Praktisi Dorong Masyarakat Tak Malu Akui Masalah Kesehatan Jiwa

Pemerintah juga punya peran untuk edukasi sekaligus menyediakan layanan bagi masalah kesehatan jiwa di Indonesia

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 08 Mei 2019, 15:00 WIB
Ilustrasi stres (iStockphoto/BrianAJackson)

Liputan6.com, Jakarta Beberapa orang menganggap, orang yang punya masalah kesehatan jiwa dianggap gila dan menjadi terpinggirkan. Padahal, masyarakat sesungguhnya tidak perlu malu atau ragu apabila ingin mendatangi profesional kesehatan mental seperti psikolog, psikiater, hingga psikoterapis.

Yusa Azis, psikoterapis dari Sanggar Jiwa Bertumbuh mengatakan bahwa beberapa kasus bunuh diri kerap terjadi ketika seseorang mengalami masalah pada jiwanya. Contohnya pada remaja yang putus cinta memutuskan untuk bunuh diri.

"Terkadang mereka malu kalau curhat dengan orangtuanya. Bukannya ditampung, biasanya malah diomelin, dinasehati," kata Yusa ketika ditemui Health Liputan6.com beberapa waktu lalu di Jakarta, ditulis Rabu (8/5/2019).

Karena itu, dibutuhkan banyak fasilitator agar masyarakat bisa mendapatkan tempat yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan jiwa. Di sini, pemerintah juga punya peran untuk penyediaan layanan dan edukasi masyarakat.

 

Simak juga video menarik berikut ini:


Meski Belum Ada Solusi, Sekadar Curhat Tidak Masalah

Ilustrasi pria menangis (iStockphoto)

Yusa mengatakan Indonesia bisa belajar dari bagaimana Amerika Serikat mengatasi masalah kesehatan jiwa dengan nomor telepon atau layanan konseling yang dipasang di tempat-tempat publik. Warga setempat bisa mengaksesnya dan berbicara dengan petugas, meski hanya sekadar curhat.

"24 jam, tujuh hari seminggu, gratis. Dia bisa telepon, setidaknya kalau ingin bunuh diri bisa ditunda. Kalau depresi paling tidak ada teman bicara meski tidak ada solusi saat itu juga, karena proses psikoterapi itu panjang dan harus digali terus," Yusa menambahkan. Dengan fasilitas semacam ini, orang punya saluran atau wadah untuk mengatasi masalahnya untuk sementara.

Yusa mengatakan, kesehatan jiwa adalah sesuatu yang abstrak. Sehingga, tidak bisa dilihat dari tampilan luar saja.

"Ingin ganti kelamin, kecanduan porno, alkohol, dari luar kelihatan biasa saja. Padahal kalau kita selami lebih dalam, ternyata kompleks," ujarnya.

 


Layanan Kesehatan Jiwa di Provinsi DKI Jakarta

Ilustrasi depresi (iStockphoto/AntonioGuillem)

Salah satu wilayah di Indonesia yang sudah mengembangkan pelayanan kesehatan jiwa adalah Provinsi DKI Jakarta. Mengutip Antara, Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta telah menyiapkan aplikasi konseling daring gratis untuk publik yang menyediakan layanan kesehatan jiwa.

Endang Sri Wahyuningsih, Kepala Seksi Penyakit Tidak Menular, Kesehatan Jiwa, dan NAPZA Dinkes Provinsi DKI Jakarta mengatakan fasilitas tersebut sudah dalam tahap penyelesaian.

"Kesehatan jiwa sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Ada beberapa penyakit fisik yang dilatarbelakangi dengan masalah psikologis yang tidak disadari pasien," kata Endang pada Antara.

"Dan untuk masyarakat yang masih ragu untuk mencari bantuan, layanan knseling online yang mudah bisa menjadi pilihan apabila ragu untuk melakukan konseling langsung."

Dia menambahkan, konselor terkait akan melihat apakah pengguna memerlukan pendampingan atau rujukan ke puskesmas dan rumah sakit, tergantung dari kasusnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya