Setelah Disita Indonesia, Kapal Korea Utara Ini Kini Diserahkan ke AS

The Wise Honest, kapal kargo milik Korea Utara, ditahan oleh pemerintah Amerika Serikat setelah sebelumnya disita oleh Indonesia. Mengapa?

oleh Afra Augesti diperbarui 10 Mei 2019, 10:28 WIB
Kapal kargo Korea Utara, The Wise Honest, yang pernah disita oleh pemerintah Indonesia, kini ditahan oleh pemerintah Amerika Serikat karena melanggar sanksi internasional. (AFP)

Liputan6.com, Washington DC - Amerika Serikat resmi menahan kapal kargo milik Korea UtaraThe Wise Honest, dengan tuduhan telah melanggar sanksi internasional.

Departemen kehakiman AS mengatakan, kapal itu digunakan untuk mengangkut batu bara selundupan dari Rusia yang merupakan komoditas ekspor terbesar Korea Utara.

Korea Utara tidak diizinkan melakukan kegiatan ekspor-impor setelah terkena sanksi internasioal --yang dipimpin oleh AS-- dari negara-negara yang tergabung dalam badan dunia PBB.

Ini adalah pertama kalinya Amerika Serikat menahan kapal Korea Utara. Penangkapan datang di tengah memburuknya hubungan antara AS dan Korea Utara pasca-pertemuan kedua Donald Trump dan Kim Jong-un di Hanoi, Vietnam, pada Februari tahun ini.

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) itu berakhir tanpa kesepakatan apa pun, dengan AS yang bersikeras menekan Korea Utara agar mau menghentikan program nuklirnya. Sedangkan Pyongyang menuntut terlebih dahulu pencabutan sanksi terhadapnya.

Lalu, bagaimana kronologi penangkapan kapal kargo milik Korea Utara tersebut? Berikut penjelasan singkatnya, seperti dikutip dari BBC, Jumat (10/5/2019).


Sekilas Tentang The Wise Honest

Ilustrasi kapal kargo (AFP/Olga Maltseva)

The Wise Honest pertama kali ditangkap oleh pihak berwenang Indonesia pada April 2018, setelah terlihat mondar-mandir tidak menentu di wilayah perairan nusantara, keluar dari jalur pelayaran, dan transpondernya dimatikan.

Saat digeledah oleh petugas, di dalam kapal ditemukan batu bara yang diduga hendak diselundupkan untuk ditransfer antar-kapal di perairan internasional.

Mendengar laporan penangkapan itu, Amerika Serikat langsung mengajukan surat perintah penahanan pada Juli 2018. Indonesia lalu menyerahkan kapal itu dan sekarang sedang dalam perjalanan menuju Negeri Paman Sam.

Para pejabat AS menekankan, penyitaan itu tidak ada kaitannya dengan uji coba rudal Korea Utara baru-baru ini.

"Kami menemukan skema Korea Utara untuk mengekspor berton-ton batu bara bermutu tinggi ke pembeli asing, dengan menyembunyikan identitas kapal mereka, The Wise Honest," kata jaksa penuntut AS, Geoffrey Berman.

"Pola ini tidak hanya memungkinkan Korea Utara untuk menghindari sanksi, tetapi The Wise Honest juga digunakan untuk mengimpor alat berat ke Korea Utara, membantu memperluas kemampuan Korea Utara dan melanjutkan siklus penghindaran sanksi," lanjutnya.

Pembayaran untuk pemeliharaan kapal muatan tersebut diduga dilakukan dalam dolar AS, melalui bank-bank AS yang tidak dicurigai sebelumnya. Temuan ini bisa memberikan kesempatan kepada otoritas AS untuk mengambil tindakan hukum "penyitaan sipil luar biasa".


Bisakah AS dan Korea Utara Berdamai?

Jenderal Amerika Serikat (AS) Vincent Brooks memberi sambutan dalam upacara repatriasi tentara AS yang tewas dalam Perang Korea di Pangkalan Udara Osan, Pyeongtaek, Korea Selatan, Rabu (1/8). (Jung Yeon-je/Pool/AFP)

Sebagian besar pengamat menilai, kedua negara belakangan ini cenderung memperlihatkan hubungan yang terus renggang. Seperti tak ada penyatuan sama sekali.

Meski demikian, Perwakilan Khusus AS untuk Korea Utara, Stephen Biegun, saat ini tengah berada di Korea Selatan untuk membahas cara memulai kembali perundingan denuklirisasi.

Dalam sebuah sesi wawancara di Gedung Putih, Donald Trump mengatakan: "Tidak ada satu orang pun yang senang dengan uji coba rudal terbaru Korea Utara. Saya tahu mereka (Korea Utara) ingin bernegosiasi, mereka membahas tentang negosiasi. Tetapi saya pikir, mereka belum siap untuk itu."

Tahun lalu, Kim Jong-un mengatakan akan menghentikan seluruh uji coba nuklirnya dan tidak akan lagi meluncurkan rudal balistik antarbenua, tetapi aktivitas tersebut tampaknya masih berlanjut hingga kini.

Salah satu dari beberapa hasil konkret dari pertemuan mereka, yakni pengembalian kerangka-kerangka prajurit AS yang terbunuh dalam Perang Korea, sudah dihentikan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya