Perang Dagang Beri Keuntungan Bagi Eksportir

LPEI aktif berkomunikasi dengan para eksportir untuk mengambil kesempatan dalam situasi perang dagang.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Mei 2019, 21:39 WIB
Tumpukan peti barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Ekspor dan impor masing-masing anjlok 18,82 persen dan ‎27,26 persen pada momen puasa dan Lebaran pada bulan keenam ini dibanding Mei 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank menyatakan bahwa perang dagang AS-China memberikan keuntungan bagi eksportir Indonesia. Sebab ada pengalihan permintaan sejumlah produk dari China ke negara lain, termasuk Indonesia.

Direktur Eksekutif LPEI, Shintya Roesly mengatakan, produk-produk yang berpeluang untuk diambil pasarnya oleh eksportir Indonesia antara lain produk manufaktur dan perikanan.

"Di nasabah kita, terutama yang manufacturing dengan adanya trade war ini memang ada yang sebagian order lari ke Indonesia," kata dia, saat ditemui, di kantornya, Jakarta, Kamis (9/5/2019).

"Antara lain furniture, perikanan. Juga misalnya tekstil," ungkap dia.

Menurut dia, saat ini LPEI juga aktif berkomunikasi dengan para eksportir untuk mengambil kesempatan tersebut. "Memang kita sedang bersama dengan nasabah untuk gather area-area, ruang-ruang yang ditinggalkan itu," jelasnya.

Dia menegaskan bahwa LPEI pada dasarnya tidak hanya bertugas menyalurkan pinjaman pada eksportir. LPEI juga mendapatkan mandat untuk melakukan pendampingan agar usaha para eksportir dapat lebih berkembang.

Lewat berbagai komunikasi, pendampingan, dan pendanaan, diharapkan eksportir Indonesia dapat meraup kesempatan lebih besar. Sebab, kata dia, Indonesia tentu harus berkompetisi dengan negara tetangga.

"Karena kita berebutan dengan Vietnam dan Thailand untuk mengambil pasar akibat adanya trade war," tandasnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Ekonomi Global Melambat Jika Perang Dagang AS-China Memanas

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (25/10). Kebijakan ISRM diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pelayanan dan efektifitas pengawasan dalam proses ekspor-impor. (Liputan6.com/Immaniel Antonius)

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan, tarif impor barang China senilai USD 200 miliar akan meningkat menjadi 25 persen. Kondisi tersebut memunculkan anggapan perang dagang antara China dan AS memanas serta belum mendapat titik temu.

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution memprediksi ekonomi global yang saat ini melambat akan semakin lemah apabila perang dagang tak kunjung mereda. Meski demikian, belum dapat dihitung dampak secara keseluruhan terhadap pertumbuhan global.

"Orang kita belum tahu seperti apa persisnya ini semua. Kita tunggu saja dulu. Jangan ditebak-tebak deh. Yang jelas sekarang ini ekonomi dunia sedang melambat dan bisa melambat lagi kalau dia lakukan (Trump menaikkan tarif ke China)," ujar Menko Darmin di Shangrila, Jakarta, Kamis (9/5/2019).

Indonesia sendiri kata Menko Darmin, akan terus mengantisipasi sejumlah kemungkinan yang akan terjadi akibat perang dagang tersebut. Pemerintah akan terus mengupayakan ekspor tetap berjalan meski ekonomi global melemah.

"Kalau mereka bisa menyelesaikan perang dagang ini, semua akan lebih baik, dunia akan normal. Kalau tidak, ya akan ada tekanan bagi dunia, tidak hanya bagi Indonesia, yang sebetulnya sudah mulai dianggap lebih normal belakangan ini," jelasnya.

"Jadi, tergantung seperti apa nanti, katanya perwakilan China juga akan datang ke Washington. (Ekspor) kita tentu punya cara jalan kita sendiri, supaya kita bisa tetap mendorong ekspor," tandasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya