Wall Street Tergelincir karena Kekhawatiran Perang Dagang

Investor Wall Street menyatakan keprihatinannya jika tarif tambahan diberlakukan.

oleh Arthur Gideon diperbarui 08 Mei 2019, 05:38 WIB
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Wall Street mengalami tekanan pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Pendorong pelemahan bursa saham di Amerika Serikat (AS) ini karena meningkatnya kekhawatiran perang dagang antara AS dengan China.

Mwngutip Reuters, Rabu (8/5/2019), Dow Jones Industrial Average turun 473,39 poin atau 1,79 persen menjadi 25.965,09. Untuk S&P 500 kehilangan 48,42 poin atau 1,65 persen menjadi 2.884,05. Sedangkan Nasdaq Composite turun 159,53 poin atau 1,96 persen menjadi 7.963,76.

Dow Jones Industrial Average membukukan penurunan harian terbesar kedua tahun ini, sementara S&P 500 dan Nasdaq mencatat penurunan persentase terbesar ketiga.

Pelemahan Wall Street ini terjadi usai perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin mengatakan pada hari Senin kemarin bahwa China telah mundur dari komitmen yang dibuat selama negosiasi perdagangan.

Komentar itu mengikuti pernyataan tak terduga Presiden Donald Trump pada hari Minggu bahwa ia akan menaikkan tarif barang-barang Cina senilai USD 200 miliar menjadi 25 persen dari 10 persen.

Tarif tambahan ditetapkan mulai berlaku pada hari Jumat jika perjanjian perdagangan tidak tercapai saat itu.

Beijing mengatakan pada hari Selasa bahwa Wakil Perdana Menteri China Liu akan mengunjungi AS pada hari Kamis dan Jumat untuk pembicaraan perdagangan.

Berbagai komentar yang keluar tersebut menimbulkan kekhawatiran di antara beberapa investor di Wall Street bahwa pembicaraan perdagangan antara Cina dan AS bisa memakan waktu lebih lama untuk diselesaikan daripada yang diperkirakan sebelumnya.

"Minggu demi minggu, kami telah mendengar ada kemajuan dan bahwa kesepakatan akan tercapai," kata Kate Warne, analis Edward Jones di St. Louis. "Namun ternyata sekarang tidak sesuai harapaan," lanjut dia.

Investor menyatakan keprihatinannya jika tarif tambahan diberlakukan. Hal tersebut dapat mengganggu rantai pasokan dan juga pertumbuhan ekonomi.

"Ancaman tarif belum ditelusuri sejak akhir Desember," kata Kim Forrest, analis Bokeh Capital Partners di Pittsburgh. "Itu bisa mengganggu simbiosis antara Cina dan Amerika Serikat." kata dia. 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Industri Terdampak

Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Saham industri dan teknologi yang sensitif terhadap perdagangan mengalai prosentase penurunan terbesar di antara sektor-sektor utama dalam indeks utama S&P 500. Sebanyak 11 sektor memerah, dan hanya sektor utilitas dan energi yang jatuh kurang dari 1 persen.

Saham Boeing Co, eksportir AS terbesar ke China, turun 3,9 persen. Saham Caterpillar Inc dan industri lain yang sensitif terhadap China turun 2,3 persen.

Di antara saham teknologi, saham Microsoft Inc turun 2,1 persen, sementara saham Apple Inc turun 2,7 persen. Apple dan Microsoft adalah dua hambatan teratas pada S&P 500.

Indeks Volatilitas CBOE, ukuran kecemasan investor, melonjak ke level tertinggi dalam lebih dari tiga bulan.


Perdagangan Sebelumnya

Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street tumbang pada hari Senin (Selasa pagi WIB) setelah Presiden AS Donald Trump mengancam untuk menaikkan tarif impor barang-barang asal China. Kerugian pasar yang tajam tertahan kenaikan saham perawatan kesehatan dan keyakinan sejumlah investor bahwa perdamaian perang dagang AS-China akhirnya akan tercapai.

Dilansir dari Reuters, Selasa (7/5/2019), Indeks Dow Jones Industrial Average turun 66,47 poin atau 0,25 persen menjadi 26.438,48, indeks S&P 500 kehilangan 13,17 poin atau 0,45 persen menjadi 2.932,47 dan Nasdaq Composite turun 40,71 poin atau 0,5 persen menjadi 8.123,29. 

Trump akan menaikkan tarif impor barang-barang China senilai USD 200 miliar dari 10 persen menjadi 25 persen, membalikkan keputusan yang dibuatnya pada Februari untuk mempertahankannya di level 10 persen karena AS dan China membuat kemajuan dalam pembicaraan perdagangan.

China mengatakan pada hari Senin bahwa delegasi masih bersiap untuk pergi ke Amerika Serikat tetapi tidak menyebutkan apakah Wakil Perdana Menteri Liu He, pejabat utama dalam negosiasi, akan menjadi bagian dari tim seperti yang direncanakan semula.

Ancaman Trump memunculkan kekhawatiran perlambatan pertumbuhan global, yang secara berkala mengguncang pasar selama setahun terakhir. Indeks S&P 500 turun sebanyak 1,6 persen selama sesi perdagangan hari ini. Sementara yield obligasi AS turun karena investor beralih ke obligasi pemerintah berisiko rendah.

Namun, indeks utama pulih dari kerugian besar mereka dalam perdagangan sore karena beberapa investor tetap berharap bahwa perjanjian perdagangan akan segera tercapai.

Peningkatan saham perawatan kesehatan membantu mengimbangi kerugian sektor perdagangan. Kenaikan sektor saham ini mendapat kenaikan lebih lanjut karena saham Centene Corp naik 6,6 persen setelah Reuters melaporkan bahwa dua dana lindung nilai telah membangun taruhan di firma asuransi kesehatan dan sedang menjajaki akuisisi WellCare Health Plans Inc.

Boeing Co, eksportir tunggal AS terbesar ke China, turun 1,3 persen. Pembuat chip, yang mendapatkan porsi besar dari pendapatan mereka dari China, juga jatuh. Indeks chip Philadelphia turun 1,7 persen. Saham Apple Inc, yang juga sensitif terhadap tanda-tanda kelemahan di China, turun 1,5 persen.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya