Liputan6.com, Beijing - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam China agar tidak membalas dengan menerapkan tarif terhadap barang impor asal Negeri Paman Sam. Trump berkata langkah retaliasi hanya akan memperburuk situasi China di perang dagang.
Namun, China memilih melakukan retaliasi dengan cara menambah tarif sebesar 10 persen ke produk AS senilai USD 60 miliar. Dengan adanya retaliasi ini China berharap AS akan kembali ke "jalan yang benar".
Baca Juga
Advertisement
"Penyesuaian China pada tarif tambahan adalah respons terhadap unilateralisme dan proteksionisme AS. China berharap AS akan kembali ke jalan yang benar pada perdagangan bilateral dan konsultasi ekonomi dan bertemu China di jalan tengah," ucap Kementerian Keuangan China seperti dikutip Yahoo! Finance.
Total 5.140 produk AS akan kena tarif tambahan antara 5 persen, 10 persen, 20 persen, dan 25 persen. Retaliasi perang dagang ini akan diterapkan pada 1 Juni mendatang.
Tarif sebesar 25 persen untuk 2.493 produk seperti LNG, minyak keledai, minyak kacang, petrokimia, sayuran beku dan kosmetik.
Retaliasi yang dilakukan China relatif lebih kecil dari sanksi AS sebesar 25 persen pada lebih dari 5.700 produk China. Total produk China yang kena tarif baru itu senilai USD 200 miliar.
Pekan lalu, delegasi China yang dipimpin oleh Vice-Premier Liu He juga sudah bertemu pemerintahan AS untuk membahas penyelesaian perang dagang. Sayang, pertemuan itu tidak mencapai target dan perang tarif berlanjut.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Bos IMF Prihatin dengan Perang Dagang yang Memanas
Pemimpin IMF Christine Lagarde menyuarakan keprihatinan kepada perang dagang yang kembali memanas. Ia menyebut hal itu mengancam perekonomian dunia.
"Jelas ketegangan antara Amerika Serikat dan China merupakan ancaman kepada ekonomi dunia," ujar Lagarde dalam acara Paris Forum Event seperti dikutip France 24.
Ia pun khawatir melihat twit Presiden Donald Trump, serta berbagai rumor yang ada, membuat kedua negara semakin jauh dari kesepakatan.
Dalam acara yang sama, Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire turut cemas akan perang dagang yang terjadi. Negosiasi antar AS dan China pun diharapkan bisa menjunjung kerja sama.
"Kami mengikuti dengan mendalam negosiasi yang terjadi antara China dan Amerika Serikat dan kami ingin mereka menghormati prinsip-prinsip transparansi dan multilateralisme," ujar Le Maire.
Dialog terkait perang dagang sempat terancam gagal karena Presiden Trump mendadak menaikkan tarif produk China yang masuk ke negaranya. Tarif 10 persen pada produk China senilai USD 200 miliar akan naik menjadi 25 persen.
Akan tetapi, pihak China menanggapi santai ancaman Trump. Delegasi China pun tetap akan bertolak ke Negeri Paman Sam untuk berdialog pada akhir pekan ini.
Advertisement
Diancam Sanksi Donald Trump, China Mengaku Sudah Biasa
Sebelumnya dilaporkan, ancaman sanksi berupa tarif tambahan untuk barang impor China ke Amerika Serikat (AS) sempat menambah pesimisme terkait dialog perang dagang. Akan tetapi, pihak China tetap mengirim delegasi ke AS.
Dilaporkan South China Morning Post, pakar relasi China-AS menyebut ancaman tarif adalah taktik Trump untuk menyalahkan China bila negosiasi perang dagang. China pun disebut sudah terbiasa dengan gaya Trump.
"Setelah melakukan sejumlah pembicaraan intensif, China sudah familiar dengan gaya Trump dan administrasinya. Pengumuman mendadak Trump bukanlah kejutan besar bagi China, tetapi China harus bersiap untuk skenario terburuk," ujar Lu Xiang dari Akademi Ilmu Sosial China.
Senada dengan itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang, menegaskan Vice-Premier Liu He tetap akan bertolak ke AS untuk membahas isu perdagangan. Pemerintah juga berkata sudah biasa diancam oleh tarif Trump.
"Sudah berkali-kali pihak AS mengancam untuk menambah tarif," ujar Geng Shuang.
Dia turut menyuarakan langkah diplomatis agar kedua negara adidaya ini bisa mencapai kesepakatan yang menguntungkan bersama. Pada saat yang sama, ia menyebut warga China waswas terhadap dialog perang dagang.
"Semua orang di China dan luar negeri sangat khawatir tentang pembicaraan selanjutnya, dan kami juga mempelajari tentang perubahan-perubahan relevan. Delegasi China sedang bersiap berangkat ke AS untuk beragam negosiasi," tegasnya.