7 Anak Tewas Akibat Ledakan Ranjau Darat di Afghanistan

Sebuah ledakan ranjau darat menewaskan tujuh anak dan melukai dua lainnya di Afghanistan selatan pada Sabtu 11 Mei 2019.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 12 Mei 2019, 10:16 WIB
Ilustrasi ledakan ranjau darat (iStockPhoto)

Liputan6.com, Ghazni - Sebuah ledakan ranjau darat menewaskan tujuh anak dan melukai dua lainnya di Afghanistan selatan pada Sabtu 11 Mei 2019, kata para pejabat.

Peristiwa itu merupakan insiden yang kesekian kalinya ketika persenjataan perang kembali merenggut nyawa warga sipil.

Ledakan terjadi di provinsi Ghazni, selatan ibukota Kabul, ketika anak-anak menginjak ranjau darat saat bermain di dekat jalan utama, kata juru bicara provinsi Aref Noori kepada AFP, seperti dilansir NDTV, Minggu (12/5/2019).

"Ranjau itu ditanam oleh Taliban di jalan utama untuk menimbulkan korban pada pasukan keamanan," katanya.

Taliban tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Para militan sering menggunakan bom pinggir jalan dan ranjau darat untuk menargetkan pasukan keamanan Afghanistan, tetapi senjata mematikan itu juga menimbulkan korban pada warga sipil.

Amanullah Kamrani, seorang anggota dewan provinsi Ghazni, mengatakan para korban merupakan anak-anak berusia antara tujuh dan sembilan. Sementara empat dari total korban adalah anggota satu keluarga.

Konflik selama bertahun-tahun membuat Afghanistan dipenuhi ranjau darat, selongsong mortir yang tidak meledak, roket dan bom rakitan. Banyak di antaranya menarik rasa penasaran anak-anak setempat yang menjamah benda-benda berbahaya itu, hingga akhirnya menyebabkan korban luka dan jiwa.

Bulan lalu, tujuh anak tewas dan 10 lainnya luka-luka di provinsi Laghman di timur ketika sebuah mortir meledak ketika mereka sedang bermain dengannya.

Menurut PBB, 3.804 warga sipil --termasuk lebih dari 900 anak-anak-- tewas di Afghanistan pada 2018, dengan 7.000 lainnya terluka. Itu adalah tahun paling mematikan hingga saat ini bagi warga sipil dalam konflik Afghanistan.


6 Orang Tewas dalam Ledakan Bom di Afghanistan

Ilustrasi Foto Ledakan (iStockphoto)

Sementara itu, dua bulan lalu, sedikitnya enam orang dilaporkan tewas dan 23 lainnya luka-luka dalam ledakan yang terjadi di Kabul, Afghanistan, Kamis 21 Maret 2019.

Dikutip dari laman BBC, Jumat (22/3/2019), ledakan ini terjadi di tengah-tengah masyarakat Afghanistan yang sedang merayakan liburan Nowruz, Tahun Baru Persia.

Investigasi awal oleh polisi mengindikasikan bahwa tiga bom diledakkan dari jarak jauh, memicu ledakan berturut-turut, menurut juru bicara Kementerian Dalam Negeri Nasrat Rahim.

Kelompok ISIS mengklaim jika mereka adalah dalang di balik ledakan tersebut. Lebih dari 30 orang tewas dalam serangan bunuh diri selama festival Nowruz tahun lalu.


Ledakan Maut Targetkan Kumpul Politik di Afghanistan, 3 Orang Tewas

Ilustrasi Bom

Masih pada Maret 2019, sebuah agenda kumpul-kumpul politik di ibu kota Kabul, yang dihadiri seorang kepala eksekutif dan mantan presiden Afghanistan, berujung maut, setelah beberapa ledakan menewaskan setidaknya tiga orang.

"Kami menerima laporan ledakan terjadi di bagian barat Kabul, dan penyelidikan telah diluncurkan," kata Nasrat Rahimi, juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera pada Jumat (8/3/2019).

Sumber lain di kementerian yang sama mengatakan bahwa sumber ledakan berasal dari seseorang yang menembakkan mortir dari sebuah rumah di Distrik 18, Kabul.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada klaim tanggung jawab dari pihak manapun.

Namun, seorang pejabat yang menghadiri agenda kumpul politik itu, yang tidak bersedia namanya disebutkan, mengatakan kepada kantor berita Associated Press bahwa tujuh orang tewas dan 10 lainnya luka-luka.

Pejabat senior Afgansitan itu mengatakan bahwa para penyerang dapat menargetkan pertemuan besar Muslim Syiah, yang berlangsung di kompleks Musala-e-Mazari, Kabul.

Ratusan orang menghadiri pertemuan tersebut untuk menandai peringatan 24 tahun kematian Abdul Ali Mazari, pemimpin partai Hezb-e-Wahdat.

Mazari tewas oleh Taliban, setelah sebelumnya sempat ditahan oleh kelompok ekstremis itu pada 1995.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya