Momen Haru Buka Puasa Bersama Shinta Wahid di Vihara Welas Asih Cirebon

Shinta Nuriyah Wahid mengaku melihat miniatur Indonesia yang masih kuat menjaga toleransi dan keberagaman di tengah marak ujaran kebencian dan hoaks.

oleh Panji Prayitno diperbarui 13 Mei 2019, 03:00 WIB
Salah seorang warga mengumandangkan Azan Magrib di Vihara Welas Asih Cirebon saat waktu berbuka puasa tiba. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Liputan6.com, Cirebon - Pemandangan yang jarang terlihat dalam suasana buka puasa bersama di Cirebon. Lantunan lagu-lagu kebangsaan terdengar merdu di tengah suasana buka puasa bersama Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid Istri Presiden ke IV mendiang Abdurrahman Wahid di Vihara Welas Asih Cirebon.

Bersama kaum Tionghoa Cirebon serta seluruh elemen masyarakat lainnya. Untuk yang kesekian kalinya, Shinta Wahid datang ke Cirebon dalam rangka buka dan sahur bersama masyarakat Pantura Jawa Barat.

Suasana keberagaman terasa sangat kental di vihara ini. Seluruh elemen masyarakat berkumpul dan bercengkrama sembari menunggu waktu berbuka puasa.

"Saya senang bisa melihat langsung miniatur Indonesia di sini iya di Cirebon. Warga nya membaur tidak mudah terprovokasi dan sangat toleran," kata Shinta Wahid, Minggu (12/5/2019).

Suasana buka puasa bersama di Vihara semakin hangat dengan rangkaian acara yang beragam. Sejumlah warga non muslim mengisi acara dengan menampilkan berbagai kreasi.

Mulai dari paduan suara dari gereja yang membawa lagu kebangsaan Rayuan Pulau Kelapa. Penampilan tari dari berbagai daerah sebagai lambang keberagaman dari umat Hindu di Cirebon.

Hingga memasuki waktu berbuka puasa, salah seorang peserta turut mengumandangkan Azan Magrib di Vihara Dewi Welas Asih itu.

"Saya sangat senang warga Cirebon telah mampu menghadirkan senjata yang ampuh untuk merekatkan persaudaraan diantara sesama anak bangsa melalui budaya dan kesenian," kata Shinta seraya meminta perwakilan warga untuk mengumandangkan Azan Magrib sebelum buka puasa.


Ujaran Kebencian

Shinta Wahid saat mengikuti rangkaian acara buka puasa bersama umat Tionghoa dan masyarakat Pantura Jawa Barat di Vihara Dewi Welas Asih Cirebon. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Pada kesempatan tersebut, Shinta mengajak masyarakat menjalani puasa dengan baik. Sebab, dalam berpuasa terdapat ajaran berupa bingkisan moral dan budi pekerti luhur.

Menurut dia, virus kebencian dan hoaks yang masih merajalela di masyarakat harus dilawan. Hadirnya kesenian dan budaya dari berbagai suku dan agama di Cirebon menjadi salah satu senjata ampuh melawan kebencian dan hoax.

"Dengan seni dan budaya akan menciptakan kedamaian di hati setiap orang akan mengasah jiwa, hati yang sedang bergelora. Seni dan budaya hendaknya bukan tontonan tapi jadi tuntunan juga dalam menerapkan kehidupan sehari-hari masyarakat," ujar dia.

Menurut dia, beragam pertunjukan seni dan budaya akan mengasah hati manusia yang tengah bergolak karena terbawa suasana politik praktis. Shinta belum memastikan apa yang akan terjadi ketika pemilu dinyatakan selesai.

Terutama saat KPU mengumumkan siapa pemenang pada Pilpres tahun 2019 ini. Oleh karena itu, dia mengimbau untuk masyarakat agar tetap menjaga persatuan dan kesatuan dengan cara melestarikan seni budaya dan tradisi.

"Bahkan setelah pemilu itupun belum tentu Bangsa Indonesia terbebas dari virus benci dan hoax yang merajalela dan itu masih tetap ada," ujar dia.

Shinta menuturkan, pada momen pemilu masyarakat akan menjadi korban dan alat janji politikus. Oleh karena itu, jika yang diterima janji maka hati masyarakat akan bergolak untuk tetap menagih janji.

"Puasa mengajarkan kita untuk menjadi manusia jujur bermoral dan berbudi pekerti luhur. Saya berharap anda semua bisa meredam melawan mengobati virus kebencian dan hoax dengan selalu membaca Istighfar," kata dia.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya