Liputan6.com, Khartum - Krisis politik di Sudan telah menjalar ke perekonomian negara. Rakyat pun morat-marit karena tak bisa mengambil uang di ATM.
Dilaporkan The Guardian, para warga kesulitan mengambil uang karena bank sentral tidak mengirimkannya ke bank-bank. Antrean pun senantiasa mengular dari pagi sampai mesin-mesin ATM kehabisan uang dan yang antre terpaksa bubar.
Baca Juga
Advertisement
Nasabah yang beruntung dapat mengambil hingga 2.000 pound Sudan atau Rp 636 ribu (1 pound Sudan = Rp 318). Mereka yang sakit atau berhutang pun menjadi pusing.
"Sudah dua bulan saya tidak bisa mendapat uang tunai. Saya butuh uang untuk membayar pengobatan," ujar Abdul Rahman Kamal.
"Saya bisa mengambil 2.000 pound Sudan (Rp 636 ribu) hari ini tapi itu tidak cukup. Saya harus tetap kembali lagi. Saya butuh menarik uang karena saya telah meminjam uang dari sanak saudara dan saya tak tahu apakah saya bisa mengembalikannya," lanjutnya.
Mesin-mesin ATM mulai kekeringan uang sejak November akibat kebijakan devaluasi dan pengetatan yang diambil pemerintah agar ekonomi tidak kolaps. Ini terjadi di tengah krisis politik di Sudan karena rakyat ingin melengserkan diktator Omar Al-Bashir.
Sang presiden pun berhasil lengser pada 11 April lalu setelah berkuasa sejak 1989. Militer dan Menteri Pertahanan Awad Ibn Auf berada dibalik kudeta tersebut. Kementerian Pertahanan pun sudah mengumumkan status darurat nasional.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Habis Dikudeta, Harta Kekayaan Presiden Sudan Disita
Sebuah brankas besar milik mantan Presiden Sudan Omar Al-Bashir dan keluarganya telah disita di salah satu kantornya. Sementara beberapa hari sebelumnya, sejumlah besar uang yang ditemukan di rumah Al-Bashir juga telah diamankan.
Kepala Dewan Militer Transisi (pemerintahan interim) Sudan, Abdel Fattah Al-Burhan menekankan pada Minggu, 21 April 2019, uang tunai dalam tiga mata uang, bernilai lebih dari USD 113 juta ditemukan di rumah mantan presiden itu, menurut AFP.
Al-Burhan menambahkan bahwa "tim gabungan angkatan bersenjata, polisi, dan dinas keamanan, di bawah pengawasan Kantor Jaksa Penuntut Umum, menggeledah rumah mantan Presiden Omar Al-Bashir dan menemukan 7 juta Euro, USD 350 ribu dan 5 miliar pound Sudan," demikian seperti dikutip dari Middle East Monitor.
Setelah menemukan uang itu, Jaksa Penuntut Umum di Sudan membuka dua penyelidikan terhadap Al-Bashir dengan tuduhan pencucian uang dan kepemilikan sejumlah besar uang tanpa pembenaran hukum.
Dewan Militer juga memerintahkan Jaksa Sudan untuk melakukan pemeriksaan terhadap Al-Bashir dalam persiapan untuk persidangannya.
Penyitaan sejumlah aset kekayaan Al-Bashir dilakukan beberapa usai dirinya dikudeta oleh militer pada 11 April 2019, di tengah protes publik berkepanjangan sejak Desember 2018.
Advertisement
Rakyat Desak Militer Segera Transisi Kekuasaan Kepada Sipil
Sementara itu, massa di Sudan telah meminta pemerintahan darurat yang dipimpin militer untuk segera melakukan pembongkaran dan pengadilan penuh terhadap kroni-kroni rezim presiden yang baru saja dimakzulkan, Omar Al Bashir.
Mereka juga mendesak dewan militer transisi untuk menyegerakan perpindahan kekuasaan dari tangan tentara kepada masyarakat sipil, demikian seperti dikutip dari BBC.
Presiden Sudan, Omar Al Bashir digulingkan oleh tentara pekan lalu setelah 30 tahun berkuasa dan dewan militer telah berjanji untuk segera melaksanakan pemilu dalam waktu dua tahun.
Seorang juru bicara militer juga berjanji untuk "siap untuk mengimplementasikan" pemerintah sipil yang disepakati oleh partai-partai oposisi.