Liputan6.com, Jakarta - Upacara pemakaman dari masing-masing warga yang memiliki kepercayaan serta keyakinan tersendiri memang berbeda-beda.
Masyarakat yang memeluk keyakinan Hindu misalnya, akan melakukan ritual kematian dengan cara mengkremasi jenazah.
Baca Juga
Advertisement
Namun beda dengan masyarakat muslim yang mengubur jasad ke tanah. Tapi tahukah Anda, pada zaman dahulu ada banyak ritual kematian yang benar-benar mengerikan.
Seperti dikutip dari laman Toptenz.com, Jumat (10/5/2019) berikut 4 ritual kematian yang sangat mengerikan tersebut.
1. Pemakaman yang Ditangguhkan
Orang-orang Tiongkok kuno ditemukan terkubur dalam peti mati yang digantung. Peti mereka digantung di gua-gua misterius yang jarang dimasuki orang.
Hal ini dilakukan oleh mereka dari suku Bo. Masyarakat suku Bo membentuk peradaban dengan kompleksitas kuno tetapi menghilang dari Bumi 400 tahun yang lalu.
Karena catatan terbatas, kisah peradaban suku Bo tetap misterius. Namun bukti konkret tentang sifat khas cara mereka, serta peti yang tergantung masih ditemui hingga kini.
Advertisement
2. Sati
Terlalu mengerikan untuk berlarut-larut dalam kesedihan. Sehingga banyak wanita yang rela mati demi ikut suaminya.
Istilah semacam ini ada pada zaman kuno di India. Setelah kematian suaminya, seorang wanita yang melakukan Sati akan membakar dirinya sendiri sampai mati di pembakaran kayu bakar, dikremasi hidup-hidup dengan suaminya yang sudah meninggal.
Meski begitu, sati di India sudah ilegal. Namun ritual ini kabarnya masih dilakukan sembunyi-sembunyi.
3. Amputasi Jari
Salah satu suku di Papua New Guinea punya tradisi untuk memotong salah satu jari mereka apabila ada kematian di dalam keluarga mereka.
Kerabat perempuan biasanya akan memotong bagian jari menggunakan alat tajam, membakar jari, dan kemudian menyisihkan abunya di tempat jenazah orang tersayang.
Namun tradisi ini telah lama ditinggalkan. Tak ada lagi budaya semacam ini di Papua New Guinea.
Advertisement
4. Ritus Kematian Penduduk Aborigin
Warga Aborigin Australia tidak membentuk satu kelompok homogen tunggal, melainkan membentuk berbagai budaya, masing-masing dengan kematian yang berbeda dan kebiasaan mengingat yang mungkin baru atau bahkan mengejutkan bagi orang Barat.
Sebagian suku di sana melakukan sesuatu secara kimiawi berlawanan dengan kremasi. Alih-alih mengumpulkan abu, untuk mengenang jenazah mereka memilih untuk memasak mayat dan kemudian mengumpulkan cairan tubuhnya.
Cairan tubuh kemudian digosokkan ke kulit para pemuda suku untuk mendapatkan kekuatan.