IHSG Terendah Sepanjang 2019, Rupiah Sentuh 14.415 per Dolar AS

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 73,72 poin atau 1,19 persen ke posisi 6.135,39 pada Senin pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 13 Mei 2019, 16:15 WIB
Seorang pria melintas di depan papan monitor di Mandiri Sekuritas, Jakarta, Selasa (30/5). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum mampu berbalik arah ke zona hijau. Kekhawatiran perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China serta nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menekan laju IHSG.

Pada penutupan perdagangan saham, Senin (13/5/2019), IHSG merosot 73,72 poin atau 1,19 persen ke posisi 6.135.  Level IHSG ini terendah sepanjang 2019. Pada 2 Januari 2019, IHSG berada di posisi 6.181,17. Indeks saham LQ45 susut 1,25 persen ke posisi 960,86. Seluruh indeks saham acuan kompak melemah. Pada awal pembukaan, IHSG sempat menguat ke posisi 6.225.

Sebanyak 279 saham melemah sehingga menekan IHSG. 129 saham menguat dan 121 saham diam di tempat. Pada awal pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.283,26 dan terendah 6.135,39.

Total frekuensi perdagangan saham 381.444 kali dengan volume perdagangan 10,3 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 6,4 triliun. Investor asing jual saham Rp 564,65 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.415.

10 sektor saham kompak tertekan. Sektor saham industri dasar merosot 2,69 persen, dan bukukan penurunan terbesar. Disusul sektor saham konstruksi tergelincir 2,67 persen dan sektor saham tambang turun 1,75 persen.

Saham-saham yang membukukan penguatan di tengah laju IHSG yang merosot antara lain saham SOTS naik 34,05 persen ke posisi Rp 248 per saham, saham SOSS mendaki 16,28 persen ke posisi Rp 500 per saham, dan saham BIKA menanjak 10,91 persen ke posisi Rp 244 per saham.

Sementara itu, saham DUTI turun 19,93 persen ke posisi Rp 5.725 per saham, saham TKIM tergelincir 9,97 persen ke posisi Rp 7.000 per saham, dan saham FAST merosot 8,81 persen ke posisi Rp 2.070 per saham.

Bursa saham Asia kompak tertekan. Indeks saham Korea Selatan Kospi melemah 1,38 persen, indeks saham Jepang Nikkei tergelincir 0,72 persen, indeks saham Thailand susut 0,69 persen.

Selain itu, indeks saham Shanghai turun 1,21 persen, indeks saham Singapura terpangkas 1,1 persen dan indeks saham Taiwan melemah 1,44 persen.

Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, IHSG melemah seiring minimnya sentimen domestik dari domestik serta meningkatnya sentimen negatif dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China.

 Katalis itu juga berdampak terhadap pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Nafan menuturkan, pelemahan sentimen eksternal lebih mendominasi laju IHSG.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Bursa Saham Asia Tertekan

Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Sebelumnya, bursa saham global bergejolak pekan lalu dan berakhir dengan catatan positif. Namun, awal pekan ini, indeks saham berjangka Dow Jones melemah setelah investor mendapat sinyal beragam.

Penasihat ekonomi Presiden AS Donald Trump, Larry Kudlow menuturkan, para pejabat AS mengharapkan China membalas kenaikan tarif yang ditetapkan pemerintahan Presiden AS Donald Trump pada pekan lalu. Pada Jumat, AS menaikkan tarif impor barang China USD 200 miliar menjadi 25 persen dari 10 persen.

"Kami akan lihat apa yang mereka pikirkan," ujar Kudlow, seperti dikutip dari laman CNN Business, Senin, 13 Mei 2019.

Bursa saham Asia pun merosot pada awal pekan ini. Indeks saham Jepang Nikkei turun sekitar 0,5 persen. Bursa saham China pun tergelincir. Indeks saham Shanghai turun hampir satu persen. Indeks saham Shenzhen susut 0,90 persen.

Selain itu, indeks Korea Selatan Kospi melemah 1,02 persen, dan indeks saham Australia tergelincir 0,23 persen.

Indeks saham Dow Futures turun 270 poin pada Minggu malam waktu setempat. Sedangka indeks saham S&P 500 dan Nasdaq berjangka melemah lebih dari satu persen.

Investor Wall Street juga khawatir dengan perang dagang yang meningkat. Ini didorong AS dan China terus menaikkan tarif. Industri AS yang impor barang Chia membayar tarif yang dikenakan oleh AS. Hal ini berdampak terhadap keuntungan atau memberikan biaya kepada konsumen yang dapat ganggu permintaan produk.

Bagaimana pun perusahaan kalah. Itu sebabnya wall street berharap perang dagang berakir.

Meski pun negosiasi antara AS dan China berakhir tanpa kesepakatan pada Jumat, investor didorong sentimen positif dari pernyataan tim negosiasi dagang Trump. Hal itu juga mendorong arah indeks saham berbalik ke zona hijau pada akhir pekan lalu.

Namun, tidak apa langkah selanjutnya untuk membuat kesepakatan. Pemerintahan China telah berjanji untuk mengambil langkah-langkah penanggulangan yang diperlukan untuk kenaikan tarif yang mulai berlaku tetapi tidak menawarkan secara spesifik bagaimana tanggapannya.

Cina menerapkan tarif pada produk pertanian AS sebagai respons terhadap tarif pemerintah AS sebelumnya dan berhenti membeli kedelai AS sekitar enam bulan.

Kudlow menuturkan, ada kemungkinan kuat Trump akan bertemu Presiden China Xi Jinping di KTT Ekonomi G-20 di Jepang pada Juni 2019.

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya