Liputan6.com, Jakarta - Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo menyampaikan, jaringan teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) berencana menunggangi gerakan people power yang marak diserukan selama kontestasi Pemilu 2019.
Bukan tanpa sebab, menurut Dedi, niatan tersebut menjadi bagian dari upaya membangkitkan sel tidur atau sleeping cell di berbagai daerah.
Advertisement
"Akan melakukan serangan terhadap aksi massa yang mereka sudah melihat menjelang tanggal 22 Mei ini akan banyak aksi massa, dan setelahnya juga. Mereka pikir dapat dimanfaatkan, akan ada people power," ujar Dedi di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (9/5/2019).
Kelompok teroris itu melihat, kerusuhan yang terjadi di Jakarta berpotensi besar merembet ke daerah lain. "Dan akhirnya sleeping cell di berbagai daerah akan bangkit. Sama seperti di Suriah, Sudan," tutur Dedi.
Karena itu, Densus 88 Antiteror Polri terus mengantisipasi dengan meningkatkan pemetaan titik-titik sel tidur jaringan terorisme di Indonesia. Langkah tersebut dilakukan bersama dengan Satgas Antiterorisme yang ada di setiap daerah.
"Kelompok JAD yang terakhir ditangkap ini (Lampung dan Bekasi) adalah jaringan terorisme terstruktur. Artinya memiliki anggota, amir," kata Dedi.
* Ikuti perkembangan Real Count Pilpres 2019 yang dihitung KPU di tautan ini
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Ringkus 2 Terduga Teroris
Tim Densus 88 Antiteror meringkus dua terduga teroris pemilik bom pipa yang ditemukan di toko handphone bernama Wanky Cell di Jalan Muchtar Tabrabi, Bekasi Barat, Jawa Barat.
Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo menyampaikan, keduanya berasal dari kelompok JAD Bekasi yang bekerjasama dengan jaringan Lampung.
"Dari pengembangan tersebut tadi malam ditangkap dua pelaku. Ini jaringannya berbeda tapi memiliki koneksi yang sangat kuat dengan kelompok JAD Indonesia," tutur Dedi di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (9/5/2019).
Salah satu tersangka merupakan pimpinan JAD Bekasi berinisial EY. Derajatnya pun lebih tinggi dibandingkan pimpinan JAD Lampung yakni SL.
"Rekam jejak yang bersangkutan berbeda dengan SL. Kalau SL ikut rapat, mendesain aksi terorisme. Dari hasil pertemuan dengan Aman Abdurahman terjadilah bom Thamrin. Kemudian kerusuhan di Mako Brimob. Dia akan melakukan amaliah dengan sasaran anggota kepolisian," jelas dia.
"Kalau EY ini hanya berkecimpung di areal Bekasi saja. Yang bersangkutan punya peran vital di JAD Jakarta dan sekitarnya. Karena dia juga sebagai penyandang dana," lanjut Dedi.
EY ditangkap pada Rabu 18 Mei 2019 pukul 13.48 WIB di SPBU Jalan Raya Kalimalang, Duren Sawit, Jakarta Timur.
Sementara satu terduga teroris lagi berinisial YM alias Kausar. Dia diamankan di hari yang sama namun pada lokasi berbeda yakni kontrakan kawasan Bojong Rawalumbu, Kota Bekasi.
"EY berhasil merekrut YM alias Kausar anak muda 18 tahun baru lulus sekolah tahun kemarin. Dia memiliki catatan olahraga tingkat nasional. Menjuarai karate tingkat nasional di Bali," Dedi menandaskan.
Advertisement