Liputan6.com, Jakarta Bahaya kerusakan otak dapat terjadi saat seseorang yang mengalami hipoglikemia (gula darah rendah) tidak segera ditangani. Kadar gula darah orang yang hipoglikemia berada di bawah 70 mg/dl, sehingga tidak cukup untuk menghasilkan energi pada otak.
Dalam acara diskusi "Diabetes dan Ramadan", dokter spesialis penyakit dalam Sidartawan Soegondo menjelaskan, glukosa menjadi satu-satunya sumber energi pada otak. Ini berbeda dengan organ tubuh lain.
Baca Juga
Advertisement
"Energi yang dibutuhkan dari organ tubuh lain, misalnya, bukan hanya dari asupan karbohidrat. Ketika karbohidrat kurang, tubuh bisa mencari penggantinya lewat protein. Kalau otak tidak begitu, hanya glukosa yang memberikan energi pada sel otak," papar Sidarta saat ditemui di Roemah Kuliner, Metropole XXI, Jakarta, ditulis Jumat (10/5/2019).
Saat kekurangan glukosa, otak tidak bisa mencari sumber energi lain. Ketika seseorang tidak segera menyuplai tubuh dengan asupan gula, otak akan mengalami penurunan fungsi.
"Banyak sel otak akan rusak. Rusaknya bisa langsung seketika, bukan perlahan-lahan. Kerusakan otak yang terjadi enggak akan bisa dipulihkan. Sekali (sel otak) rusak, maka akan rusak," lanjut Sidarta.
Simak video menarik berikut ini:
Mudah lupa dan pikun
Sidarta mencontohkan, efek otak kekurangan glukosa, misalnya seseorang akan mudah lupa dan pikun. Orang yang bersangkutan bisa saja mengingat hal-hal di masa lampau, sedangkan hal-hal di masa kini mudah lupa.
"Daya ingat otak semakin menurun karena otak kekurangan glukosa," ujarnya.
Dilansir dari American Diabetes Association, jika kadar glukosa darah terus turun, otak tidak mendapatkan cukup glukosa dan berhenti berfungsi sebagaimana mestinya.
Kondisi ini menyebabkan penglihatan kabur, sulit berkonsentrasi, bingung, bicara tidak jelas, mati rasa, dan kantuk. Jika glukosa darah tetap rendah terlalu lama, otak akan mengalami kelaparan glukosa. Hal ini bisa berujung seseorang mengalami kejang, koma, bahkan kematian.
Advertisement