Manfaat Luar Biasa Puasa bagi Kesehatan Otak dan Mental

Secara medis, puasa tidak hanya melindungi tubuh dari penuaan dan makan berlebihan, tapi juga menurunkan risiko masalah kesehatan mental dan otak.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 08 Mei 2019, 10:00 WIB
Jemaah muslim wanita melakukan salat sebelum berbuka puasa Ramadan di Lafayette Square, Washington DC (6/6). Usai melakukan salat mereka juga melakukan buka puasa Ramadan bersama. (AFP/Mandel Ngan)

Liputan6.com, Jakarta Puasa memiliki banyak manfaat yang bisa ditelaah secara medis. Tidak hanya efek positif pada fisik, tetapi juga kesehatan mental.

Ahli gizi Claire Mahy mengatakan, puasa memungkinkan usus untuk membersihkan dan memperkuat lapisannya. Ini juga merangsang proses yang disebut autofagi, yakni ketika sel membersihkan diri dan menghilangkan partikel yang rusak dan berbahaya.

Para ilmuwan juga mempelajari hubungan antara diet, kesehatan usus, dan kesehatan mental. Michael Mosley, penulis buku The Fast Diet mengatakan puasa ini bisa menyebabkan pelepasan BDNF (brain-derived neurotrophic factor atau faktor neurotopik yang diturunkan dari otak) yang berada di otak.

"Ini telah terbukti melindungi sel-sel otak dan dapat mengurangi depresi, kecemasan, serta risiko mengembangkan demensia," kata Mosley seperti dikutip dari Aljazeera pada Rabu (8/5/2019).

 

Simak juga video menarik berikut ini:


Manfaat Puasa Bisa Hilang Kalau...

Ilustrasi makan bersama sahur dan buka puasa (iStockphoto)

Selain bagi kesehatan mental, puasa yang dilakukan dengan benar bisa membantu membakar lemak dan menambah massa otot.

Ahli gizi Nazmin Islam mengatakan, penurunan berat badan yang berkelanjutan bisa dilakukan dengan berpuasa selama bulan Ramadan. Namun, efeknya bisa hilang ketika seseorang kembali ke kebiasaan makan lamanya.

"Namun, manfaatnya lebih besar daripada yang kontra. Dalam jangka panjang, puasa, jika dilakukan dengan benar, bisa meningkatkan sistem pencernaan seseorang dan metabolisme secara keseluruhan," kata Nazmin menambahkan.

 


Mencegah Risiko Kanker

Yuk, intip 5 menu buka puasa yang mampu mengembalikan kebugaran tubuh ini!

Ketika ditemui Health Liputan6.com, Ketut Suastika, ahli endokrinologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana mengatakan puasa juga bisa dilakukan di luar bulan Ramadan. Beberapa tradisi seperti puasa Senin dan Kamis juga memiliki manfaatnya.

"Karena kalau kita terus makan banyak, secara teori, seseorang akan cepat menua dan cepat meninggal," kata Ketut beberapa waktu lalu di Jakarta.

Ketika seseorang makan terus menerus, tubuh akan mengeluarkan insulin dalam jumlah yang banyak. Tidak hanya mempengaruhi gula darah, tetapi dia juga memicu penuaan sel dan berpotensi menyebabkan kanker.

"Jadi puasa itu bagus karena sel-sel tidak cepat tua dan mencegah risiko kanker. Tidak bagus ketika orang memiliki kondisi diabetes tertentu misalnya, tapi pada orang normal, itu bagus," Ketut menegaskan.

"Kalau hari biasa seminggu sekali puasa sehari penuh tidak apa-apa. Asal kuat saja menahan lapar. Karena dari lemak akan diubah jadi karbohidrat lagi," pungkasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya