Liputan6.com, Macau - Jalan Ramal dos Mouros, Macau, ramai siang itu. Pengemudi kendaraan roda empat memacu kendaraannya dengan cepat, meski beberapa pengemudi memarkir kendaraannya di sisi kiri bahu jalan.
Kendaraan yang ditumpangi Liputan6.com pun sejenak memarkirkan kendaraannya di tepi jalan tak jauh dari Masjid Macau. Sebuah gapura putih besar terlihat jelas di kanan jalan. Di atasnya terdapat tulisan Macau Mosque and Cemetery dan Mesquita E Cemeterio de Macau warna hijau dengan huruf kapital. Tempat tersebut merupakan satu-satunya masjid dan tempat pemakaman muslim di Macau.
Gerimis mulai turun saat Public Relations Executive Macao Government Tourism Office, Vicente Domingos Pereira Countinho mengantarkan ke masjid. Jika dibandingkan dengan gedung-gedung pencakar langit yang berada di Macau, lokasi masjid dan pemakaman terbilang sangat sederhana, meski memiliki halaman yang cukup luas.
Baca Juga
Advertisement
Selain masjid ada beberapa bangunan yang berada di sana, kamar mandi, sekretariat (tempat imam istirahat), tempat masak, dan tempat pemandian jenazah. Ada juga tempat wudhu untuk jemaah laki-laki dan perempuan. Di sebelah kanan masjid, terdapat lokasi pemakaman.
"Rencana akan dibangun masjid yang lebih besar di sini, tapi belum ada kelanjutannya. Di sebelah kanan ada sekitar 200 makam," ujar Abdul Halim, pekerja asal Indonesia, yang telah 10 tahun tinggal di Macau kepada Liputan6.com, Rabu, 8 Mei 2019.
Dua Versi Cerita Masjid Macau
Mengenai sejarah Masjid Macau, Idris Karem, putra Uncle Karim yang tinggal di Macau tak tahu pasti mengenai kapan masjid tersebut dibangun. Namun, tempat ini sudah ada sekitar 200 tahun yang lalu.
"Tempat ini awalnya merupakan kamp tentara muslim yang kemudian diubah menjadi masjid. Ini merupakan masjid satu-satunya di Macau," jelas Karem usai menunaikan salat zuhur.
Hal senada juga diungkapkan Abdul Halim. Ia tahu keberadaan Masjid Macau dari cerita imam masjid asal Timor Timur yang merantau di Macau yang sudah meninggal dunia.
"Pada 1970 tempat ini awalnya wisma polisi. Dua perantau asal Timor Timur yang sempat menjadi imam di sini namanya Abah Yunus (telah meninggal dunia) dan Uncle Karim, kakak beradik. Kami di sini menyebut dengan panggilan itu," ujar Halim.
Selama 6 tahun masjid ini tak punya imam tetap. September 2018 masjid ini baru punya imam tetap, namanya Mohammad Ramadhan, asal Mongolia.
"Selama 6 tahun, masjid ini tak ada kegiatan apa-apa. Jadi, imam salatnya siapa saja. Tapi untuk salat Jumat, imamnya selalu dikirim dari Hong Kong. Satu jam sebelum Jumat, imam tersebut datang, setelah Jumat, dia pulang," ujar Halim.
Advertisement
Buka Puasa Bersama
Mereka yang datang ke masjid ini berasal dari Indonesia yang bekerja di Macau, warga Pakistan, dan beberapa dari China. Berbeda dengan hari biasa sekitar 10 orang, tapi saat tarawih bisa mencapai 100 orang.
Kawasan Macau mulai gelap saat Liputan6.com datang lagi ke Masjid Macau pada pukul 19.00 waktu setempat, tepat saat berbuka puasa. Di meja besar panjang, sejumlah hidangan tersedia. Mulai dari buah-buahan, susu, dan teri tepung. Lebih dari 15 terlihat sedang menyantap makanan.
"Makanan berbuka puasa itu yang menyediakan orang-orang Pakistan. Kami kadang-kadang ikut membantu menyiapkan makanan buat buka bersama," ujar Abul Halim.
Salah seorang dari mereka yang merupakan warga dari Pakistan menyodorkan sepiring buah dan segelas susu. Suasana Ramadan sangat terasa dengan saling memberi. Mereka kemudian salat Magrib dilanjutkan salat Isya dan tarawih. Hujan masih turun saat tarawih selesai.