Liputan6.com, Jakarta - Emiten telekomunikasi merilis kinerja kuartal I 2019. Hasilnya pun beragam. PT Indosat Tbk (ISAT) masih mencatatkan rugi hingga kuartal I 2019. Sedangkan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) membukukan laba.
Mengutip laporan keuangan yang disampaikan dalam keterbukaan informasi BEI, seperti ditulis Senin (13/5/2019), PT Indosat Tbk (ISAT) masih membukukan rugi meski berkurang sebesar 27,8 persen.
Tercatat kuartal I 2019, rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 292,5 miliar dari periode sama tahun sebelumnya Rp 405,2 miliar. Ini didukung dari pulihnya pertumbuhan pendapatan.
Baca Juga
Advertisement
Pendapatan PT Indosat Tbk naik tipis 3,9 persen menjadi Rp 6,04 triliun hingga kuartal I 2019 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 5,81 triliun. Hal itu didukung dari pertumbuhan pendapatan selular sebesar 6,9 persen menjadi Rp 4,85 triliun.
Akan tetapi, pendapatan dari MIDI susut tipis 1,6 persen menjadi Rp 1,02 triliun. Ini disebabkan penurunan pendapatan layanan IT sebagai dampak dekonsolidasi APE, anak perusahaan Indosat Ooredoo.
Pendapatan telekomunikasi tetap turun 30,4 persen menjadi Rp 161,4 miliar hingga kuartal I 2019. PT Indosat Tbk alami kenaikan beban-beban 0,7 persen menjadi Rp 5,8 triliun hingga kuartal I 2019.
Di sisi lain, dua emiten telekomunikasi lainnya membukukan laba pada kuartal I 2019. Selama kuartal I 2019, PT XL Axiata Tbk mencatatkan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tumbuh 270,58 persen menjadi Rp 57,19 miliar hingga kuartal I 2019 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 15,43 miliar.
Pertumbuhan laba XL Axiata ini termasuk yang terbesar secara persenan dibandingkan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) membukukan laba tumbuh 8,54 persen dari Rp 5,73 triliun hingga kuartal I 2018 menjadi Rp 6,22 triliun hingga kuartal I 2019.
Di pos pendapatan, PT XL Axiata Tbk mencatatkan kenaikan pendapatan 8,46 persen menjadi Rp 5,96 triliun hingga kuartal I 2019.
Sementara itu, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) cetak pendapatan Rp 34,84 triliun hingga kuartal I 2019 atau tumbuh 7,7 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 32,34 triliun.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Selanjutnya
Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, kinerja PT Telekomunikasi Indonesia Tbk didorong pertumbuhan bisnis digital yang terdiri dari connectivity broadband dan layanan digital yang meningkat 26,2 persen dibandingkan tahun lalu menjadi Rp 23,83 triliun. Ini kontribusi 68,4 persen dari total pendapatan perseroan.
Selama 2019, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk alokasikan belanja modal Rp 7,26 triliun. Dana belanja modal untuk membangun infrastruktur broadbank baik untuk mobile yakni pembangunan BTS 4G LTE dan pengembangan sistem IT, maupun fixed broadband berupa jaringan akses serta optik ke rumah serta jaringan backbone serat optic bawah laut dan terestial.
Diproyeksikan, pendapatan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) meningkat 9,4 persen menjadi Rp 143,08 triliun pada 2019. Sedangkan laba bersih diprediksi tumbuh 24 persen menjadi Rp 21,74 triliun.
Nafan menambahkan, penyelenggaraan pemilihan umum (Pemilu) 2019 dan Ramadan serta Lebaran berpotensi meningkatkan trafik pemakaian dan konsumsi data.
"Meski pun demikian, persaingan pada industri ini tergolong sangat kompetitif, mengingat para competitor telah menetapkan tarif yang atraktif bagi pelanggannya," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Nafan merekomendasikan beli saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM). Target harga saham jangka pendek, menengah dan panjang masing-masing di kisaran 3.880,4.200 dan 4.510. Ia pun tidak merekomendasikan saham PT XL Axiata Tbk lantaran sudah mencapai target 3.050 per saham.
Sementara itu, Analis PT OSO Sekuritas, Sukarno Alatas menuturkan, kinerja emiten telekomunikasi kuartal I 2019 mayoritas mencatatkan pertumbuhan pendapatan meski ada yang masih rugi. Namun, rugi membaik jika dibandingkan kuartal tahun sebelumnya seperti yang dialami PT Indosat Tbk.
"Yang menjadi masalah kinerja masih ada yang merugi karena beban operasional yang meningkat, jadi perusahaan belum bisa melakukan efisiensi bebannya," tutur dia.
Sukarno menambahkan, meski alami rugi, PT Indosat Tbk dapat memperbaiki dari sisi rasio net profit margin dari -6,28 persen menjadi -4,64 persen. Ia merekomendasikan untuk wait and see. Ini karena dari sisi teknikal belum ada sinyal aman untuk melakukan pembelian.
Advertisement