Liputan6.com, Brasilia - Presiden Brasil Jair Bolsonaro telah menandatangani kebijakan kontroversial pada Selasa, 7 Mei 2019. Ia memperbolehkan kepemilikan senjata api untuk sejumlah golongan.
Menurut dekret itu, berbagai profesi seperti pemburu, petani, pengoleksi (yang terkenal di Brasil sebagai CAC), bahkan jurnalis dapat menggunakan senjata api saat bekerja atau di jalanan.
Baca Juga
Advertisement
Langkah presiden sayap kanan Brasil tersebut dilihat oleh para ahli sebagai inkonstitusional dan membahayakan keamanan rakyat.
Pakar mengatakan bahwa kebijakan itu menciptakan hukum baru yang bertentangan dengan apa yang sudah ada. Sementara Bolsonaro mengklaim langkahnya sesuai dengan hasil referendum 2005 di mana 64 persen warga Brasil menolak pelarangan penuh penjualan senjata.
"Kita ingin membatasi hukum. Kita tidak ingin melawan hukum," kata Bolsonaro saat penandatanganan dekrit di depan anggota Kongres dan para ahli lobi dari berbagai industri senjata.
Saat ini, para pemuka partai politik dan lembaga swadaya masyarakat setempat tengah berencana untuk menentang hukum baru yang dimaksud. Mereka hendak memperjuangkannya melalui Mahkamah Agung.
Berpotensi Membahayakan Keamanan
Dalam bidang keamanan, ahli mengingatkan kebijakan baru dapat meningkatkan jumlah pembunuhan. Padahal, pada 2017 saja telah terdapat 64.000 kasus terkait hal itu.
"Kita dapat menduga akan ada peningkatan jumlah kematian," kata Ivan Marques, Direktur Eksekutif Sou de Paz Institute yang mengkampanyekan anti-kekerasan.
Dengan kebijakan baru, terdapat lebih dari 20 juta orang diperbolehkan memiliki senjata api, menurut Marques.
"Itu hal terburuk yang dapat terjadi di Brasil," lanjutnya.
Para ahli juga mengingatkan, kebijakan baru akan mengarah kepada jatuhnya senjata api kepada gengster kriminal yang telah meneror banyak kota besar di Brasil.
Berbagai penelitian di seluruh dunia telah menunjukkan bahwa "lebih banyak senjata berarti lebih banyak kejahatan dan lebih banyak pembunuhan," kata Daniel Cerqueira, penasehat Forum Keamanan Publik Brasil.
Bahkan penggemar senjata api yang tidak bekerja di profesi yang disebutkan dalam keputusan Bolsonaro dapat dengan mudah memenuhi syarat hanya dengan mendaftar sebagai pemburu, penembak dalam cabang olahraga atau kolektor (CAC).
"Sangat mudah bagi setiap warga negara untuk mendaftar sebagai CAC," kata Caio Pizetta Torres, seorang spesialis keamanan di Control Risks di Sao Paulo.
Advertisement
Siapa yang Diuntungkan?
Adapun yang diuntungkan dari hukum baru ini adalah para pembuat senjata dan produsen amunisi, baik pihak luar maupun dalam negeri. Mereka yang bergelut dalam industri itu berharap langkah Bolsonaro dapat semakin melonggarkan hukum dan pengeluaran pemerintah dalam bidang senjata api.
Dekrit Bolsonaro itu memungkinkan pemilik senjata berlisensi untuk membeli hingga 5.000 butir amunisi setiap tahunnya, tergantung pada jenis senjata. Itu berarti 100 kali lipat lebih banyak dari batas yang ditetapkan saat ini, yakni 50 butir.
"Warga Brasil akan diizinkan memiliki hingga empat senjata api tanpa memerlukan izin resmi dari polisi federal," kata Robert Muggah, direktur penelitian di think tank Institute Igarape Institute di Rio de Janeiro.
Jika dikalkulasi, maka setiap orang mampu memiliki hingga 20.000 butir amunisi setiap tahunnya.
"Ini adalah perubahan paling dramatis dalam kebijakan senjata api di Brasil selama beberapa dekade," kata Munggah.