Upaya Pembunuhan Bung Karno Saat Hari Raya Kurban

Presiden kelima RI yang merupakan putri Bung Karno, Megawati Soekarnoputri menyebut, setidaknya ada 23 kali upaya percobaan pembunuhan terhadap ayahnya itu.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Mei 2019, 08:10 WIB
Presiden pertama Indonesia Sukarno (AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Upaya pembunuhan Sukarno saat menunaikan salat Idul Adha pada 14 Mei 1962, gagal. Pelaku mengaku bingung membedakan wajahnya Presiden Pertama RI tersebut.

Peluru yang ditembakkannya pun meleset, mengenai bahu Ketua DPR Zainul Arifin.

Upaya pembunuhan terhadap Bung Karno bukan satu kali itu terjadi. Presiden kelima RI yang merupakan putri Bung Karno, Megawati Soekarnoputri menyebut, setidaknya ada 23 kali upaya perencanaan dan pelaksanaan pembunuhan terhadap ayahnya itu.

Dalam catatan Sejarah Hari Ini (Sahrini) Liputan6.com, pembunuhan terhadap Bung Karno direncanakan mulai dari Central Intelligent Agency (CIA) hingga dari pemberontak DI/TII. Upaya-upaya tersebut semuanya gagal dan Sukarno selalu selamat.

Upaya pembunuhan pada Hari Raya Idul Adha 14 Mei 1962 dilakukan oleh para anggota DI/TII yang sebelumnya gagal beraksi saat Hari Raya Idul Fitri 9 Maret 1962.

Salat kala itu digelar di lapangan antara Istana Negara dan Istana Merdeka. Dia bersama umat muslim memenuhi lapangan untuk salat Idul Adha.

Ketika salat Idul Adha sedang berlangsung kala itu, sebuah tembakan mengarah ke Sukarno dilepaskan. Pelakunya adalah Sanusi, Harun, dan Hidayat.

Namun, Harun dan Hidayat mengurungkan pembunuhan itu. Harun menyembunyikan pistol di bawah tikar salat dan Hidayat membuang granat ke Sungai Cisadane.

Dalam penembakan itu, tiga orang terluka dilarikan ke rumah sakit. Sedangkan Sukarno, tidak tergores sedikit pun. Selamatnya Sukarno ini kemudian dikaitkan dengan hal mistis.

"Ketika diperiksa, penembak mengaku melihat Bung Karno yang dibidiknya, ada dua orang dan menjadi bingunglah dia hendak menembak yang mana. Tembakannya meleset dan mengenai bahu Ketua DPR Zainul Arifin," kata mantan Wakil Komandan Tjakrabirawa, Maulwi Saelan dalam buku Mengincar Bung Besar, Tujuh Upaya Pembunuhan Presiden Sukarno.

Para pelaku yang merupakan anak buah Kartosoewiryo tersebut kemudian divonis mati serta beberapa di hukum seumur hidup. Kartosoewiryo sendiri juga dijatuhi vonis mati pada 16 Agustus 1962.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Upaya Pembunuhan Lainnya

Presiden Amerika John Kennedy menunjuk Presiden Republik Indonesia Sukarno saat mereka duduk di mobil terbuka sesaat sebelum berangkat di Pangkalan Angkatan Udara Andrews, Washington, 24 April 1961. (AP Photo)

Selain percobaan pembunuhan saat Idul Adha, ada pula rencana pembunuhan dari CIA.  Dinas Keamanan Nasional Amerika Serikat khawatir terhadap sepak terjang Sukarno pasca Konferensi Asia Afrika (KAA). Melalui Central Intelligent Agency (CIA), Amerika hendak menyingkirkan Sukarno dan salah satunya melalui pembunuhan.

"Sukarno telah menyatakan dirinya sebagai noncombatant (tidak ikut berperang) dalam perang dingin, dan tidak ada yang neutral di mata mereka," dalam buku Mengincar Bung Besar, Tujuh Upaya Pembunuhan Presiden Sukarno.

Pembunuhan terhadap Sukarno tampaknya dipertimbangkan serius oleh CIA pada musim semi 1995.

Namun, rencana pembunuhan tersebut tidak benar-benar terlaksana. Sukarno tetap dalam pengawasan Amerika dan melalui CIA kemudian berupaya menjatuhkan Sukarno melalui peristiwa Gerakan 30 September 1965.

Pembunuhan terhadap Sukarno tampaknya dipertimbangkan serius oleh CIA pada musim semi 1995.

Namun, rencana pembunuhan tersebut tidak benar-benar terlaksana. Sukarno tetap dalam pengawasan Amerika dan melalui CIA kemudian berupaya menjatuhkan Sukarno melalui peristiwa Gerakan 30 September 1965.

Kemudian pada 9 Market 1962, bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri 1381 Hijriah, sebuah upaya penembakan terhadap Sukarno direncanakan.

Sembilan anggota DI/TII telah berkumpul di pada satu pertemuan sebelumnya. Mereka adalah Dachya, Harun, Abudin, Kadri, Hidayat, Cholil, Hamdan, Anwar dan Iding. Senjata telah disiapkan antara lain dua pucuk senapan Carl Gustav, lima pistol, dan satu granat.

Belum jadi terlaksana, dua anggota Iding dan Hidayat berseteru. Iding diduga berkhianat dan menyebabkan tiga anggota mereka ditangkap. Rencana pembunuhan terhadap Sukarno akhirnya gagal karena penangkapan tersebut.

 

 

 

 


Granat Cikini

Ada pula peristiwa Cikini. Ketika itu, pada 30 November 1957 malam di Sekolah Rakyat Perguruan Tjikini, Sukarno hadir dalam malam amal hari jadi ke-15 sekolah Megawati dan Guntur anaknya.

Ketika hendak pulang pada pukul 20:45, sebuah ledakan terjadi. Sukarno kala itu baru akan memasuki mobil kepresidenan. Selang sebentar, ledakan terjadi lagi, dan orang-orang mulai panik dan berhamburan mencari selamat.

Tak hanya sampai di situ, dua granat dilemparkan dari sisi kanan dan kiri gedung ke arah Sukarno. "Menembus mesin, menghancurkan kaca depan, menyobek- nyobek bagian dalam mobil menjadi serpihan dan meledakkan dua buah ban," kata Sukarno dikutip dari Mengincar Bung Besar, Tujuh Upaya Pembunuhan Presiden Sukarno.

Granat terakhir dilempar dari seberang jalan dan menghancurkan bagian lain dari mobil kepresidenan.

Dalam serangan tersebut, 10 orang tewas dan 100 lebih lainnya luka-luka. Sedangkan Sukarno? Ia selamat dari ledakan karena dilindungi oleh para pengawalnya. Mereka menutupi tubuh Sukarno dengan menindihnya.

Diketahui, pelakunya adalah Jusuf Ismail, Saadon bin Mohammad, dan Moh Tasrig bin Husain. Menurut sejarawan Leirissa, mereka erat kaitanya dengan DI/TII pimpinan Kartosoewiryo.

Pengunjung membaca salah satu surat karya Sukarno atau Bung Karno saat mengunjungi pameran Surat Pendiri Bangsa di Museum Nasional, Jakarta, Kamis (15/11). Pemeran ini menampilkan surat-surat karya delapan tokoh pendiri bangsa. (Merdeka.com/Iqbal Nugroho)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya