Liputan6.com, Islamabad - Sebuah ledakan terjadi di tempat ibadah kaum sufi di Lahore, Pakistan pada Rabu siang, 8 Mei 2019. Serangan itu terjadi di pelataran kompleks Data Darbar, menargetkan kendaraan polisi.
Korban tewas dalam insiden itu bertambah dari empat menjadi 10 orang, dengan 20 lainnya luka-luka. Lima polisi termasuk dari mereka yang meninggal, menurut kepala polisi provinsi setempat Arif Nawaz.
Baca Juga
Advertisement
Melansir Al Jazeera pada Kamis (9/5/2019), lima dari 20 korban cedera tengah dalam kondisi kritis dan dirawat di Rumah Sakit Mayo di Lahore, Pakistan.
"Kami masih menyelidiki apakah ledakan itu disebabkan oleh IED (alat peledak improvisasi) atau serangan bunuh diri," kata Ashfaq Ahmad, pejabat kepolisian senior.
Sementara itu menurut Nawaz target dari serangan itu sebenarnya adalah petugas keamanan Pakistan.
"Polisi menjadi target dapat diketahui dari arah penyerang datang. Ia (sang penyerang) sebenarnya dapat menyebabkan kerusakan luas di pasar, namun ia berjalan lurus ke kendaraan (polisi)," tutur Nawaz.
"Mereka adalah pasukan (kepolisian) elite yang berdiri di sana untuk alasan keamanan, yakni di Gerbang 2 dari Data Darbar," kata Ashfaq.
Dari sebuah video di televisi lokal, terlihat kendaraan polisi mengalami kerusakan di kompleks Data Darbar.
Tempat Ibadah Sufi Pernah Jadi Target
Tempat ibadah kaum sufi itu pernah menjadi sasaran sebelumnya, yakni serangan bom bunuh diri pada 2010 lalu. Saat itu, 40 orang tewas.
Kompleks Data Darbar berisi tempat suci Saint Syed Ali bin Osman Al-Hajvery, yang dikenal sebagai Data Ganj Bakhsh. Ia adalah salah satu pemuka sufi paling populer di anak benua itu yang berasal dari Afghanistan.
Untuk diketahui, kaum sufi sering disebut sebagai aliran mistik Islam --terdapat baik di Sunni maupun Syiah. Mereka sering menjadi target penyerangan di Pakistan.
Dalam sejarahnya, umumnya didalangi kelompok militan yang menganggap kepercayaan dan ritual sufi di kuburan pemuka agama sebagai bid'ah atau perbuatan yang tidak sesuai dengan contoh yang ditetapkan.
Advertisement
Perangi Ekstremisme
Pakistan telah mendesak adanya perlawanan terhadap ekstremisme sejak adanya serangan paling mematikan pada 2014. Saat itu, insiden terjadi di sebuah sekolah di Peshawar. Sebanyak 150 orang tewas dalam kejadian itu, sebagian besar anak-anak.
Sejak itu, keamanan telah ditingkatkan. Namun, teroris tetap memiliki kemampuan untuk melakukan serangan lanjutan.
Pusat-pusat kota besar seperti Lahore, kota terbesar kedua Pakistan dan ibukota provinsi dari provinsi terkaya, Punjab, sering menjadi sasaran.
Sebuah serangan di kota itu terjadi pada Maret 2018, menewaskan sembilan orang. Sementara bom besar menargetkan umat Kristen yang merayakan Paskah terjadi pada 2016. Sebanyak lebih dari 70 orang tewas dalam kejadian itu.
Banyak pihak mengkritik bahwa pemerintah dan tindakan militer tidak pernah menyasar penyebab ekstremisme di Pakistan. Padahal hal itu sangat penting untuk mengentikan serangan kelompok militan terhadap minoritas agama.