Washington D.C Punya Pesantren Kilat Khusus Anak-Anak Selama Ramadan

Salah seorang pengajar di pesantren kilat anak-anak selama Ramadan, Ifdal Yusuf, mengatakan awalnya ia diminta IMAAM Center untuk menjadi imam salat tarawih, tetapi ia tertarik mengajar anak-anak.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 14 Mei 2019, 13:00 WIB
Ilustraasi foto Liputan 6

Liputan6.com, Washington DC - Alvino Heriyanto adalah salah seorang anak yang ikut pesantren kilat minggu pertama di IMAAM Center, di Maryland, Amerika, Sabtu 11 Mei 2019 sore.

Ia adalah satu dari seratusan anak yang tidak saja belajar mengaji, tetapi juga tauhid, fikih dan akhlak yang khusus dibuat IMAAM Center selama bulan Ramadan, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Selasa (14/5/2019).

"Saya suka belajar di sini karena gurunya baik dan luar biasa. Seperti tadi saya diajar hal-hal yang membatalkan wudhu. Saya sudah tahu sih dari orangtua saya, tapi yang disampaikan tadi lebih detil. Saya juga bisa ketemu banyak teman baru," Alvino.

Alvino Heriyanto (7) adalah siswa kelas dua sebuah sekolah dasar di Maryland. Ia baru belajar berpuasa penuh tahun ini.

Sementara Gwyneth Budiantoro, usia 13 tahun, dan kini duduk di kelas delapan atau setara SMP kelas dua di Indonesia, mengatakan ikut pesantren di bulan Ramadan karena ada beberapa teman lain yang juga ikut.

"Suasana di sini juga enak. Very nice. Tenang. Belajarnya juga mudah dan bisa diskusi. Saya sangat ingin bisa membaca Al quran lebih baik," ujarnya.

Salah seorang pengajar di pesantren kilat anak-anak ini, Ifdal Yusuf, mengatakan awalnya ia diminta IMAAM Center untuk menjadi imam sholat tarawih, tetapi kemudian ia tertarik juga mengajar anak-anak.

"Saya awalnya diajak khusus untuk tarawih, tetapi kemudian juga untuk mengajar anak-anak. Materi awal hari ini adalah tentang menguatkan kembali dasar-dasar wudhu, sholat. Saya sudah siapkan dari awal karena kalau ajar anak-anak seumur ini pasti mereka akan tanyakan banyak soal, apalagi mereka memang mau belajar, jadi harus siap bahan yang bagus dan menarik," kata Ifdal.

"Saya sebelumnya sudah mengajar anak-anak khusus belajar Al Quran. Belajar dari pengalaman itu, kalau disuruh diam dan pertanyaannya tidak dijawab, nanti ia menemui kesulitan dalam praktiknya. Saya akan mencoba menjawab sebisa mungkin agar mereka puas dan kelak dapat mempraktikkan sholat atau wudhu atau hal-hal lain yang ingin diketahuinya," tambahnya.

Ifdal Yusuf, yang khusus belajar Alquran sejak lulus sekolah dasar, tampaknya tahu persis cara yang tepat untuk menghadapi anak-anak, yang serba ingin tahu dan masih belum dapat menyampaikan keinginan mereka dengan sempurna.

"Anak-anak sekarang ada banyak soal, tapi kita tidak pandai menjawab. Kita tidak mau menjawab keingintahuan mereka. Mereka jadi bingung untuk menjadi muslim yang baik. Anak-anak sekarang itu butuh mentor, butuh pendamping. Jadi saya memang ingin mereka banyak bertanya, apa yang tidak mereka ketahui di rumah, bisa ditanyakan. Saya akan coba jawab. Saya juga ingin anak-anak mensyukuri Ramadan yang mereka jalani," lanjut Ifdal.

Ditemui VOA seusai mengajar, Ifdal Yusuf, yang hampir menyelesaikan kuliah dalam bidang psikologi klinis, mengatakan sangat senang terlibat dalam program-program IMAAM Center di bulan Ramadan dan ke depan malah ingin mengkaji lebih dalam antara ilmu psikologi yang ditekuninya dengan Islam.

"Ifdal ingin satukan Islam dan psikologi dan kemudian ingin beri services kepada jemaah dan komunitas yang membutuhkan. Apa bisa Ifdal tolong, Ifdal tolong. Tapi kalau di luar, out of my scope, saya akan terus terang bilang tidak bisa. Saya khan masih belajar juga. Alhamdulillah apa yang dikasih Allah SWT, saya share kembali," ujarnya.


Ratusan Warga Muslim Padati IMAAM Center

Ilustrasi bulan Ramadan (AP)

Program Ramadan untuk anak-anak ini dilangsungkan setiap hari Sabtu oleh IMAAM Center, satu organisasi keagamaan nirlaba yang didirikan pada tahun 1995 di negara bagian Maryland. Program diawali dengan mengajak anak-anak membaca dan menghafal surat-surat pendek dalam Al quean, berdasarkan kelompok usia.

Selepas itu anak-anak diajak berdiskusi tentang beragam hal terkait tauhid, fikih dan akhlak. Selain Ifdal Yusuf, ada pula Dedeh Agustina dan Siti Chafsah dari Iqra Learning Center, serta sejumlah guru madrasah ikut membantu.

Program anak-anak yang berakhir sesaat sebelum buka puasa ini diakhiri dengan berbuka puasa dan salat Magrib bersama.

Mereka juga dapat melanjutkan kegiatan dengan makan malam bersama dan sholat tarawih yang berlangsung hingga jauh malam.

Sementara itu ratusan warga Indonesia ikut memadati acara buka puasa, salat Magrib dan makan malam bersama Sabtu lalu.

IMAAM Center yang berkapasitas 500 orang itu membludak hingga salat Maghrib dilakukan lebih dari satu kali saja. Hujan deras dan udara yang tidak bersahabat tidak menyurutkan komunitas Indonesia untuk bersilaturahmi dan berbuka puasa hari keenam. Acara berbuka puasa bersama ini dilangsungkan setiap hari.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya