Kapolri Tegaskan 25 Polisi Meninggal Saat Pemilu Bukan karena Intimidasi

Kapolri menegaskan, 25 anak buahnya gugur saat mengamankan Pemilu 2019 karena sakit dan kecelakaan lalu lintas.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Mei 2019, 19:54 WIB
Kapolri Jenderal Tito Karnavian (tengah) dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto (kiri) memberi keterangan saat mengikuti raker dengan Komite I DPD RI di kompleks parlemen, Jakarta, Selasa (7/5/2019). Tito menyatakan aksi people power terkait Pemilu 2019 terancam pidana. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta - Ratusan anggota KPPS dan pengawas Pemilu 2019 meninggal dunia saat melaksanakan tugas. Penyebab utamanya karena kelelahan. Selain penyelenggara dan pengawas Pemilu, puluhan anggota polisi juga meninggal dunia dalam tugas mengamankan Pemilu 2019.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyampaikan, sebanyak 25 orang jajarannya gugur dalam tugas. Mereka meninggal karena sakit dan kecelakaan lalu lintas.

"Anggota Polri yang meninggal sebanyak 25 orang, meninggal saat masuk tugas, dan itu masuk kategori gugur. Delapan orang meninggal karena kecelakaan lalu lintas dan 17 orang karena sakit," ujar Tito saat menghadiri rapat dengan Komite I DPD RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (7/5/2019).

Tito membantah isu yang menyebut anggotanya meninggal karena adanya tekanan atau intimidasi saat mengamankan Pemilu 2019. Dia menegaskan, anggota Polri yang meninggal karena memiliki riwayat gangguan kesehatan.

"Kita pahami karena ada gangguan kesehatan. Adanya isu karena intimidasi dan lain-lain, kami menolak tegas," kata Kapolri.

 

 

* Ikuti perkembangan Real Count Pilpres 2019 yang dihitung KPU di tautan ini

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Tak Ada Gangguan Signifikan

Personel Polri dan TNI menggelar apel gabungan Penyelenggara Pemilu 2019 di Lapangan Monas, Jakarta, Selasa (18/9). Apel Mantap Brata 2018 ini dihadiri Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Tito menuturkan, tidak ada gangguan signifikan pada proses pemungutan suara Pemilu 2019 pada 17 April lalu. Dia menyebut, kondusifitas pemilu serentak itu merupakan prestasi bagi bangsa Indonesia.

Kepolisian mencatat, hanya ada tiga kasus yang tak terlalu serius pada pelaksanaan pesta demokrasi lima tahunan itu. Yaitu penganiayaan anggota Linmas terhadap Ketua KPPS di Musi Rawas, Sumatera Selatan serta kasus rebutan menjadi saksi parpol yang melibatkan dua kelompok warga di Sampang, Jawa Timur.

"Akhirnya berantem dari satu partai tertentu, ada yang luka, sudah ditangkap dan proses. Kasus lainnya di Sampang juga di mana ada yang melarikan satu kotak suara, motif ekonomi," kata Tito.

"Tidak ada kejadian signifikan dari Sabang sampai Merauke. Yang ada pemilihan suara ulang, lanjutan, susulan," pungkasnya.

 

Reporter: Hari Ariyanti

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya