Liputan6.com, Tokyo - Kaisar Jepang Naruhito dan permaisuri Masako mengenakan baju tradisional pada Rabu, 8 Mei 2019. Keduanya melaksanakan ritual khusus untuk menyongsong penobatan, yakni menyatakan kepada para dewa dalam kepercayaan Shinto tentang dua upacara penting yang akan dilaksanakan pada tahun ini.
Dalam ritual yang berlangsung di istana kerajaan itu, sang kaisar baru Jepang mengenakan jubah coklat, sebagaimana dikutip dari The Straits Times pada Rabu (8/5/2019). Pada momen tersebut, ia juga memakai topi panjang berwarna hitam. Sementara itu, permaisuri Masako menggunakan baju tradisional lengan panjang berwarna hijau cerah.
Baca Juga
Advertisement
Kaisar Naruhito resmi mewarisi takhta pada 1 Mei 2019, sehari setelah sang ayah, Akihito, turun takhta.
Adapun penobatan Naruhito akan berlangsung pada 22 Oktober mendatang dalam sebuah upacara khusus. Dalam acara itu, akan hadir ratusan pejabat asing.
Saat dinobatkan, Kaisar Naruhito akan melangkah ke paviliun tinggi yang disebut "Takamikura."
Upacara tersebut akan diikuti dengan perayaan Thanksgiving besar pada 14 dan 15 November. Dalam kesempatan itu, Kaisar Naruhito akan menyerahkan beras dan sake yang baru dipanen kepada leluhur dan dewa. Kemudian ia akan memohon hasil panen yang baik bagi rakyat Jepang serta perdamaian nasional.
Pidato Perdana
Kaisar Jepang Naruhito telah memberikan pidato perdana pada Sabtu, 4 Mei 2019 lalu. Dalam peristiwa bersejarah itu, ia menyerukan perdamaian dunia di depan puluhan ribu warga Jepang yang bersorak-sorai.
"Saya sungguh-sungguh berharap bahwa negara kita, bergandengan tangan dengan negara-negara asing untuk mencapai perdamaian dunia," kata Naruhito (59).
Kaisar Jepang ke-126 itu tampak mengenakan mantel untuk penampilan singkatnya yang berlangsung di balkon tertutup Istana Kekaisaran di Tokyo Jepang. Ia bersama dengan para bangsawan lain, termasuk sang permaisuri Masako kala itu.
Dalam pidato perdana sang Kaisar, permaisuri Masako mengenakan gaun kuning lengan panjang yang elegan dalam acara itu. Topi juga dikenakan dengan kalung mutiara yang serasi.
Kaisar dan permaisuri yang baru saja turun, Akihito dan Michiko, tidak bergabung dalam acara itu. Hal itu karena keduanya telah memutuskan untuk menarik diri dari tugas resmi kekaisaran setelah tiga dekade masa pemerintahan.
Untuk diketahui, Akihito (85) adalah kaisar Jepang pertama yang turun tahta dalam lebih dari dua abad.
Advertisement
Disukai Warga Jepang
Sang Kaisar baru kabarnya disukai warga Jepang secara luas. Menurut sebuah survei, lebih dari 82 persen rakyat Jepang mengaku menyukai Kaisar Naruhito yang baru dinobatkan. Tidak hanya itu, hampir 80 persen mengatakan akan mendukung memungkinkan perempuan naik ke takhta kekaisaran, ungkap sebuah survei oleh kantor berita Kyodo News pada Kamis.
Dalam jajak pendapat nasional Jepang selama dua hari, yang dilakukan setelah aksesi Kaisar Naruhito pada hari Rabu, 82,5 persen mengatakan mereka merasakan kedekatan dengan kaisar berusia 59 tahun itu, sementara 11,3 persen lainnya mengatakan sebaliknya.
Sementara itu, sebagaimana dikutip dari The Japan Times , tingkat dukungan untuk Kabinet Perdana Menteri Shinzo Abe tidak banyak berubah di angka 51,9 persen, dibandingkan dengan 52,8 persen dalam survei sebelumnya pada bulan April.
Adapun tingkat ketidaksetujuannya mencapai 31,3 persen, sedikit turun dari 32,4 persen tahun lalu.
Survei tersebut mencakup 743 rumah tangga yang dipilih secara acak dengan pemilih yang memenuhi syarat serta 1.238 pengguna telepon seluler, yang masing-masing memperoleh tanggapan dari 516 dan 518 orang.
Di tengah kekhawatiran tentang stabilitas suksesi kekaisaran Jepang, yang hanya memungkinkan pewaris laki-laki di pihak ayah untuk memerintah sebagai kaisar, sebanyak 79,6 persen mengatakan mereka akan mendukung seorang perempuan naik takhta di masa depan, sementara 13,3 persen tidak akan.
Pemerintah konservatif yang dipimpin oleh Abe, termasuk yang pertama kali menjabat antara 2006 dan 2007, telah menyatakan kehati-hatian tentang mengubah garis suksesi laki-laki.
Meski begitu, pihak parlemen Jepang mengakui perlunya mengatasi jumlah anggota keluarga kekaisaran yang menyusut.