naji Sarhan, mengatakan pada Senin pagi bahwa 130 rumah hancur total di Gaza dan 700 lainnya rusak sebagian.
Advertisement
Indonesia Kecam Aksi Kekerasan Israel di Jalur Gaza
Pemerintah Indonesia angkat bicara mengenai eskalasi konflik antara Jalur Gaza dan Israel sepanjang akhir pekan lalu, yang menewaskan 23 orang Palestina termasuk seorang ibu dan bayinya.
"Indonesia mengecam keras aksi kekerasan terhadap warga Palestina di Gaza (5/5)," tulis Kementerian Luar Negeri RI via twitter, Senin (6/5/2019).
"Kekerasan-kekerasan seperti itu terjadi akibat berlanjutnya pendudukan ilegal Israel di wilayah Palestina yang telah memakan korban jiwa dan kesengsaraan bagi penduduk sipil Palestina," lanjut Kemlu RI.
"Memasuki bulan suci Ramadan, Indonesia mendesak agar semua bentuk kekerasan dihentikan."