Liputan6.com, Jakarta - Kementerian ESDM dalam hal ini Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) akan meningkatkan pengawasan dan penjagaan gunung-gunung berapi di Indonesia jelang Idul Fitri 1440 H.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kasbani menyebutkan, pihaknya akan menambah jumlah pos dan tenaga pengawas di beberapa gunung yang berpotensi mengalami erupsi selama periode lebaran 2019.
"Kami tentunya telah menempatkan semua pos di Indonesia. Ini pos-pos gunung api. Semua pos ada pengamat," kata dia, di Kantor BPH Migas, Jakarta, Selasa (14/5/2019).
Baca Juga
Advertisement
Dia mengungkapkan, di beberapa gunung tertentu pengawasan dilakukan sangat insentif sebab memiliki potensi aktivitas berapi.
"Pos-pos kami tambahkan untuk gunung-gunung tertentu yang memang mungkin erupsi itu kami tambahkan tim ahli," ujar dia.
"Beberapa gunung tersebut adalah Sinabung, Gunung Agung, Krakatau, Bromo dan sebagainya," dia menambahkan.
Selain itu, dia mengatakan, pihaknya juga meningkatkan pengawasan terhadap potensi bencana lainnya serta longsor di beberapa daerah.
"Kami sudah petakan kawasan bencana, daerah-daerah mana yang berbahaya juga peta kawasan tanah longsor dalam satu bulan ke depan. Semua informasi dapat dilihat di webiste kami dan aplikasi Magma ada gunung api, longsor dan sebagainya," ujar dia.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Kementerian ESDM Lengkapi Perekam Aktivitas Vulkanik Gunung Anak Krakatau
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM) telah melengkapi alat perekam aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau, yang sebelumnya rusak akibat erupsi dan vandalisme.
Kepala Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kasbani mengatakan, peralatan pengamatan aktivitas Gunung Anak Krakatau yang terdapat di Pulau Karkatoa mengalami kerusakan akibat erupsi pada 22 Desember 2018, sehingga pihaknya menggunakan alat pemantau yang terdapat di Pulau Sertung.
"Pada saat kejadian erupsi merusak peralatan di Gunung Anak Krakatau, kita pakai alat di Pulau Sertung, bukan ditubuh gunung," kata Kasbani, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin, 25 Maret 2019.
Kasbani menuturkan, sejak Februari, instansinya memasang alat pemantau aktivitas vulkanik Gunung Anak Karakatau di satu pulau yang terdapat gunung terebut. Alat tersebut berupa alat seismik untuk memantau getaran dan deformasi untuk memantau kembang kempisnya gunung.
"Secara monitoring sudah lengkap, untuk deformasi dan seismik, kita bisa melakukan pemantauan visual," tutur dia.
Kasbani menyatakan, dengan kondisi alat pemantauan aktivitas Gunung Anak Krakatau yang sudah mumpuni, pemantauan gunung tersebut bisa jauh lebih akurat.
"Instrumen ini bisa mengukur dari jauh, bisa tau detak jantungnya gunung ini terpantau dengan baik," ujar dia.
Selain rusak karena erupsi, alat pemantau aktivitas vulkanik tersebut juga sempat mengalami kerusakan akibat aksi vandalisme.
Dia pun meminta masyarakat untuk ikut menjaga fasilitas tersebut agar aktivitas Gunung Anak Krakatau bisa terpantau dengan baik dan mitigasi bencana dilakukan secara optimal sehingga dapat meminimalkan korban jiwa.
"Kalau 22 Desember lalu karena erupsi mendadak tidak berfungsi. Memang sebelumnya ada peralatan yang diambil, jangan lagi ada yang seperti itu, karena alat itu mata telinga kita dari jauh, kalau tidak ada bagaimana kita mau melakukan pemantauan saya harap supaya tidak ada lagi vandalisme seperti itu," kata dia.
Advertisement