Trump Ancam China, IHSG Merosot Selama Sepekan

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang pekan ini tercatat menurun.

oleh Bawono Yadika diperbarui 11 Mei 2019, 13:00 WIB
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Sejak pagi IHSG terjebak di zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang pekan ini tercatat menurun. IHSG turun sebesar 1,75 persen ke level 6.209,12 pada Jumat 11 Mei 2019 dari 6.319,46 pada penutupan pekan lalu. 

Sekretaris Perusahaan PT BEI, Gilman Pradana Nugraha menuturkan, mengikuti IHSG, nilai kapitalisasi pasar juga turun sebesar 1,73 persen menjadi Rp 7.064,09 triliun dari Rp7.188,18 triliun pada penutupan pekan lalu.

"Sepanjang tahun 2019, investor asing masih mencatatkan beli bersih sebesar Rp61,044 triliun dan pada hari ini, investor asing mencatatkan jual bersih sebesar Rp897,66 miliar," terangnya di Jakarta, Sabtu (11/5/2019).

Adapun rata-rata nilai transaksi harian BEI mengalami penurunan sebesar 60,33 persen menjadi Rp 9,04 triliun dari Rp22,79 triliun pada pekan sebelumnya. 

Senada, untuk rata-rata frekuensi transaksi harian BEI selama sepekan mengalami penurunan sebesar 6,33 persen menjadi 409,21 ribu kali transaksi dari 436,89 ribu kali transaksi pada pekan lalu.

"Rata-rata volume transaksi harian juga mengalami perubahan sebesar 20,71 persen menjadi 12,56 miliar unit saham dari 15,84 miliar unit saham pada pekan sebelumnya," kata dia.

Sementara itu, mengawali pekan pertama Bulan Ramadan 1440 H, BEI meresmikan pencatatan perdana saham PT Bliss Properti Indonesia Tbk sebagai Perusahaan Tercatat ke-11 pada 2019 tepatnya pada Jumat, 10 Mei 2019. PT Bliss Properti Indonesia Tbk dicatatkan dengan kode saham POSA.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Sentimen Pengaruhi IHSG Sepekan

Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan Sekuritas di Jakarta, Rabu (14/11). Pasar saham Indonesia naik 23,09 poin atau 0,39% ke 5.858,29. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Mengutip laporan PT Ashmore Asset Manajement Indonesia, ada sejumlah sentimen bayangi IHSG sepekan periode 27 April hingga 3 Mei 2019. Sentimen itu baik eksternal dan internal.

Dari eksternal, cuitan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali membuat perang dagang berkobar pada awal pekan ini lewat cuitan di akun media sosial Twitter.

Trump mengancam China untuk meningkatkan tarif impor barang China senilai USD 200 miliar menjadi 25 persen membebani pasar keuangan global. Sebelumnya tarif impor China sekitar 10 persen.

Selain itu, Trump juga melayangkan kemungkinan memperpanjang bea masuk 25 persen terhadap barang impor China senilai USD 325 miliar.

Pada tahun lalu, baik AS dan China intensif untuk negosiasi dagang untuk mencapai kesepakatan. Hal itu mengatasi kekhawatiran AS atas surplus perdagangan Cina, dugaan pencurian kekayaan intelektual dan transfer teknologi paksa.

Trump dan Xi setuju gencatan senjata pada 1 Desember untuk memungkinkan para pejabat senior bernegosiasi. Gencatan senjata tersebut membantu menenangkan kekhawatiran investor tentang ketegangan lebih lanjut dalam perang dagang.

Namun, cuitan Trump di Twitter yang terbaru menandai pembalikan mendadak sikap pemerintah AS setelah kedua belah pihak mengatakan kalau negosiasi berjalan baik yang telah dilakukan selama berminggu-minggu.

Adapun para negoisiator China yang datang ke AS masih sama. Wakil Perdana Menteri China Liu He bersama wakil perdagangan AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin sebelumnya berbincang selama 90 menit pada pertemuan.

Kemudian pada awal Kamis ini, Trump menuturkan kalau ada kemungkinan kesepakatan perdagangan dapat tercapai pada pekan ini. Hal itu menenangkan pasar meskipun ia tetap berencana menaikkan tarif impor barang China.

Namun, akhirnya Trump pun memutuskan menaikkan tarif impor barang China senilai USD 200 miliar dan bersiap untuk hadapi langkah berikutnya.


Selanjutnya

Pekerja tengah melintas di bawah papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Perdagangan saham di penghujung tahun ini ditutup langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

 

China pun segera menyatakan akan membalas meski belum menentukan. Adapun tarif baru impor barang China naik dari 10 persen menjadi 25 persen mulai berlaku pada Jumat malam waktu Washington.

Penerapan tarif itu berlaku untuk lebih dari 5.700 kategori produk yang berbeda mulai dari sayuran, lampu natal hingga kursi tinggi untuk bayi.

Akan tetapi, penerapan tarif tersebut tidak akan berlaku untuk barang yang sudah di kapal menuju AS. Sejumlah industri AS pun menyesalkan keputusan pemerintah AS.

Sentimen lainnya berasal dari Inggris. Hingga kini belum ada kesepakatan dan perjanjian apapun antara partai Konservatif dan Buruh terkait Brexit.

Pemimpin buruh Jeremy Corbyn menuturkan, pemerintah harus memindahkan garis merah, sementara pemerintah mengatakan masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Sedangkan demokrat liberal terus menyerukan referendum kedua.

Dari sentimen internal, data ekonomi Indonesia bervariais pada kuartal I 2019. Pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat dari yang diharapkan pada kuartal I 2019.

Ini seiring investasi turun ditambah harga komoditas melambat. Ekonomi Indonesia tumbuh 5,07 persen pada kuartal I 2019. Angka ini lebih rendah dari perkiraan ekonomi sekitar 5,18 persen.

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, investasi melambat imbas ada pelaksanaan pemilihan umum (pemilu), sementara itu konsumsi rumah juga melambat. Akan tetapi, konsumsi masih tumbuh mencapai 5,25 persen.

Menyambut akhir pekan ini juga dirilis data defisit neraca transaksi berjalan. Tercatat defisit neraca transaksi berjalan mencapai USD 6,9 miliar atau 2,6 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) pada kuartal I 2019.  Angka ini lebih baik dari kuartal IV 2018 sekitar USD 9,2 miliar.

Tercatat portofolio investasi mencapai rekor surplus USD 5,4 miliar pada kuartal I 2019. Namun, angka ini lebih rendah dari kuartal IV 2018 sekitar USD 10,4 miliar.

Selain itu, foreign direct investment (FDI) juga lebih baik yang tercatat USD 4,8 miliar atau tumbuh 7,7 persen secara year on year (YoY) dibandingkan tahun lalu USD 4,8 miliar.

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya