Liputan6.com, Jakarta Dinas Kesehatan Kepulauan Riau melaporkan sejumlah rumah sakit siap membuka ruang isolasi ketika terjadi kasus cacar monyet tak terduga di sana.
"Rumah sakit pemerintah dan rumah sakit swasta sudah ada yang mempersiapkannya. Rumah sakit pemerintah tentu semuanya," kata Kepala Dinas Kesehatan Kepulauan Riau, Tjetjep Yudiana saat dihubungi Health Liputan6.com, Selasa, 14 Mei 2019.
Advertisement
Rumah sakit tersebut tersebar di Batam, Tanjung Pinang, dan Tanjung Balai Karimun yang berjarak cukup dekat dengan Singapura.
"Ketiganya (Batam, Tanjung Pinang, Tanjung Balai Karimun) ada kapal feri yang langsung ke Singapura. Bahkan, Batam setiap lima menit ada feri yang datang dari sana. Frekuensi arus kapal feri sangat tinggi di Batam," katanya.
Di Batam, lanjut Tjetjep, rumah sakit pemerintah seperti RS Umum Daerah Embung Fatimah sudah melaporkan kesiapannya untuk menerima pasien cacar monyet. "Kalau rumah sakit swasta yang sudah benar-benar siap adalah RS Awal Bros," Tjetjep menjelaskan.
Sementara itu untuk di Tanjung Pinang, ada tiga rumah sakit yang sudah melaporkan ke Dinas Kesehatan Kepulauan Riau mengenai kesiapannya; RSUD Raja Ahmad Tabib, Rumah Sakit Kota Tanjung Pinang, dan Rumah Sakit Angkatan Laut.
"Itu sudah siap melakukan itu," kata Tjetjep.
Sedangkan di Tanjung Balai Karimun, baru Rumah Sakit Haji Muhammad Sani yang melaporkannya. "Yang lain-lain di Batam tengah mempersiapkan. Tentu nantinya akan melaporkan kesiapsiagaan menerima pasien cacar monyet ini," ujarnya.
Simak video menarik berikut ini
Heboh Cacar Monyet, Belum Ada Pelarangan ke Singapura
Sampai saat ini memang belum ada larangan bagi masyarakat Kepulauan Riau mengunjungi Singapura.
"Kita tetap terus memantau tanpa melakukan pelarangan," kata Tjetjep.
Akan tetapi kewaspadaan sudah dilakukan sejak hari pertama otoritas Singapura mengumumkan penemuan kasus cacar monyet di negara tersebut.
"Kewaspadaan itu pertama di pelabuhan. Kita sudah melakukan, misalkan, kantor kesehatan pelabuhan (KKP) sudah memasang termal scan, untuk memeriksa para pendatang dari Singapura. Baik itu wisatawan, orang Singapura, dan warga negara Indonesia yang kembali dari Singapura," Tjetjep menjelaskan.
Kemudian, di sejumlah rumah sakit dan puskesmas sudah disosialisasikan gejala-gejala yang harus diwaspadai. Lalu melakukan laporan berjenjang.
"Dengan cara ini, sebetulnya kita sudah melakukan antisipasi karena apabila ada yang dicurigai tentu kita sudah melakukan tindakan," katanya.
Advertisement