Cerita Sandiaga soal Prabowo Bertemu Media Asing

Sandi mengatakan, Prabowo juga mengungkit perbedaan antara Pilpres 2014 dan 2019.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Mei 2019, 07:40 WIB
Calon Wakil Presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno berada di dalam mobil usai pertemuan dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Kuningan, Jakarta, Kamis (10/1). Prabowo-Sandi melakukan pertemuan tertutup di kediaman SBY. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Cawapres nomor urut 02 Sandiaga Uno menceritakan isi pertemuan antara Prabowo Subianto dan wartawan media asing di kediaman Kertanegara IV, Kebayoran Baru, pada Senin, 6 Mei 2019. Ia menjelaskan, Prabowo mengungkapkan soal kondisi Pemilu 2019 dan indikasi kecurangan.

"Pak Prabowo menyampaikan ada 6,7 calon pemilih yang tidak mendapatkan undangan. 73 ribu laporan kesalahan entry di TPS. Juga ada beberapa laporan-laporan yang sudah dilaporkan ke Bawaslu dan Pak Prabowo minta ini dikoreksi. Itu permintaan yang sangat simpel," kata Sandiaga di Rumah Siap Kerja, Jl Wijaya I No 26, Jakarta Selatan, Selasa, 7 Mei 2019.

Sandi mengatakan, Prabowo juga mengungkit perbedaan antara Pilpres 2014 dan 2019. Prabowo mengatakan, kesalahan input data dan laporan kecurangan lebih banyak didapatkan di pilpres sekarang.

"Pak Prabowo menyatakan bahwa di 2014 dia datang ke pelantikan dia hormati prosesnya karena dia ingin yang terbaik buat Indonesia. Tapi tahun 2019 ini jumlahnya terlalu besar," ungkap Sandiaga Uno.

Sandi menyebut, Prabowo masih berprasangka baik kepada penyelenggara pemilu untuk menyelesaikan dan mengoreksi masalah kecurangan di sisa waktu yang ada. Prabowo tak ingin demokrasi dicederai dan tak akan menerima hasil pemilu yang curang.

"Dia tidak akan menerima pemilu yang curang, perbedaan dengan 2014 dengan 2019. Pak Prabowo bilang Pak Prabowo tidak akan menerima a fraud result of fraudulent election itu kata katanya. (Prabowo) saya kuot fraudulent election. Jadi fraudulent election ini pemilu yang curang," tutur Sandiaga.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Masyarakat Paham

Selanjutnya, Prabowo berbicara bahwa masyarakat Indonesia sudah sangat cerdas dan bisa memahami apa yang terjadi pada Pemilu 2019 ini. Sehingga masyarakat tidak mungkin tinggal diam jika ada kecurangan dan ketidakadilan dalam pemilu.

"Pak prabowo bilang dia bukan diktator dia tidak bisa memberikan arahan tidak bisa memberikan perintah tapi dia yakin masyarakat Indonesia sudah dewasa dan sudah tau apa yang mereka akan lakukan," tuturnya.

"Dan berdasarkan sejarah Pak Prabowo bilang masyarakat menantikan tindak lanjut segera dari penyelenggara pemilu untuk mengoreksi dan memperbaiki," tandas Sandiaga Uno.

 

Reporter: Muhammad Genantan Saputra

Sumber: Merdeka

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya