Liputan6.com, Paris - Sedikitnya 70 negara mendesak Korea Utara pada untuk membatalkan senjata nuklir, rudal balistik dan program-program terkait yang dinilai mengecam perdamaian dunia.
Dikutip dari laman Channel News Asia, Sabtu (11/5/2019) sejumlah negara yang turut menandatangani kesepakatan itu adalah Amerika Serikat, Korea Selatan, serta negara-negara di Asia, Amerika Latin, Afrika dan Eropa.
Baca Juga
Advertisement
Sementara itu Rusia dan China tidak ikut menandatangani dokumen yang dirancang oleh Prancis tersebut.
Dengan dua peluncuran rudal dalam satu minggu, Pyongyang berjalan di garis tipis antara meningkatnya tekanan terhadap AS, kata para analis.
Menurut seorang sumber diplomatik, sekitar 15 negara meminta untuk menandatangani permintaan pelucutan senjata Korea Utara setelah penembakan rudal baru.
"Para penandatangan sangat menyesalkan ancaman serius dan tidak berkurang terhadap perdamaian dan keamanan regional serta internasional yang ditimbulkan oleh program senjata nuklir dan rudal balistik Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK)," kata teks itu.
"Kami mendorong DPRK untuk menghindari provokasi," tambahnya.
"Kami juga meminta DPRK untuk melanjutkan diskusi dengan Amerika Serikat mengenai denuklirisasi."
Pyongyang menembakkan dua rudal jarak pendek pada Kamis kemarin setelah latihan sebelumnya pada hari Sabtu. Korea Utara belum meluncurkannya sejak November 2017, tak lama sebelum pemimpin Kim Jong-un memulai tawaran diplomatik dari AS.
Mengancam Korea Selatan
Istana Kepresidenan Korea Selatan, Blue House, memberikan keterangan resmi bahwa peluncuran kedua misil Korea Utara pada hari Kamis kemarin "sangat memprihatinkan" dan merusak upaya untuk meningkatkan hubungan antar-Korea dan meredakan ketegangan militer di semenanjung itu.
Beberapa analis menjabarkan, jika Korea Utara melanjutkan pengujian jenis senjata balistik yang lebih panjang dan dilarang, maka bisa jadi itu sebuah pertanda bahwa Pyongyang telah berpaling dari segala jenis upaya diplomasi.
Sebelum uji coba dilaksanakan, pejabat senior pertahanan dari Korea Selatan, AS dan Jepang bertemu di Seoul untuk membahas peluncuran rudal Korea Utara sebelumnya dan masalah keamanan lainnya. Namun rincian dari pertemuan itu tidak segera diumumkan.
Para ahli yang menganalisis foto-foto dari media pemerintah Korea Utara, KCNA, mengatakan Korea Utara menguji rudal berbahan bakar padat terbaru pada hari Sabtu, yang tampaknya dimodelkan dengan sistem rudal balistik jarak pendek milik Rusia: Iskander.
Korea Utara juga dituding berusaha menekan Korea Selatan agar berpaling dari AS dan mendukung posisi Pyongyang, kata Cha Du-hyeogn, seorang periset di Asan Institute for Policy Studies, Seoul.
Setelah gagal mencapai kesepakatan pada KTT kedua di Hanoi, Februari tahun ini, Korea Utara menuntut Korea Selatan melanjutkan proyek-proyek kerja sama ekonomi bersama yang tertahan karena sanksi yang dijatuhkan oleh AS terhadap Korea Utara.
"Dengan menembakkan senjata yang secara langsung mengancam Korea Selatan, tetapi tidak ke daratan AS atau wilayah Pasifiknya, Korea Utara tampaknya sedang menerka seberapa jauh Washington akan mentolerir kebenciannya tanpa membiarkan perundingan nuklir terjadi," kata Cha.
Advertisement
Jenis Rudal Tidak Diketahui
Menurut kepala staf gabungan Korea Selatan, dua proyektil yang digunakan dalam uji coba senjata terbaru Korea Utara masing-masing terbang sejauh 260 mil (420 km) dan 167 mil.
Mereka mengatakan, Seoul sedang bekerja sama dengan Washington untuk menentukan rincian lebih lanjut terkait roket militer tersebut, seperti jenis senjata yang ditembakkan.
Pada Kamis malam di Washington, Pentagon menyebut Korea Utara telah meluncurkan beberapa rudal balistik yang terbang 300 km (186 mil) ke laut.
Militer Korea Selatan membeberkan sebelumnya bahwa setidaknya satu misil diluncurkan dari daerah Sino-ri, Pyongan Utara, daerah yang diketahui punya satu pangkalan rudal tertua Korea Utara dan tempat pengoperasian rudal Rodong jarak menengah.
Mereka menambahkan, peluncuran itu dijalankan dari Kusong, di mana Korea Utara melakukan uji coba pertama dari rudal jarak menengah, Hwasong-12, pada Mei 2017.
Kusong juga memiliki fasilitas uji coba rudal yang sangat penting untuk pengembangan bahan bakar padat Pukguksong-2, yang diklaim telah berhasil diuji coba untuk pertama kalinya pada Februari 2017.