Bawang Putih Langka, Pedagang Cilacap Berebut Cari Pasokan

Bagi Okta, bawang putih hanya menjadi bulu pemikat. Jumlah yang sedikit membuat keuntungannya sedikit. Namun, barang dagangan lainnya jadi turut laris.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 09 Mei 2019, 16:00 WIB
Harga bawang putih merangkak naik pada Ramadan ini. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Cilacap - Okta, pedagang bumbu dapur di Pasar Karna Sidareja, Cilacap, menata barang dagangannya semanis mungkin. Berjejer-jejer bumbu dapur, mulai dari cabai, ketumbar, dan yang kini diandalkannya, bawang putih.

Bawang putih ia taruh di lapak bagian depan agar tampak oleh pengunjung pasar. Belakangan, harga bawang putih naik cukup signifikan. Keberadaannya di pasar tradisional pun langka.

Kelangkaan bawang putih itu lah yang menyebabkan harga bawang putih terus merangkak naik. Terlebih, memasuki Ramadan ini, pengunjung pasar membludak dengan kebutuhan bermacam rupa.

Karenanya, Okta memamerkan bawang putihnya di bagian depan agar secepatnya laku. Pasalnya, tak semua pedagang bumbu dapur peroleh pasokan bawang putih.

Ia mesti berebut dengan pedagang lainnya. Beruntung, ia bisa memperoleh bawang putih, meski dengan jumlah terbatas.

Namun, ia pun mesti merogoh kocek dalam-dalam lantaran harga kulakan bawang putih juga tinggi. Tiap kilogram bawang putih kathing, ia mesti menebusnya seharga Rp 55 ribu. Adapun bawang putih biasa, seharga Rp45 ribu per kilogram.

"Sebelum naik, kalau bawang kathing, Rp40 ribu per kilogram. Kalau bawang putih biasa paling Rp30 ribu per kilogram," kata perempuan bernama lengkap Oktaviani ini, Selasa, 7 Mei 2019.

Dari harga itu, ia hanya bisa menjual bawang putih kathing seharga Rp 60 ribu per kilogram. Harga bawang putih biasa, lebih rendah lagi, Rp50 ribu per kilogram.

Saksikan video pilihan berikut ini:


Harga Bawang Putih Naik, Bagaimana Cabai dan Sayuran?

Stok bawang putih di pasar tradisional Cilacap, Jawa Tengah langka . (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Alhasil, untungnya hanya berkisar Rp5.000 per kilogram. Namun, ia bersyukur lantaran semua dagangannya jadi turut laris terjual.

"Alhamdulillah, cukup laris pada bulan Ramadan," ucapnya.

Okta menduga, kenaikan harga bawang putih disebabkan minimnya pasokan dari para pengepul. Informasi yang diperolehnya, stok bawang putih menipis.

Kenaikan harga juga disebabkan oleh tingginya permintaan pada awal Ramadan ini. Mendadak, bawang putih begitu sukar didapat oleh pedagang.

"Katanya, stoknya tidak ada. Terus masuk puasa. Jadi banyak butuh," ujarnya.

Bagi Okta, bawang putih hanya menjadi bulu pemikat. Jumlah yang sedikit membuat keuntungannya sedikit. Namun, barang dagangan lainnya jadi turut laris.

Sebab, selain bawang putih, sejumlah bumbu dapur lain dan berbagai jenis sayur mayur juga naik cukup signifikan pada awal Ramadan ini. Khusus cabai rawit, kenaikan mencapai Rp10 ribu per kilogram.

Sebelumnya, harga cabai rawit hanya Rp 25 ribu. Akan tetapi kini, harga cabai menjadi Rp35 ribu per kilogram. Adapun harga sayuran, rata-rata naik Rp 2.000 per kilogram.

"Cabai naik, semua sayuran juga naik. Nambah Rp 10 ribu. Sebelumnya Rp25 ribu per kilogram, sekarang Rp35 ribu per kilogram," ucap pedagang di pasar yang sama, Yayan.

Dia menyebut kenaikan harga cabai dan sayur mayur juga disebabkan minimnya pasokan. Dari informasi yang diperolehnya, tenaga pemanen cabai dan sayur sedang libur pada awal Ramadan ini.

Sebab itu, dia memperkirakan harga cabai dan sayur mayur akan kembali turun setelah sepekan memasuki puasa. Namun, mendekati lebaran, harga akan kembali naik seturut naiknya jumlah permintaan.

Sebaliknya, harga telur justru turun. Kini harga telur Rp23 ribu per kilogram. Sebelumnya, harga telur Rp24 ribu per kilogram. Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) diduga menjadi penyebabnya.

"Kemarin kan ada PKH, jadi harganya naik. Kalau sekarang karena sedang tidak ada PKH ya turun," dia menerangkan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya