Saham Uber Tergelincir Saat Pencatatan Perdana

Hampir dua tahun, Uber berlomba membangun jajaran direksinya, merombak budaya internal dan memperbaiki merek untuk persiapan IPO pada 2019.

oleh Agustina Melani diperbarui 13 Mei 2019, 12:07 WIB
Ilustrasi kantor pusat Uber Indonesia (Liputan6.com/Jeko Iqbal Reza)

Liputan6.com, New York - Hampir dua tahun, Uber berlomba membangun jajaran direksinya, merombak budaya internal dan memperbaiki merek untuk mempersiapkan lepas saham ke publik pada 2019.

Namun, usaha itu tidak cukup untuk menjamin antusiasme investor di wall street. Saham Uber turun lebih dari tujuh persen pada hari pertama perdagangan Jumat waktu New York. Pencatatan saham Uber di wall street tak begitu menggembirakan. Sebelumnya perseroan sudah alami guncangan.

Harga saham Uber dibuka turun ke posisi USD 42 per saham. Angka ini di bawah harga initial public offering (IPO) di kisaran USD 45. Saham Uber pun ditutup di posisi USD 41,57.

Performa hari pertama yang mengecewakan membuat Uber berbeda dari sebagian besar perusahaan teknologi.

Dalam lima tahun terakhir, hanya 10 persen IPO perusahaan teknologi AS yang didukung oleh modal ventura menyelesaikan hari pertama pencatatan di zona merah. Hal itu berdasarkan data Renaissance Capital yang diberikan kepada CNN.

Uber berhasil mengumpulkan dana USD 8,1 miliar usai IPO. Akan tetapi, jumlah itu masih di bawah yang direncanakan oleh Uber.

Pencatatan saham perdana Uber terjadi di tengah pekerja yang mogok, kerugian yang tajam dalam industri perjalanan, dan kekhawatiran perang dagang terhadap Amerika Serikat dan Cina. Demikian mengutip laman CNN Money, Senin (13/5/2019).

Selama dekade terakhir, Uber muncul sebagai salah satu bagian dari generasi perusahaan rintisan teknologi yang mengumpulkan dan kehilangan jumlah uang yang belum pernah terjadi sebelumnya sambil hindari go public selama mungkin.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Perubahan Internal di Uber

Agen dari Inspektorat Lingkungan dan Transportasi negara menyita catatan administrasi dari perusahaan Uber.

Tak hanya Uber, saingan utamanya Lfyt juga sahamnya tertekan sejak go public pada akhir Maret. Saham Lyft turun di bawah harga IPOnya pada hari kedua perdagangan. Saham Lyft sudah turun sekitar 25 persen dari harga IPO.

Seperti Lyft, Uber memilih sejarah karena subsidi biaya perjalanan dan investasi dalam beragam pilihan di sektor transportasi. Uber kehilangan USD 1,8 miliar pada 2018, lebih banyak dari pada perusahaan rintisan AS mana pun sebelum go public.

"Sungguh menakjubkan apa yang telah Uber bangun, tetapi mereka masih belum selesai melakukannya. Mereka telah mensubsidi bisnis," ujar Principal Reinassance Capital, Kathleen Smith.

Ia menuturkan, perusahaan teknologi yang lepas saham ke publik dalam beberapa tahun terakhir alami kerugian besar termasuk Lyft dan Snap yang saat ini harga sahamnya tidak diperdagangkan di atas harga IPO.

Uber diluncurkan pada 2009 yang bertujuan untuk meawarkan mobil pribadi sesuai permintaan cukup dengan membuka aplikasi di ponsel cerdas Anda.

Dalam dekade itu, Uber melibas saingannya. Dalam perjalanannya, Uber telah membuat bisnis taksi tidak stabil, menjadi startup AS paling berharga dan menjadi kesayangan silicon valley.

Investor pertama Uber terbuka tentang perjalanannya. Akan tetapi berubah sejak 2017. Saat itu, mantan insinyur Uber Susan Fowler mengguncang perusahaan dengan tuduhan pelecehan. Investigasi internal mengungkapkan budaya kantor yang ceroboh dan eksekutif memiliki kekuatan tidak terkendali.

Travis Kalanick, salah satu pendiri Uber kemudian menjadi CEO mengakui bahwa ia perlu "tumbuh" setelah tertangkap kamera berdebat dengans eorang pengemudi Uber.

Kalanick akhirnya digulingkan pada Juni 2017. Saat itu, Uber beroperasi tanpa CEO, CFO, COO dan CMO. Uber menggantikan Kalanick dengan Dara Khosrowashahi, seorang eksekutif berpengalaman yang sebelumnya menjalankan Expedia.

Ia dengan cepat menekankan kalau Uber harus berubah. "Apa yang membuat kita di sini bukanlah apa yang akan membawa kita ke tingkat berikutnya,” ujar dia.

Sejak itu, ia telah mengubah norma budaya perusahaan yang sekarang mencakup prinsip “We Do The Right Thing”.Di bawah Khosrowashahi, Uber juga mempertimbangkan kembali upaya untuk beroperasi di seluruh dunia.

"Salah satu bahaya potensi strategi global kami adalah melakukan terlalu banyak pertempuran dan banyak pesaing," ujar dia.

 


Minggu yang Buruk untuk IPO

Sopir taksi online Uber membawa sejumlah poster saat berdemonstrasi di luar markas Uber di San Francisco, AS, Rabu (8/5/2019). Aksi protes ini terjadi menjelang penjualan saham perdana atau IPO Uber pada Jumat, 10 Mei 2019. (AP Photo/Eric Risberg)

Setelah langkah mengubah bisnis dan go public, Uber menemui masalah berbeda. Pada pekan lalu, Presiden AS Donald Trump mengejutkan investor dengan mengancam akan mengenakan tarif lebih tinggi kepada China.

Pasar pun bergejolak di tengah kekhawatiran perang dagang yang meningkat antara AS dan Cina. Kemudian pada Selasa, Lyft melaporkan laporan pendapatan kuartal I yang alami rugi lebih dari USD 1 miliar.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya