Liputan6.com, Jakarta - Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki lebih banyak wilayah perairan daripada daratan sehingga memberikan negara ini kekayaan sumber daya laut yang luar biasa. Menurut data yang dikumpulkan oleh Bank Dunia, Indonesia berada di peringkat kedua di dunia dalam hal produksi perikanan, dan hanya berada di belakang China .
Namun, sebagian besar kekayaan maritim ini masih belum tersentuh karena teknologi yang terbatas sehingga menempatkan sebagian besar dari 2,7 juta nelayan Indonesia di bawah garis kemiskinan yang mewakili sekitar seperempat dari penduduk miskin negara Indonesia, menurut laporan kantor berita Antara bulan lalu dengan mengutip data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan .
Karena kurangnya akses ke teknologi modern, kelompok-kelompok nelayan skala kecil ini tertinggal dari pasar global utama, serta tidak dapat memanfaatkan rantai pasokan internasional dan menjangkau lebih banyak pelanggan dengan cara yang sama seperti yang dilakukan oleh pemain industri yang lebih besar. Kesulitan mereka menarik perhatian Aruna, sebuah startup dari Indonesia.
Aruna menggunakan teknologi digital untuk membantu nelayan di Indonesia dalam meningkatkan mata pencaharian mereka melalui akses pasar yang lebih baik dan peluang perdagangan yang lebih adil.
Dengan menghubungkan nelayan dan pelanggan potensial melalui platform online Aruna, perusahaan startup ini mengurangi biaya transaksi yang membantu meningkatkan harga jual sebanyak 20 persen, sementara pembeli dapat membayar hingga 15 persen lebih sedikit. Aruna telah melayani 1.701 kelompok nelayan di 16 provinsi.
Mirip dengan industri primer lainnya di Indonesia dan di negara-negara lain di Asia Tenggara, sektor perikanan memiliki potensi untuk meraih manfaat dari transformasi digital yang didorong oleh perkembangan yang pesat dan adopsi analitik data, komputasi cloud, ketertelusuran, pencitraan satelit, dan IoT.
Baca Juga
Advertisement
Aplikasi teknologi untuk solusi-solusi yang bermanfaat bagi masyarakat dan komunitas lokal adalah langkah yang positif, serta tanggung jawab yang kami emban.
Itulah sebabnya Ant Financial dan National University of Singapore baru-baru ini bekerja sama dalam meluncurkan Alipay-NUS Enterprise Social Innovation Challeng guna mengidentifikasi dan mendukung pertumbuhan startup di Asia Tenggara.
Melalui pendekatan yang bertanggung jawab dan sistematis dalam menciptakan nilai sosial, kami mengkontribusikan pengetahuan teknologi dan kewirausahaan kami untuk bekerja sama dengan para inovator lokal demi mengatasi masalah-masalah nyata di masyarakat.
Solusi yang disajikan oleh Aruna memanfaatkan teknologi untuk mengatasi masalah sosial yang mendesak dengan cara yang inovatif, dengan potensi untuk dikembangkan bagi komunitas-komunitas lain. Inilah sebabnya mengapa Aruna terpilih sebagai finalis dan pemenang utama Alipay-NUS Enterprise Social Innovation Challenge.
Namun, transformasi digital juga dapat menjadi pedang bermata dua karena inovasi menghadirkan disrupsi bagi industri tradisional. Prediksi dari World Economic Forum menunjukkan bahwa Asia Tenggara akan berada di antara yang paling terpukul oleh fenomena global teknologi yang menggusur beberapa pekerjaan dan menciptakan pekerjaan-pekerjaan yang baru .
Wilayah ini menghadapi penghentian 28 juta pekerjaan full-time dan kerugian bersih sebesar 6,6 juta karena para pekerja tidak memiliki keterampilan yang diperlukan untuk mengambil peran dan jabatan yang terus berkembang, menurut sebuah laporan oleh Oxford Economics dan Cisco .
Kesenjangan dalam pengetahuan perlu ditutup apabila kita menginginkan agar kekuatan penuh dunia digital dapat dimanfaatkan untuk kepentingan semua pihak. Dan di Asia Tenggara, tidak pernah ada kebutuhan yang lebih mendesak akan pengembangan keterampilan-keterampilan baru seperti sekarang ini.
Menurut penelitian dari Deloitte , wilayah pedesaan di Asia Tenggara akan menjadi rumah bagi 47 persen populasi kawasan ini dan menghasilkan 30 persen dari PDB Asia Tenggara di tahun 2025. Wilayah pedesaan menghadapi kesenjangan digital yang akan menghambat kemajuan ekonomi di banyak industri. Melatih dan memupuk sekelompok inovator sosial untuk menghasilkan solusi dapat menjadi katalisator bagi kawasan ini.
Pendidikan menghadirkan banyak manfaat. Pada tingkatan dasar, pendidikan membantu memberdayakan inovator dan pengusaha, serta memacu mereka untuk menemukan cara-cara baru dalam meningkatkan taraf kehidupan. Selanjutnya, pelatihan keterampilan digital dasar bagi kelompok-kelompok seperti petani akan sangat penting untuk mendemistifikasi teknologi dan membantu mereka memasuki ranah digital.
Pergeseran signifikan dalam tenaga kerja akan terjadi di Asia Tenggara dan hal ini akan menjadi tantangan untuk mengidentifikasi area yang akan terus berlanjut, dan kesempatan untuk menyediakan keterampilan yang dibutuhkan. Melalui kolaborasi publik-swasta yang mencakup dunia bisnis dan pendidikan, perubahan yang berarti dapat dimulai.
Tahun lalu, Ant Financial menjalin kemitraan dengan International Financial Corporation, anggota Kelompok Bank Dunia, guna menginspirasi para pemimpin teknologi dan ahli-ahli lokal untuk menjadi "pendorong perubahan" di era digital, serta mempromosikan inklusi teknologi dan keberlanjutan global.
Program "10x1000 Tech for Inclusion" kami bertujuan untuk melatih 10.000 pakar teknologi di negara-negara berkembang selama dekade berikutnya, dengan Indonesia sebagai tujuan pertama .
Program ini sejalan dengan visi Go Digital 2020 yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia. Kelompok ahli-ahli lokal terlatih ini akan menjadi pendorong perubahan di era digital, serta mempromosikan inklusi teknologi dan keberlanjutan di komunitas mereka masing-masing.
Para pemenang Alipay-NUS Enterprise Social Innovation Challenge dari tiap negara, yaitu dari Singapura, Indonesia, dan Malaysia, akan memenuhi syarat untuk pelatihan 10x1000 ini sehingga memastikan pengembangan para pemimpin teknologi yang menjanjikan ini dapat dilaksanakan lebih lanjut.
Asia Tenggara terus berkembang dengan pesat, di mana setiap pasar berada pada anak tangga pembangunan yang berbeda. Seiring kita bergerak maju, penting untuk mengingat mereka yang masih tertinggal.
Misi kami adalah untuk memberdayakan mereka yang kurang mampu secara digital dan mengikutsertakan mereka, serta memberdayakan mereka yang berada di garis depan untuk memperkuat dampak mereka.
Jika kita berhasil, semua akan meraih manfaatnya.
**Penulis adalah Dr. Geoff Jiang, Vice President Ant Financial dan Professor Wong Poh Kam, Senior Director NUS Entrepreneurship Centre di NUS Enterprise