Liputan6.com, Washington D.C. - Perang dagang kembali berlanjut setelah presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melaksanakan ancaman tarif yang ia umumkan lewat Twitter di awal pekan ini. Terkini, ada penambahan tarif masuk menjadi 25 persen bagi barang China yang masuk ke AS.
Ini sekaligus menandakan akhir gencatan senjata yang terjadi pada Desember lalu.
Dilaporkan South China Morning Post, penambahan tarif itu berlaku pada Jumat (10/5/2019) tengah malam. Ini efektif untuk barang konsumsi yang masuk ke AS atau diekspor ke AS pada tanggal tersebut. Sebelumnya, jumlah tarif adalah 10 persen.
Baca Juga
Advertisement
Penambahan tarif ini dilaksanakan ketika Vice-Premier Liu He dari China sedang berada di Washington D.C., untuk bernegosiasi soal perang dagang. Delegasi China tetap memutuskan datang meski Trump mengancam menaikan tarif.
Pada Kamis malam, Liu He dan Perwakilan Dagang AS Robert Lightizer serta Menteri Keuangan Steven Mnuchin sempat makan malam sekitar jam 8:40 malam. Namun, kurang dari 90 menit kemudian Liu He meninggalkan lokasi tanpa memberi keterangan, demikian laporan Yahoo Finance.
Presiden Donald Trump mengaku mendapatkan surat dari Presiden Xi Jinping dan berencana akan berbicara dengannya. Negosiasi diperkirakan berlanjut pada Jumat pagi waktu stempat.
Sebelumnya, IMF menyebut eskalasi perang dagang akan berbahaya bagi ekonomi dunia. Menteri Keuangan Prancis dan Jepang juga sama-sama berharap akan ada kesepakatan positif yang muncul di negosiasi antara AS-China.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Bos IMF Prihatin
Pemimpin IMF Christine Lagarde menyuarakan keprihatinan kepada perang dagang yang kembali memanas. Ia menyebut hal itu mengancam perekonomian dunia.
"Jelas ketegangan antara Amerika Serikat dan China merupakan ancaman kepada ekonomi dunia," ujar Lagarde dalam acara Paris Forum Event seperti dikutip France 24.
Ia pun khawatir melihat twit Presiden Donald Trump, serta berbagai rumor yang ada, membuat kedua negara semakin jauh dari kesepakatan.
Dalam acara yang sama, Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire turut cemas akan perang dagang yang terjadi. Negosiasi antar AS dan China pun diharapkan bisa menjunjung kerja sama.
"Kami mengikuti dengan mendalam negosiasi yang terjadi antara China dan Amerika Serikat dan kami ingin mereka menghormati prinsip-prinsip transparansi dan multilateralisme," ujar Le Maire.
Dialog terkait perang dagang sempat terancam gagal karena Presiden Trump mendadak menaikkan tarif produk China yang masuk ke negaranya. Tarif 10 persen pada produk China senilai USD 200 miliar akan naik menjadi 25 persen.
Akan tetapi, pihak China menanggapi santai ancaman Trump. Delegasi China pun tetap akan bertolak ke Negeri Paman Sam untuk berdialog pada akhir pekan ini.
Advertisement
Diancam Sanksi Donald Trump, China Mengaku Sudah Biasa
Ancaman sanksi berupa tarif tambahan untuk barang impor China ke Amerika Serikat (AS) sempat menambah pesimisme terkait dialog perang dagang. Akan tetapi, pihak China mengaku tetap mengirim delegasi ke AS.
Dilaporkan South China Morning Post, pakar relasi China-AS menyebut ancaman tarif adalah taktik Trump untuk menyalahkan China bila negosiasi perang dagang. China pun disebut sudah terbiasa dengan gaya Trump.
"Setelah melakukan sejumlah pembicaraan intensif, China sudah familiar dengan gaya Trump dan administrasinya. Pengumuman mendadak Trump bukanlah kejutan besar bagi China, tetapi China harus bersiap untuk skenario terburuk," ujar Lu Xiang dari Akademi Ilmu Sosial China.
Senada dengan itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang, menegaskan Vice-Premier Liu He tetap akan bertolak ke AS untuk membahas isu perdagangan. Pemerintah juga berkata sudah biasa diancam oleh tarif Trump.
"Sudah berkali-kali pihak AS mengancam untuk menambah tarif," ujar Geng Shuang.
Dia turut menyuarakan langkah diplomatis agar kedua negara adidaya ini bisa mencapai kesepakatan yang menguntungkan bersama. Pada saat yang sama, ia menyebut warga China waswas terhadap dialog perang dagang.
"Semua orang di China dan luar negeri sangat khawatir tentang pembicaraan selanjutnya, dan kami juga mempelajari tentang perubahan-perubahan relevan. Delegasi China sedang bersiap berangkat ke AS untuk beragam negosiasi," tegasnya.