Perusahaan Berbasis Digital Google dan Traveloka Ramaikan Kongres BITC STP Bali

Bali International Tourism Congress (BITC ) 2019, di STP Bali, 6-7 Mei 2019, dibalut dengan nuansa digital. Perusahaan mesin pencarian internet terbesar dunia sekelas Google ikut dilibatkan.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Mei 2019, 10:52 WIB
Bali International Tourism Congress (BITC ) 2019, di STP Bali, 6-7 Mei 2019, dibalut dengan nuansa digital. Perusahaan mesin pencarian internet terbesar dunia sekelas Google ikut dilibatkan.

Liputan6.com, Bali Bali International Tourism Congress (BITC ) 2019, di STP Bali, 6-7 Mei 2019, dibalut dengan nuansa digital. Perusahaan mesin pencarian internet terbesar dunia sekelas Google ikut dilibatkan. Perusahaan penyedia layanan perjalanan online terbesar di Asia Tenggara, Traveloka, juga ikut diajak berdiskusi. Hasilnya? Kongres di STP Bali berasa sangat milenial.

Topiknya jelas dan straight to the point! Semua diajak bergeser ke Digital Tourism 4.0. Transformasi Tourism untuk memenangkan Global Competition di era Industri 4.0.

“Zaman sekarang sudah berubah. Pencarian di mobile itu tumbuh sangat tinggi. Indonesia akan jadi negara terbesar pasar online market di Asia tenggara. Jumlahnya USD 25 miliar dollar di 2025. Jadi, mobile ini menjadi hal yang tidak bisa terpisahkan pada saat kita membicarakan online travel," jelas Industry Manager Google Indonesia, Zulfi Rahardian, Selasa (7/5).

Zulfi menambahkan bahwa platform mobile, baik itu website atau aplikasi, yang mudah diakses juga mempengaruhi persepsi traveller saat merencanakan liburan. Menurutnya, Sebagian besar traveller akan meninggalkan situs mobile yang lambat memuat halaman.

"Ini menjadi sangat penting. Apabila misalnya traveller yang mulai mencari di mobile kemudian mereka klik beberapa konten, beberapa website dan website itu takes longer than three seconds, 53% orang akan meninggalkan website-nya jika tidak memberikan experience yang bagus," jelasnya.

Dengan kata lain, old game is over. Kalau mau survive di industri pariwisata, semua harus beralih ke platform digital yang cepat diakses.

Demand customer sekarang lebih simpel, lebih murah, lebih terjangkau dan lebih cepat,” ucapnya.

Ini lah yang disebut Zulfi sebagai inovasi yang menggantikan seluruh sistem lama dengan cara-cara baru. Teknologi lama yang serba fisik diganti dengan teknologl digital yang menghasilkan sesuatu yang benar-benar baru dan lebih efisien.

“Konsumen sudah berubah. Kalau bisnis pariwisata masih bertahan dengan pola lama, maka akan ditinggalkan,” tegasnya.

John Safenson, Country Market Manager Traveloka juga seirama. Menurutnya trend traveller saat ini mengarah ke penggunaan teknologi. Yang mudah, murah, cepat, pasti akan dicari.

“Kami sadar akan hal itu. Karenanya Traveloka menawarkan banyak kemudahan. Ada pemesanan online untuk tiket pesawat, hotel, kereta api, tiket pesawat plus hotel, hingga aktivasi lengkap dengan rekreasi. Selain itu, ada juga konektivitas, transportasi bandara, hingga direktori kuliner,” ucap John Safenson.

Opsi pembayarannya pun banyak. Pilihannya 40 opsi pembayaran. Sebaran transaksinya? Sudah menyebar ke berbagai pelosok Asia Tenggara. Indonesia, Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapura, hingga Filipina, semua sudah disentuh Traveloka.

“Semuanya didukung dengan customer service yang bisa dihubungi setiap saat,” tambahnya.

Kongres pun makin terasa hangat dengan statemen Deputi Bidang Pengembagan Industri dan Kelembagaan Kemennpar Ni Wayan Giri Adnyani. Dia sepakat, suka atau tidak suka, sudah terjadi perubahan perilaku pasar. Semua telah bergeser ke arah digital.

“Saat ini industri dunia telah bergeser ke arah industri digital era 4.0. Perannya mencapai 70%,” kata Giri.

Perubahaan perilaku pasar, kata dia, diikuti pula dengan berubahnya perilakukan konsumen (customer behavior). Konsumen kini semakin mobile, personal, dan interaktif. Dan ini menjadi sifat dari digital yakni ‘semakin digital, semakin personal (The more digital, the more personal).

“Dalam industri pariwisata perubahan customer behavior itu terlihat ketika search and share 70% sudah melalui digital. Industri travel agent sudah tidak lagi bisa mengandalkan walk in service untuk reservasi tiket dan memilih paket wisata. Semua sudah berubah dengan digital,” katanya.

Dewa Gede Ngurah Byomantara, Kepala STP Bali, juga ikut mengamini. Dijelaskannya, perubahaan perilaku konsumen yang mempengaruhi pasar tersebut digerakan oleh kaum milenial.

Hal ini sejalan dengan semangat Presiden Joko widodo (Jokowi) yang menyebutkan bahwa kaum milenial adalah masa depan Indonesia. Milenial cenderung selalu berperilaku dengan basis digital, mobile, interaktif yang kini jumlahnya mencapai 50% dari jumlah wisman inbound ke Indonesia.

"Maka siapapun yang menguasai komunitas anak muda, dialah yang berpotensi memenangkan pasar masa depan atau winning the future market. Itu sebabnya kami angkat isu digital ini di kongres," tutur Byomantara.

Menpar Arief Yahya juga seirama. Dia mengingatkan kembali tagline ‘The more digital, the more personal. The more digital, the more professional. The more digital, the more global'.

“Ingat, digital itu bukan kebutuhan tetapi keniscayaan. Arahan Presiden Jokowi adalah seluruh jajaran kabinet harus meningkatkan kapasitas pada masing-masing sektor ke arah digital. Terlebih SDM-nya sehingga dapat beradaptasi menghadapi era revolusi industri 4.0,” sebut Menpar Arief Yahya.

Teknologi digital, menurutnya juga sangat identik dengan kaum millenial. Karenanya, Kementerian Pariwisata saat ini banyak membuat program-program yang menyasar segmen tersebut.

"Millenial itu sangat memengaruhi bisnis kita, termasuk untuk sektor pariwisata. Mereka adalah customer masa kini dan masa depan yang harus dilayani dengan baik. Di Kementerian Pariwisata, kami juga membuat banyak program dan iklan yang ditujukan untuk kaum millenial," pungkasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya