Kenali, Kebiasaan Remeh ini Bisa Jadi Pertanda Anda Shopaholic

Apakah Anda adalah seorang shopaholic atau bukan, kenali tandanya dari kebiasaan remeh berikut ini

oleh Fitriana Monica Sari diperbarui 14 Mei 2019, 10:45 WIB
Meriahkan HUT RI Ke-72, Mendag-Menpar Luncurkan Hari Belanja Diskon Indonesia (iStock Photo)

Liputan6.com, Jakarta - Apa yang ada pada benak Anda saat mendengar kata “shopaholic”? Shopaholic adalah istilah yang kurang lebih dapat diartikan sebagai orang yang kecanduan berbelanja.

Kata “candu” memberi kesan kurang baik karena berarti menyukai sesuatu secara berlebihan dan terus-menerus. Seseorang dikatakan sebagai seorang shopaholic karena ketidakmampuannya dalam mengontrol keinginan berbelanja, atau bisa disebut dengan gila belanja.

Seseorang memiliki candu terhadap belanja dengan berbagai alasan. Misalnya, berbelanja lebih dari yang dibutuhkan karena sedang diskon, ingin pamer barang-barang yang dibeli, atau sekadar untuk memuaskan diri.

Perilaku kecanduan belanja ini pastinya perlu dihindari karena kebiasaan tidak baik yang bisa menimbulkan masalah keuangan.

Apakah Anda adalah seorang shopaholic atau bukan, kenali tandanya dari kebiasaan remeh berikut ini, seperti dikutip dari Cermati.com.

1. Untuk Apa Uang yang Sudah Anda Habiskan?

Jika Anda tidak begitu tahu jawabannya, maka Anda perlu hati-hati karena ini bisa menjadi pertanda kecanduan belanja. Pertanda ini disebabkan karena terlalu banyak uang yang sudah dibelanjakan, atau barang yang sudah terbeli, sehingga tidak bisa menyebutkan ke mana saja perginya uang Anda.

Biasanya, saat memegang uang dalam angka cukup besar atau saat baru saja menerima gaji, godaan untuk belanja sangat kuat. Seseorang dengan kemampuan pengelolaan keuangan yang kurang biasanya akan langsung membeli ini-itu tanpa pertimbangan yang matang, dan berakhir dengan pemborosan.


2. Pernah Berbelanja Melebihi Bujet?

Ilustrasi uang (iStockphoto)

Kalau Anda pernah berbelanja melebihi budget, ini merupakan pertanda Anda memiliki kemungkinan untuk menjadi shopaholic.

Meski Anda sudah membagi pemasukan dan telah menyiapkan bujet khusus untuk belanja tetapi total belanjaan jauh lebih besar dari yang seharusnya dianggarkan, pengelolaan keuangan Anda bisa menjadi sia-sia.

Mengapa? Alasannya tentu karena pembengkakan pengeluaran untuk belanja tersebut bisa mengacaukan sirkulasi keuangan Anda. Ada kemungkinan untuk menutupi pembengkakan pengeluaran tersebut, Anda harus memangkas jatah keperluan lain yang tidak jarang lebih penting dari belanja itu sendiri.

Sebisa mungkin, catat skala prioritas ketika berbelanja dan fokus untuk memenuhi kebutuhan yang sudah ada dalam daftar saja. Ketika ada sisa, baru Anda bisa memanfaatkannya untuk membeli sesuatu sesuai keinginan Anda.

3. Beli Karena Butuh atau Karena Ingin?

Kalau Anda seringkali membeli suatu barang padahal telah memiliki barang yang serupa dan masih layak, ada kemungkinan Anda sudah kecanduan belanja. Biasanya, motivasi untuk membeli barang tersebut hanyalah untuk memenuhi keinginan, bukan murni karena kebutuhan.

Bahkan ada pula shopaholic yang membeli satu jenis barang dalam jumlah banyak hanya karena perbedaannya pada motif atau desainnya saja. Kadang penyebabnya adalah tidak bisa menentukan mana yang harus dibeli, sehingga memutuskan untuk membeli beberapa sekaligus.

Meski bisa menjadi barang cadangan, pembelian yang berlebihan tidaklah baik untuk keuangan Anda. Beberapa barang bisa bertahan untuk waktu yang cukup lama, sehingga sebenarnya tidak memerlukan cadangan terlalu banyak.


4. Sering Memakai Kartu Kredit?

Ilustrasi Foto Gesek Kartu Kredit (iStockphoto)

Penggunaan kartu kredit yang cukup sering bisa memicu seseorang menjadi shopaholic. Dengan kartu kredit, seseorang mendapat kemudahan untuk berbelanja meski belum memiliki uang yang cukup.

Apalagi jika mendapat promo atau diskon, pastinya godaan untuk berbelanja akan sulit untuk ditepis. Dengan berbelanja menggunakan kartu kredit, Anda mempunyai utang. Awalnya memang asyik, karena ingin ini itu tinggal gunakan kartu saja.

Begitu tiba waktunya untuk membayar tagihan, kadang terbesit penyesalan karena menghabiskan uang terlalu banyak. Efeknya, kadang harus mencari pinjaman untuk melunasi tagihan, atau mengambil jatah keperluan lain.

Buruknya lagi, jika sudah benar-benar kecanduan, seseorang akan tetap berbelanja meski kondisi keuangannya sudah berantakan. Agar keuangan lebih terjaga, gunakan kartu debit atau bayar dengan cash maupun memanfaatkan promo kartu kredit saja.

5. Bagaimana Rencana Keuangan Anda untuk Masa Depan?

Jika saat ini tidak pernah terpikirkan perihal rencana keuangan untuk masa depan dan hanya memiliki keinginan untuk belanja terus, ini adalah tanda yang jelas dari shopaholic. Karena terlalu fokus untuk berbelanja, seringkali pikiran untuk keperluan di masa depan tidak terlintas sama sekali.

Tidak ada orang yang mampu memprediksi masa depan. Jadi, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, ada baiknya untuk melakukan tindakan antisipasi. Salah satunya adalah dengan mempersiapkan keuangan untuk masa depan.

Sisihkan sebagian pemasukan yang Anda terima untuk bekal di masa depan ketika sudah tidak mempu untuk bekerja lagi. Dengan demikian, masa depan Anda akan terjamin, dan tidak ada drama masalah keuangan.

 


Berbelanja Tidak Menjamin Kebahagiaan Seseorang

Ilustrasi belanja. Sumber foto: unsplash.com/rawpixel.

Sesering apapun, berbelanja sama sekali tidak memberikan jaminan seseorang bisa benar-benar bahagia. Candu dalam berbelanja dapat menciptakan gaya hidup boros dan menyia-nyiakan uang yang sebenarnya bisa bermanfaat untuk hal lain, atau bahkan untuk membantu sesama. Ditambah lagi dengan kemungkinan akan kacaunya kondisi keuangan yang bisa menyebabkan stres jika tetap menjalani kehidupan sebagai shopaholic.

Berdasarkan bahasan lima pertanyaan di atas, apakah Anda termasuk shopaholic? Jika tidak, Anda perlu bersyukur karena tidak memiliki candu berbelanja yang merugikan. Jika iya, maka mulailah berbenah diri dengan memperbaiki pengelolaan keuangan Anda untuk menyelamatkan masa depan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya