Liputan6.com, Jakarta - Kabar baik bagi Anda yang ingin menjelajah ruang angkasa di masa depan. Pasalnya, para astronot di Stasiun Ruang Angkasa Internasional telah memulai menguji bioreaktor baru yang inovatif. Alat itu bertenagakan alga atau ganggang yang akan bermanfaat untuk misi luar angkasa jangka panjang.
Bioreaktor bertenagakan ganggang itu diberi nama Photobioreactor, sebagaimana dilansir dari laman Live Science pada Kamis (9/5/2019).
Baca Juga
Advertisement
Penemuan ini adalah langkah besar untuk menciptakan sistem pendukung kehidupan di angkasa luar dengan sistem lingkar tertutup (closed-loop). Sebuah kabar baik karena dapat menopang hidup astronot tanpa harus mengirimkan kargo tambahan dari Bumi.
Terobosan ini sangat signifikan bagi misi pendaratan di Bulan atau Mars di masa yang akan datang.
Mengingat para astronot di kedua misi itu membutuhkan pasokan penunjang hidup lebih banyak daripada yang biasa diangkut oleh pesawat ke ruang angkasa. Hal ini dinyatakan oleh German Aerospace Center (DLR).
Mengubah Karbon Dioksida
Photobioreactor yang dimaksud telah tiba di stasiun ruang angkasa (ISS) pada Senin lalu, 6 Mei 2019. Alat canggih itu dibawa dengan pesawat kargo milik SpaceX bernama Dragon.
Setibanya di ISS, percobaan dilakukan untuk menguji kemampuan ganggang dalam mengubah karbon dioksida yang dihembuskan astronot menjadi oksigen. Proses ini mirip dengan fotosintesis.
Photobioreactor diharapkan dapat bekerja dengan sistem daur ulang udara fisikokimia atau Advanced Closed-Loop System (ACLS) yang telah dikirim ke stasiun ruang angkasa pada 2018 lalu.
ACLS itu mengekstrak metana dan air dari karbon dioksida di kabin stasiun ruang angkasa. Selanjutnya, ganggang dalam Photobioreactor akan mengolah karbon dioksida yang tersisa untuk menghasilkan oksigen. Proses itu terjadi melalui mekanisme solusi hibrida yang biasa disebut dengan PBR@ACLS, menurut pernyataan itu.
Advertisement
Investasi
Ketua projek Oliver Angerer mengatakan inovasi itu adalah demonstrasi pertama terkait sistem pendukung kehidupan yang menggunakan pendekatan hibrida.
"Tentu saja, penggunaan sistem ini menarik terutama untuk stasiun yang berbasis planet (lain) atau untuk misi yang sangat panjang," lanjut Angerer. "Namun, teknologi ini tidak akan tersedia saat dibutuhkan jika fondasinya tidak diletakkan hari ini."
Dalam percobaan itu, akan turut membudidayakan ganggang mikroskopis yang disebut Chlorella vulgaris di stasiun ruang angkasa. Selain menghasilkan oksigen, ganggang juga menghasilkan biomassa khusus kaya nutrisi yang bisa dimakan para astronot.
Dengan demikian, di masa depan hanya perlu sedikit makanan yang akan diangkut ke misi angkasa luar.
Para peneliti memperkirakan sekitar 30 persen makanan astronot dapat digantikan dengan ganggang. Hal itu karena kandungan proteinnya yang tinggi.