Pertama Kalinya, Kasus Cacar Monyet Ditemukan di Singapura

Kasus cacar monyet pertama kali ditemukan di Singapura setelah seorang pria Nigeria positif terinfeksi penyakit tersebut

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 12 Mei 2019, 13:00 WIB
Ilustrasi lorong rumah sakit (iStock)

Liputan6.com, Jakarta Untuk pertama kalinya, Singapura mengalami kasus cacar monyet. Hal ini terungkap setelah seorang pria Nigeria dilaporkan positif memiliki virus itu pada 8 Mei lalu.

Kementerian Kesehatan Singapura (Ministry of Health/MOH) menyatakan bahwa pria 38 tahun itu datang pada 28 April. Saat ini, dia dalam kondisi stabil di bagian isolasi National Centre for Infectious Diseases (NCID).

"Pasien melaporkan bahwa sebelum kedatangannya di Singapura, dia telah menghadiri sebuah pernikahan di Nigeria, di mana dia mungkin mengonsumsi daging semak yang bisa menjadi sumber penularan virus cacar monyet," tulis MOH dalam pernyataan resminya seperti dilansir dari Channel News Asia pada Minggu (12/5/2019).

Penularan cacar monyet bisa terjadi dari manusia ke manusia lewat kontak melalui sekresi saluran pernapasan yang terinfeksi, lesi kulit dari pasien, atau benda yang terkontaminasi cairan pasien. Beberapa gejala cacar monyet antara lain demam, pembengkakan kelenjar getah bening, dan ruam kulit. Komplikasi lain bisa muncul seperti pneumonia hingga kematian.

 

Saksikan juga Video Menarik Berikut Ini


Gejala yang Muncul

10 Kota dengan Biaya Hidup Termahal, Mana Saja?

Mengutip Straits Times, pria ini menetap di Hotel 81 Orchid di Geylang. Selama dua hari, dia menghadiri lokakarya di Samsung Hub di Church Street, Central Business District.

Lalu pada 30 April, dia mengalami demam, nyeri otot, menggigil, dan ruam kulit. Sampai 7 Mei 2019, pria itu lebih banyak berada di kamarnya sampai dibawa ke Rumah Sakit Tan Tock Seng dan dirujuk ke NCID.

Untuk mengatasi penularannya, MOH juga melacak dan mengidentifikasi 23 orang yang melakukan kontak dengan pasien. Termasuk 18 orang yang menghadiri lokakarya, satu anggota staf dari lokasi lokakarya dan empat karyawan hotel.

Mereka menyatakan bahwa NCID menawarkan vaksinasi untuk mencegah penyakit dan gejala yang parah.

"Sebagai tindakan pencegahan, mereka akan dikarantina dan dipantau selama 21 hari sejak tanggal paparan dari pasien." Meski begitu, tidak ditemukan gejala virus pada mereka yang berkontak dengan pasien.

 


Risiko Penularan Rendah

Profesor Leo Yee Sin, Direktur Eksekutif NCID mengatakan bahwa risiko penyebaran cacar monyet di Singapura rendah. Menurutnya, tidak ada bukti bahwa penularan antarmanusia bisa mempertahankan infeksi cacar monyet dalam populasi manusia.

"Rata-rata setiap orang yang terinfeksi menularkan infeksi pada kurang dari satu orang lainnnya. Ini jauh lebih tidak menular daripada flu biasa. Rantai penularan juga bisa diputus melalui pelacakan dan karantina kontak dekat," kata Leo.

Meski MOH menyatakan bahwa penyakit ini bisa sembuh sendiri dalam dua sampai tiga minggu, masyarakat yang diduga berkontak tetap ditempatkan dalam pengawasan. Terlepas dari 23 orang yang dikarantina.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya