HEADLINE: Satu Arah di Tol Trans Jawa, Efektif Atasi Kemacetan saat Mudik Lebaran?

Pemerintah menerapkan sistem satu arah (one-way) di Tol Trans Jawa untuk mencegah kemacetan saat mudik Lebaran 2019. Efektifkah?

oleh Agustina MelaniSeptian DenyIlyas Istianur PradityaMaulandy Rizky Bayu KencanaTommy K. RonyArief Aszhari diperbarui 15 Mei 2019, 00:00 WIB
Kementerian PUPR berupaya untuk menyelesaikan pembangunan Jalan Tol Trans Jawa dari Merak - Banyuwangi sepanjang 1.150 Km pada akhir tahun 2019. (Dok Kementerian PUPR)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah memutuskan untuk menerapkan rekayasa lalu lintas sistem satu arah (one-way) di jalan tol pada saat arus mudik dan balik Lebaran 2019. Ini merupakan strategi untuk mencegah kemacetan selama periode lebaran di sepanjang jalan tol Trans Jawa.

Penerapan sistem satu arah ini hasil kesepakatan antara Kakorlantas Polri, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), dan PT Jasa Marga Tbk.

Rencananya, sistem satu arah di Tol Trans Jawa akan diberlakukan untuk arus mudik mulai dari KM 29 Cikarang Utama hingga KM 262 di Brebes Barat. Kemudian penerapan satu arah saat arus balik dari Palimanan hingga KM 29. Penerapan sistem satu arah di Tol Trans Jawa ini berlaku selama tujuh hari. Empat hari saat arus mudik yang berlangsung pada 30 Mei-2 Juni 2019.

Kemudian pada arus balik selama tiga hari yang berlaku pada 8-10 Juni 2019. Sistem ini berlaku mulai dari jam 6 pagi sejak hari pertama dan berlaku 24 jam.

Berdasarkan data hasil survei angkutan Lebaran 2019 Badan Litbang Perhubungan, total jumlah pemudik dari Jabodetabek ada sebanyak 14,9 juta jiwa. Dari angka tersebut, total penumpang yang menggunakan mobil dan bus diperkirakan mencapai 8,8 juta orang. Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) memperkirakan volume puncak mudik di Tol Trans Jawa bisa mencapai 90 ribu kendaraan.

Oleh karena itu, jadwal sistem satu arah selama tujuh hari itu diharapkan bisa melandaikan volume kendaraan di tol dan mengurai kepadatan lalu lintas.

Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Budi Setiyadi menilai sistem satu arah juga akan meningkatkan kenyamanan para pemudik karena arus mudik akan lebih lancar. 

"Adanya kebijakan ini, perkiraan saya antara dua tiga hari ibarat banjir sudah terkuras. Pemudik pasti akan memanfaatkan momentum itu untuk segera mudik daripada kena macet," kata Budi saat berbincang dengan Liputan6.com, seperti ditulis Rabu (15/5/2019).

Selain itu, Kemenhub memastikan tidak ada sistem ganjil genap selama sistem satu arah. Ganjil-genap dinilai tidak efektif mengingat lebih rumit dan tidak sesuai budaya mudik di Indonesia yang cenderung rombongan.

"Kecenderungan masyarakat mudik dengan rombongan, bisa dua hingga tiga mobil kemudian kalau ada yang bernomor ganjil dan genap pasti akan terpisah mobilnya," tutur Budi.

Kepala Sub Bidang Operasional dan Pemeliharaan II BPJT, Joko Santoso menuturkan, sistem satu arah diterapkan sebagai pengganti sistem ganjil genap yang dinilai banyak memiliki kendala.

"Kemarin berdasarkan rapat pimpinan di Kementerian Perhubungan untuk wacana ganjil genap untuk sementara di-hold karena sangat banyak sekali kendala. Karena pelaksanaan ganjil genap harus lebih intens mengawasi. Sedangkan petugas kepolisian sendiri sangat terbatas. Difokuskan untuk mengatur lalu lintas di jalan tol," tutur dia.

Ia menuturkan, berdasarkan hasil evaluasi dari mudik 2018 penerapan sistem satu arah juga hasil dari penerapan contra flow. Penerapan contra flow saat itu dinilai sangat efektif untuk urai kemacetan.

"Namun karena jaraknya sangat pendek sehingga terjadi kemacetan lagi di ujungnya ketika akan bergabung. Sehigga waktu itu dari pihak kepolisian tahun 2018 memutuskan menggunakan sistem one-way. Secara efektif membantu pemudik," kata Joko.

"Atas dasar itulah pemerintah menyetujui kebijakan one-way sistem. Untuk diterapkan pada saat arus mudik tahun ini," ia menambahkan.

Infografis Satu Arah Tol Trans Jawa Saat Mudik Lebaran. (Liputan6.com/Abdillah)

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Persiapan Operator Jalan Tol

Kendaraan keluar pintu keluar Tol Brebes Barat, Jawa Tengah, Sabtu (23/12). Untuk mengurangi kemacetan di pintu Tol Brebes Timur petugas mengalihkan arus lalu lintas keluar Tol Brebes Barat. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Tak hanya pemerintah, badan usaha jalan tol (BUJT) pun bersiap untuk menerapkan sistem satu arah agar arus mudik lebaran berjalan lancar. Salah satunya PT Jasa Marga Tbk.

Menurut Direktur Utama PT Jasa Marga Tbk, Desi Arryani, ada dua ruas tol milik perseroan yang juga terkena sistem one-way pada saat mudik Lebaran yaitu tol Jakarta-Cikampek dan Palimanan-Kanci.

"Kami berkoordinasi dengan teman-teman (BUJT yang lain) untuk di sisi operasinya," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Tunnel Walini, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.

Untuk mendukung sistem satu arah tersebut, Jasa Marga memasang rambu-rambu agar masyarakat tidak keliru mengambil jalur. Hal ini terutama penting bagi pemudik yang pergi secara jarak dekat seperti Jababeka dan Cikarang agar tidak terbawa arus satu arah.

"Pengguna jalan yang daerah Jakarta mau keluar Cibatu, Cikarang Timur, Karawang, itu masih memungkinkan, tapi itu harus lewat jalur normal, sebelah kiri. Jalur one-way itu khusus ke arah timur sana,” tutur GM Jasa Marga Cabang Tol Jakarta-Cikampek, Raddy R Lukman.

Jasa Marga pun berjanji agar memasang rambu-rambu yang memisahkan jalur dekat dan jalur one-way yang dimulai dari KM 29 menuju arah timur. Ini berlaku untuk jalur pulang.

"Yang tadinya buat masuk tol dipakai ke luar tol. Kita pasang rambu-rambu seperti itu,” ujar Raddy.

Selain itu, saat menerapkan sistem satu arah di Tol Trans Jawa ini, rest area kedua sisi jalan bisa digunakan. Pengendara pun tak perlu mengeluh dan berdesak-desakan saat beristirahat di rest area.

"Tempat peristirahatan bisa dipakai dua-duanya. Dulu masih kurang. Ini artinya dua sisi bisa dipakai dua-duanya untuk pemudik. Jadi naik 100 persen kapasitasnya," kata dia.

Sementara itu, BPJT mengimbau masyarakat memperhatikan laju kendaraan saat arus mudik dan balik Lebaran. Pengguna jalan tol untuk sistem satu arah kecepatan maksimal tidak boleh lebih dari 80 KM per jam. Bila laju kendaraan dipacu di atas dari 80 KM per jam akan membahayakan pengguna jalan tol itu.

"Jadi diimbau pengguna jalan tol yang memanfaatkan one-way sistem agar menjaga kecepatannya. Maksimal 80 KM," ungkap Kepala Sub Bidang Operasional dan Pemeliharaan II BPJT, Joko Santoso.

 


Bakal Ganggu Arus Logistik

Sejumlah kendaraan antre menuju pintu keluar Tol Brebes Barat, Jawa Tengah, Sabtu (23/12). Untuk mengurangi kemacetan di pintu Tol Brebes Timur petugas mengalihkan arus lalu lintas keluar Tol Brebes Barat. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Meski demikian, tak semua pihak menilai penerapan sistem satu arah di Tol Trans Jawa dapat mengurai kemacetan. Pengusaha menilai penerapan sistem satu arah justru berpotensi mengganggu arus logistik barang. 

Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), Zaldy Ilham Masita mengatakan, dampak sistem satu arah terhadap logistik pasti ada. Khususnya bagi arus logistik yang berlawanan arah saat sistem satu arah tersebut berlangsung.

"Dampaknya pasti ada untuk logistik, terutama untuk truk balikan yang kembali ke barat dari timur," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com.

Namun demikian, Zaldy berharap pemerintah menyiapkan solusi bagi angkutan logistik saat sistem ini diterapkan. Salah satunya dengan menyediakan jalur alternatif yang lancar bagi angkutan logistik yang berlawanan arah.

"Alternatifnya truk balikan lewat jalan non-tol," tandas dia.

Sementara itu, Direktur Operasi PO Maju Lancar, Adi Prasetyo Adi mengkhawatirkan, kalau ada pengumuman tanggal pemberlakukan sistem satu arah di Tol Trans Jawa akan mendorong pemudik untuk lewat tol tersebut karena berpikir lancar.

Bila sistem satu arah diberlakukan memang akan membuat jalan lancar dari Jakarta ke Cikampek hingga Brexit. Namun, sesudah keluar dari pintu tol Brexit, Adi menilai akan ada kemacetan di pintu keluar tol Kartasura, Salatiga, Solo, dan Semarang.

"Tanggal pemberlakuan giring opini kalau tanggal itu lancar, ini psikologis, dampaknya juga ke ujungnya. Jakarta, Jabar hingga Brexit lolos, nah pas di Solo," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.

Lebih lanjut ia menuturkan, pihaknya hormati dan mendukung sistem satu arah di Tol Trans Jawa bila pemberlakukan sistem satu arah di Tol Trans Jawa tentatif atau tidak diberitahukan tanggal penerapan. Ini akan membuat masyarakat kreatif dan berpikir untuk mencari jalan alternatif sehingga dapat urai kemacetan. "Kalau macet, masyarakat bisa keluar nanti lewat jalur bawah misalkan Bawean," tutur dia.

Adi menuturkan, sistem satu arah di Tol Trans Jawa dapat membuat perusahaan otobus menempuh waktu lebih lama lantaran melewati jalur pantura lama.

Ia mengkhawatirkan infrastruktur di jalur pantura lama belum memadai sehingga membuat perjalanan lebih lama, belum lagi ditambah pasar tumpah yang dapat hambat perjalanan bus. 

"Kalah retase karena berkurang. Biasanya dua hari bisa dapat dua rit jadi dua hari cuma satu rit. Lewat pantura lama banyak pasar tumpah, jalan-jalan bolong belum diperbaiki, sehingga kecepatan armada kita berkurang dan waktu tempuh lebih lama. Ini juga bisa buat bus yang masuk ke Jakarta telat," ujar Adi.

Adi menambahkan, tersambungnya Tol Trans Jawa menciptakan euforia sehingga membuat masyarakat memilih jalur darat dan naik mobil pribadi untuk coba menjajal tol tersebut.

"Perlu dikaji lebih dalam satu arah karena ujung-ujungnya ada bottleneck. Terjadi euforia naik mobil pribadi karena berpikir lancar dengan ada tol Trans Jawa," ujar dia.

 


Lebih Efektif

Lima ruas bagian dari Tol Trans Jawa yang dikerjakan oleh Jasa Marga dan Waskita Karya siap diresmikan oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). (Dok Kementerian BUMN)

Pemerhati masalah transportasi, Budiyanto menuturkan, kemacetan salah satu masalah lalu lintas yang hingga kini belum selesai dengan baik. Hal ini mengingat banyaknya variabel yang dorong masalah kemacetan.

"Banyak variabel yang melatarbelakangi mengapa masalah kemacetan lalu lintas seakan-akan menjadi pemandangan sehari-hari yang menjengkelkan, menjenuhkan dan dapat menimbulkan frustasi dan stres karena capai dan lelah," ujar Budiyanto, seperti dikutip Liputan6.com.

Kegiatan mudik pun menjadi momentum bagi pemangku kepentingan yang bertanggung jawab di bidang lalu lintas dan angkutan jalan untuk menunjukkan tanggung jawab sebagai pelayan masyarakat untuk menciptakan situasi keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran berlalu lintas sehingga masyarakat yang mudik terlayani baik.

Oleh karena itu, ia menilai cara paling efektif mengatur lalu lintas dengan sistem satu arah. Hal ini dilakukan dengan melihat situasi dan kondisi di lapangan.

"Sistem ini merupakan pola manajemen yang dilakukan dengan cara mengubah jalan dua arah, menjadi satu arah dalam rangka untuk meningkatkan keselamatan, kelancaran lalu lintas yang dapat dilakukan dengan cepat dan biaya murah,” tutur dia.

Dibandingkan melebarkan jalan dan membangun jalan baru, pertimbangan sistem satu arah adalah kapasitas ruas jalan dan persimpangan bertambah, peningkatan keselamatan karena konflik kendaraan berkurang.

Selain itu, konfigurasi parker dapat diakses di kiri, kanan serta pengawasan lebih mudah. Namun, sistem satu arah menimbulkan efek samping. Contohnya, sebagian kendaraan mengalami jarak tempuh yang panjang, perlu perubahan dan pengaturan alat pengatur lalu lintas, perlu penyesuaian rute angkutan umum, dan masyarakat penggunanya termasuk antisipasi jalan alternatif.

"Faktor lain yang tidak kalah penting apabila one-way akan diberlakukan, adalah masalah sosialisasi dan penyiapan rambu-rambu lalu lintas dan kesiapan petugas," ujar dia.

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya