Selain Gizi dan Pendidikan, Perhatikan Hal Ini agar Anak Tumbuh Cerdas

Mendidik anak supaya mereka tumbuh cerdas dan luar biasa sejatinya dimulai sejak dini.

oleh Babyologist diperbarui 13 Mei 2019, 08:00 WIB
Biarkan ia bereksplorasi dan berekspresi seperti yang ia mau. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Setiap orangtua tentu ingin buah hatinya tumbuh cerdas. Berbagai cara dilakukan guna mendukung hal tersebut, mulai dari memperhatikan gizi hingga pendidikannya. Namun, ada lain yang tak kalah penting untuk diperhatikan seperti penuturan Mommy Vynditan Azalea dari Babyologist berikut ini.

Halo Moms, kita semua pasti ingin anak-anak kita tumbuh menjadi anak yang cerdas dan sehat, banyak dari kita juga yang berfokus pada vitamin, makanan dan pendidikan di sekolah. Namun sebenarnya mendidik anak supaya mereka tumbuh cerdas dan luar biasa sejatinya dimulai sejak dini.

Saya seorang ibu dengan 1 anak yang sangat aktif. Dalam hal bereksplorasi dan berekspresi, saya selalu membebaskan dia melakukan apapun yang dia mau selagi hal tersebut tidak membahayakan dirinya. Ada banyak sekali caranya. Misalnya kita bawa dia main di taman, dia lihat begitu banyak pohon dan bunga, juga binatang. Nah, foto di atas adalah moment di mana ia begitu fokus mengamati daun-daunan yang terjatuh, sesekali ia berhitung satu, dua, tiga. Senang rasanya di usianya yang belum genap 1 tahun ia sudah mahir berhitung. Tak apa bagi saya jika ia melepaskan sepatunya dan berjalan di tanah, memetik daun dan bermain pasir. Tak apa jika memang ia mau pegang kucing, selagi memang kucing tersebut tidak sakit dan terluka busuk. Bagi saya itu tidak masalah.

Terlalu banyak larangan menyebabkan ia menjadi tidak percaya diri dan takut. Mungkin ini terdengar lucu, meski saya membebaskan ia bermain apapun, saya juga pasti dengan tegas melarang jika ia ingin memegang atau bermain dengan benda berbahaya, misal gunting, pisau, stop kontak, obat-obatan, air panas, dan lain-lain. Mudah? Tidak juga, karena ia "terbiasa" dibebaskan, mungkin si anak jadi marah dan tidak menerima saat ada satu larangan yang kita berikan. Tentunya semua ada solusinya. Puji Tuhan saya memiliki anak yang mengerti, ia bukan tipe anak yang bisa dikerasi, saat ia mau pegang gunting, saya selalu bilang bahwa jika tidak hati-hati gunting akan melukai tangannya. Saya paham bahwa ia ingin tahu "Itu apa?" dan "Untuk apa?". Ini adalah saat paling baik untuk memberikan pemahaman pada ia. Otaknya masih sangat baik untuk menampung banyak informasi pembelajaran.

Saat ia pegang gunting, tentunya kita akan was-was dan bentak anak kita seperti "Awas! Jangan main gunting" Betul? Tapi pernah nggak sih kita kasih tahu kenapa tidak boleh? Apakah dengan begitu si anak akan hilang rasa penasarannya? Bisa jadi malah sangat penasaran di esok harinya. Saat anak saya main gunting, saya akan ambil guntingnya dengan baik. Ingat! Dengan baik, bukan merampasnya dengan paksa dan membentaknya. Saya ambil dengan baik-baik, eyes to eyes "Nak, boleh mama pinjam guntingnya?" Lalu ambil guntingnya dan katakan alasannya "Nak, gunting ini bahaya kalau kamu pegangnya tidak hati-hati, gunting bisa bikin tangan kamu luka." Percaya deh, Moms, saat kita bilang seperti itu, tatapan matanya mengisyaratkan keingintahuannya lebih dalam. Maka saya menjelaskannya lebih lanjut "Kamu mau pegang guntingnya? Yuk coba kita potong kertas pakai gunting ini" . Jelaskan dan lakukan dengan bijak tanpa harus marah-marah. Setelahnya , jika si Kecil sudah terbiasa dengan metode ini, tentunya ia akan tahu apa sih yang bahaya dan tidak. Karena sesungguhnya mereka belum tahu mana baik dan buruk, mana bahaya dan tidak.

Biarkan ia bereksplorasi dan berekspresi seperti yang ia mau. Berekspresi seperti apa? Misalnya saat ia menangis kita lantas membentaknya, biarkan ia menangis, hanya jangan membiarkannya menangis dan kita tinggalkan begitu saya.

Pernah anak saya menangis karena mainan kesayangannya rusak. Saya tidak membentaknya dan menyuruhnya diam. Saya peluk dia, tenangkan dia, elus punggungnya dan katakan dengan sangat lembut "Sayang sedih yaa? Mama tau kamu sedih karena mainan kamu rusak, gak apaapa, kalau kamu mau nangis, tapi setelahnya, kamu harus ceria lagi. Kita bisa perbaiki mainannya." Kuncinya adalah biarkan ia mengeluarkan apa yang ia rasa. Apa jadinya jika ia memendam perasaannya dia, bukankah nantinya ia akan menjadi anak yang tertutup dan kehilangan kepercayaan pada orang tuanya?

Nah, setelah kita tahu bahwa dia mampu melakukan banyak hal, apakah Moms mau mengatur dan berkata "Jangan ke sana" "Jangan begini" "Jangan begitu"? Apakah Moms mau membentaknya bahkan memukulnya saat ia berusaha mengekspresikan kesedihannya?

 

Semoga bermanfaat.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya