Menguak Sosok Pentolan Terduga Teroris Bekasi

Dalam pemeriksaannya terungkap, pentolan jaringan teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) itu memiliki sejumlah keahlian.

oleh Yopi Makdori diperbarui 11 Mei 2019, 00:03 WIB
Ilustrasi Tangkap Teroris (Liputan6.com/M.Iqbal)

Liputan6.com, Jakarta - Polri terus menyelidiki terduga teroris, EY, yang ditangkap di Jakarta Timur. Dalam pemeriksaannya terungkap, pentolan jaringan teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) itu memiliki sejumlah keahlian.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo menuturkan, sang terduga teroris itu mahir dalam merakit bom yang canggih. Ilmu tersebut didapatnya melalui otodidak.

"Dia belajar dari media sosial. Dia juga coba melihat bagaimana bom yang dipraktikkan dalam perang di Suriah, kemudian Irak, dan Sri Lanka," ujar Dedi di kantornya, Jakarta, Kamis (9/5/2019).

Bom-bom ini dikatakannya sudah berhasil dipraktikkan di daerah konflik tersebut. Selain itu, lanjut Dedi, EY juga diketahui memiliki kemampuan merakit bom dengan bahan-bahan kimia.

"Basic kimia juga dia punya. Ini berbentuknya kan cairan-cairan. Cairan satu, cairan dua dicoba terus sama dia. Kalau dengan ukuran segini memiliki daya ledak segini, dia sudah bisa mengukur begitu," kata Dedi.

Selain memiliki kemampuan kimia, EY juga diketahui mempunyai keahlian dalam bidang elektronik. Sebab, ia juga membuka usaha servis handphone di kawasan Bekasi.

Bahkan bom pipa yang ditemukan di toko ponsel Wanky Cell, Bekasi itu rencananya akan digunakan untuk amaliyah atau aksi teror dengan memanfaatkan hiruk pikuk unjuk rasa Pemilu 2019.

"Menurut keterangan yang bersangkutan apabila nanti terjadi demo dalam jumlah massa yang sangat besar di KPU, itu diprediksi oleh dia akan ada jammer (penghalang sinyal) terhadap handphone," ujar Dedi.

"Oleh karenanya, handphone tidak bisa digunakan sebagai switching bomb. Ini booster sudah menggunakan Wi-Fi. Ya kalau Wi-Fi tentu sampai saat ini belum ada jammer," sambungnya.

Dedi menjelaskan, penggunaan booster pada bom tersebut membuat peledak itu bisa dipicu dari radius 200 meter. Ia pun menyampaikan bahwa bom itu dilengkapi dengan router sebagai penguat sinyal.

Dengan menggunakan router, bom rakitan EY itu bisa memiliki radius hingga 500 meter. "Tambah lagi penguatnya dia bisa sampai satu kilo (meter)," tuturnya.

Menurut pengakuan terduga teroris, kata Dedi, bom tersebut akan diledakkan di tengah-tengah demostran pada 22 Mei nanti atau saat pengumuman pemenang Pemilu 2019.

 


Rekrut Lulusan SMA

Ilustrasi Foto Teroris (iStockphoto)

Selain ahli dalam bidang IT dan perakitan bom, terduga teroris EY juga lihai dalam merekrut anggota. Terbukti, dia sukses mengajak YN, pemuda yang baru lulus SMA.

"YN itu rekrutan baru. Anak muda usia 18 tahun, baru lulusan SMA negeri tahun 2018," kata Dedi.

Dedi menerangkan bahwa YN adalah pengikut EY yang merupakan pimpinan JAD Bekasi-Jakarta. YN sendiri baru direkrut oleh EY selama setahun belakangan ini. "Selama setahun itu YN dikader. Dia dikader oleh EY," ujar Dedi.

Menurut Dedi, alasan EY merekrut YN disebabkan oleh YN yang memiliki idealisme. Disamping itu, YN juga diketahui jago beladiri.

"Dia (YN) kader untuk bisa merakit bom. Dan EY melihat dia (YN) memiliki kemampuan beladiri yang bagus. Artinya ke depan anak ini bisa diandalkan," terangnya.

YN diketahui ditangkap dihari yang sama saat EY ditangkap. YN ditangkap di Bojong Rawalumbu, Kota Bekasi, Jawa Barat.

"Kalau ada tanya darimana uang SL sehingga bisa membeli berbagai macam bahan peledak (ya dari EY juga). Kelompok SL berhasil membuat tiga handak (bahan peledak). Kalau EY selain penyandang dana, dia juga leadernya SL. Karena status amirnya EY ini lebih tinggi," kata Dedi.

 


Amankan Bom Pipa

Ilustrasi Foto Teroris (iStockphoto)

Densus 88 antiteror sebelumnya mengamankan dua buah bom pipa besi dari sebuah toko ponsel Wanky Cell di Jalan Muchtar Tabrabi, Bekasi Barat, Jawa Barat pada Rabu malam 8 Mei 2019. Ditemukan juga pupuk booster lengkeng, HCL di dalam botol, serbuk putih, dan beberapa cairan di dalam botol.

Dua buah bom pipa besi yang ditemukan saat penggeledahan, tidak dilengkapi switching. Tim Densus 88 Mabes Polri kemudian memboyong barang bukti dalam sebuah koper besar.

Saat penggerebekan berlangsung, di dalam toko handphone itu ada tiga orang karyawan, dua wanita dan seorang pria.

Penggerebekan tersebut merupakan hasil penangkapan dua terduga teroris sebelumnya Rabu 9 Mei 2019. Keduanya berasal dari kelompok JAD Bekasi yang bekerjasama dengan jaringan Lampung.

"Dari pengembangan tersebut tadi malam ditangkap dua pelaku. Ini jaringannya berbeda tapi memiliki koneksi yang sangat kuat dengan kelompok JAD Indonesia," tutur Dedi, Jakarta Selatan, Kamis (9/5/2019).

Salah satu tersangka merupakan pimpinan JAD Bekasi berinisial EY. Derajatnya pun lebih tinggi dibandingkan pimpinan JAD Lampung yakni SL.

"Rekam jejak yang bersangkutan berbeda dengan SL. Kalau SL ikut rapat, mendesain aksi terorisme. Dari hasil pertemuan dengan Aman Abdurahman terjadilah bom Thamrin. Kemudian kerusuhan di Mako Brimob. Dia akan melakukan amaliah dengan sasaran anggota kepolisian," jelas dia.

"Kalau EY ini hanya berkecimpung di areal Bekasi saja. Yang bersangkutan punya peran vital di JAD Jakarta dan sekitarnya. Karena dia juga sebagai penyandang dana," lanjut Dedi.

EY ditangkap pada Rabu 18 Mei 2019 pukul 13.48 WIB di SPBU Jalan Raya Kalimalang, Duren Sawit, Jakarta Timur.

Sementara satu terduga teroris lagi berinisial YM alias Kausar. Dia diamankan di hari yang sama namun pada lokasi berbeda pada pukul 20.33 WIB di Bojong Rawalumbu, Kota Bekasi, Jawa Barat.

"EY berhasil merekrut YM alias Kausar anak muda 18 tahun baru lulus sekolah tahun kemarin. Dia memiliki catatan olahraga tingkat nasional. Menjuarai karate tingkat nasional di Bali," kata Dedi.

Dia mengatakan, EY menjadi mentor dan mengajarkan pimpinan JAD Lampung yakni SL dan anggotanya merakit bom.

"EY ini yang melatih, mentor tersangka SL, S, dan T merakit bom," tutur Dedi di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (9/5/2019).

Menurut Dedi, kualitas bom buatan EY lebih baik dibandingkan para muridnya. Dua bom pipa yang ditemukan di Bekasi saja daya ledaknya sebesar puluhan bom pipa milik teroris Sibolga.

"Ini high explosive. Kalau di Sibolga low explosive. Jumlahnya banyak tapi kecil, tapi kalau ini sedikit tapi daya ledaknya seluruh bom di Sibolga. Ini kalau di kelompok radikal dikenal bahannya mother of satan," jelas dia.

Kemampuan EY menjadi mentor perakit bom juga mumpuni. Bahkan kemampuan anak muda berusia 18 tahun berinisial YM alias Kausar, setara dengan anggota JAD Lampung setelah diajarkan olehnya.

"Ini kita sesalkan bahwa anak-anak muda mudah sekali terpapar radikalisme. Kepada YM juga dilatih tersangka EY untuk merakit bom. Kemampuannya sama dengan yang dimiliki tersangka T, yang ditembak Densus 88 hari minggu kemarin," Dedi menandaskan.

Selain mahir merakit bom, EY merupakan penyandang dana kegiatan terorisme di kawasan Jakarta dan sekitarnya.

Menurut Dedi, EY diangkat menjadi amir alias pimpinan JAD Bekasi tidak hanya karena mahir merakit bom dan merekrut anggota, tapi juga lantaran memiliki usaha jual beli handphone.

"Kalau ada tanya darimana uang SL sehingga bisa membeli berbagai macam bahan peledak (ya dari EY juga). Kelompok SL berhasil membuat tiga handak (bahan peledak). Kalau EY selain penyandang dana, dia juga leadernya SL. Karena status amirnya EY ini lebih tinggi," Dedi menandaskan.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya