Liputan6.com, Jakarta - Kebakaran yang terjadi di Rumah Tahanan Klas IIB Siak meninggalkan luka mendalam bagi para sipir penjara. Dengan segala keterbatasan, kelengkapan, sampai kurangnya jumlah personel, mereka berupaya menjalankan tugas yang diemban semaksimal mungkin.
"Kami hanya bisa melihat dan mencoba bertahan hidup dari amukan kawan-kawan kami yang setiap hari kami menjaga mereka, mengayomi mereka, sampai kadang kami melupakan keluarga kami hanya untuk menjalankan tugas mulia ini," kata sipir Penjara Bengkalis, Darma Firdaus S dalam keterangan tertulis, Jakarta, Senin (13/5/2019).
Advertisement
"Tapi kami hanya bisa pasrah dan mencoba bertahan saat rumah kami dibakar oleh teman kami sendiri. Saat kami mencoba menjalankan sedikit peraturan yang mungkin tidak bisa di terima oleh teman kami tadi. Melakukan razia narkoba," sambung dia.
Menurut dia, saat mereka dituntut untuk memberantas narkoba, justru nyawa menjadi taruhan. Keamanan mereka terancam. Pada sisi lain, apabila mereka tak melakukan pemberantasan narkoba, akan menjadi hal buruk bagi mereka.
"Jika menutup mata akan narkoba, kami di cap pem-back up narkoba, pembeking narkoba bahkan lebih kejam orang-orang di luar sana menuduh kami bekerjasama dengan bandar-bandar narkoba," ujar Firdaus pascakerusuhan di Rutan Siak.
"Memang kami tidak menapikan adanya oknum-oknum kami yang melakukan hal demikian, karena kami juga manusia biasa seperti mereka," dia menambahkan.
Namun, ada hal yang lebih mereka takutkan, yakni kelangsungan keluarganya.
"Tapi kenapa saat kami berjanji untuk memberantas narkoba, jiwa kami terancam, keluarga kami terancam kehilangan kami, apakah memang ini yang dikatakan HAM, tidak boleh kah kami merasakan sedikit HAM, padahal kami lah pelaku HAM," jelas Firdaus.
"Adakah yang di luar sana mengerti tentang risiko kami, saat mencoba menjalankan tugas kami, kami tidak bisa mempertahan kan diri. Jika teman-teman kami bertindak di luar pikiran kami, memaki, mencoba memukul kami, mengancam kami bahkan mencoba membunuh kami," sambungnya.
Meskipun nyawa yang menjadi taruhan karena terancam saat ingin memberantas narkoba, mereka tetap menerima segala resiko yang didapatkan oleh mereka.
"Apakah kami tidak boleh membela diri? Adakah HAM bagi kami sipir penjara? Menjamin senja esok kami kembali? Melihat lagi tawa ceria anak kami malam nanti?" ujarnya.
"Kami memang siap dengan segala risiko yang ada, walaupun harus kehilangan nyawa, berserak luka dan menahan rasa. Tapi berikan sedikit senyum saat kami lewat di depan anda pagi hari nanti. Saat anda merasa nyaman dari lelap malam anda bersama keluarga, saat teman-teman kami berbaris rapi menuju kamar kecil di balik tembok penjara. Ya, sedikit senyum saja," sambung dia.
Meskipun adanya peristiwa tersebut, ia ingin agar para Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) dapat menjalankan sisa masa tahanannya dengan tenang.
"Kepada teman kami petugas Rutan Siak, semoga dalam lindungan Tuhan. Dan kepada sahabat kami warga binaan, semoga kembali menjalankan masa hukuman dengan tenang," dia memungkasi.
Saksikan Video Terkait di Bawah Ini:
Amuk di Rutan Siak
Ratusan narapidana membakar rumah tahanan (Rutan) Kabupaten Siak Riau Rabu 11 Mei 2019 sekitar pukul 01.00 WIB. Rutan yang dihuni sekitar 648 narapidana itu ludes dilahap si jago merah.
Napi diduga mengamuk dan menyerang para sipir yang berjaga. Usai kejadian, tim personel Polres Siak dibantu anggota Kodim 0303 Bengkalis melakukan penjagaan ketat di lokasi kejadian.
Dari 648 narapidana dan tahanan yang menghuni Rumah Tahanan Sialang Bungkuk, baru sekitar 110 napi yang berada dalam pengawasan kepolisian. Sisanya belum diketahui keberadaannya pasca-kerusuhan yang berujung terbakarnya rutan.
"110 napi dan tahanan sudah dalam pengawasan kita. Masih ada yang tersisa di dalam Rutan. Nanti kita cek dan hitung jumlah yang ada," ujar Kapolda Riau Irjen Widodo Eko Prihastopo, Sabtu 11 Mei 2019.
Advertisement