Liputan6.com, Caracas - Pertikaian politik dalam negeri Venezuela terus memanas. Kali ini, pemimpin oposisi, Juan Guaido, menuding rezim Nicolas Maduro telah menculik wakil ketua Majelis Nasional negara itu.
Dalam twitnya, sebagaimana dikutip dari The Guardian pada Kamis (9/5/2019), Guaido menyebut bahwa pihak berwenang di bawah perintah rezim Maduro telah "menarik paksa" wakil pemimpin parlemen yang dikontrol oposisi.
"Mereka (rezim Maduro) berusaha memecah lembaga yang mewakili seluruh rakyat Venezuela, tetapi mereka akan tidak mencapainya," twit Guaido memperingatkan.
Baca Juga
Advertisement
Beberapa waktu sebelum kicauan Guaido, Zambrano sempat mengetwit bahwa beberapa agen dari Sebin --badan intelijen Venezuela-- berusaha menarik keluar dia dari kendaran yang sedang ditumpanginya.
Zambrano menambahkan bahwa para agen Sebin datang menghadang dengan sebuah truk derek.
Tidak ada lanjutan twit dari Zambrano setelahnya, di mana hal itu menurut Guaido, menjadi bukti bahwa sang wakil ketua Majelis Nasional Venezuela "ditarik paksa untuk alasan tertentu yang dirahasiakan".
Oleh beberapa pihak, Zambrano diyakini telah dibawa ke markas Sebin di ibu kota Venezuela, Caracas.
Protes Massal Kembali Terjadi
Hampir sepekan lalu, pendukung oposisi Venezuela kembali mengadakan protes massal, sehari setelah bentrokan keras dengan pasukan pemerintah.
"Kami akan terus maju dengan kekuatan lebih dari sebelumnya," kata pemimpin oposisi Juan Guaido, sebagaimana dikutip dari BBC pada Kamis 2 Mei.
Di saat bersamaan, demonstrasi pro-pemerintah juga sedang berlangsung.
Demonstrasi saingan datang setelah Presiden Nicolás Maduro mengatakan dia telah menghentikan "percobaan kudeta" pada hari Selasa.
Guaido mengatakan bahwa dia didukung oleh anggota angkatan bersenjata, tetapi Maduro menegaskan dia masih memiliki dukungan mereka.
Dalam pidato televisi berapi-api pada hari Selasa, Maduro menuduh para demonstran melakukan "kejahatan berat" yang menurutnya "tidak akan dibiarkan begitu saja".
Maduro juga menyebut bahwa Amerika Serikat (AS) sedang merencanakan perlawanan terhadapnya.
Advertisement
AS versus Rusia di Venezuela
Sebagaimana diketahui, Guaido menyatakan dirinya sebagai pemimpin sementara Venezuela pada Januari lalu, dan telah diakui oleh lebih dari 50 negara, termasuk AS, Inggris dan sebagian besar di Amerika Latin.
Tetapi Maduro --yang didukung oleh Rusia, China, dan pejabat tinggi militer negara itu-- menolak menyerahkan kepemimpinan kepada kubu Guaido.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan tindakan militer "mungkin" dilakukan, tetapi Washington akan lebih memilih transisi kekuasaan secara damai.
Di lain pihak, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov memperingatkan AS terhadap langkah-langkah "agresif" selanjutnya, karena dinilai terlalu mencampuri urusan dalam negeri Venezeula.
PBB, di sisi lain, meminta kedua belah pihak yang bertikai di Venezuela untuk melakukan "gencatan maksimum", dan memulai pembicaraan damai.